"Lo tau gak adik kelas yang namanya Sasikirana itu yang mana?" Tanya Stephanie pada Dinda yang saat ini tengah menyantap makan siangnya dengan lahap. Sedangkan Stephanie sendiri karena sedang tidak berselera, hanya membeli sandwich stoberi dan air mineral dingin.
"Sasikirana?" Ulang Dinda sambil mengernyitkan alisnya. "Kayak pernah denger. Tapi gue lupa. Coba tanya Raina deh."
Tepat sekali, Raina datang menghampiri mereka sambil membawa nampan yang berisikan makan siangnya lalu duduk di sebelah Dinda. Stephanie pun langsung mengalihkan pertanyaan padanya.
"Rain, lo tau adik kelas yang namanya Sasikirana?"
Raina langsung mengangguk. Mungkin karena ia anggota osis, jadi lebih familiar sama murid-murid di sekolah ini. "Tau. Kenapa emang?"
"Cantik gak orangnya?"
Raina pun berpikir sejenak. "Hm ... cantik sih. Soalnya dia ada keturunan Jepang kalau gak salah. Jadi cantiknya yang kawai gitu lho. Kenapa emang?"
Stephanie segera merapikan rambutnya lalu berpose sok imut. "Cantikan mana sama gue? Udah pasti gue kan ya?"
"Cantiknya kalian agak beda sih, Step," jawab Raina sambil menimbang-nimbang. "Tapi gue lebih suka cantiknya dia daripada lo," lanjutnya dengan santai.
Dinda yang mendengar itu langsung tertawa ngakak. Apalagi melihat Stephanie yang sekarang berwajah masam.
"Bangsat. Temen macam apa lo?!"
"Emang kenapa sih?" Tanya Raina bingung. "Tumben banget nanyain adik kelas."
"Si Sasi sushi sashimi itu lagi deket sama Bima," jelas Stephanie sambil cemberut. Rasanya sejak mendengar nama Sasi, ia tak pernah berhenti memikirkannya. Bahkan ia sampai stalk akun sosial media Bima untuk menemukan instagram Sasikirana. Tapi entah kenapa tidak ketemu.
"Demi apa?!" Dinda tampak kaget. Karena ia tak menyangka bahwa Bima tiba-tiba saja mempunyai gebetan baru. Padahal yang ia tahu dari Rafael, Bima itu dulu waktu SMP sempat suka dengan Stephanie. Jadi Rafael pun menebak kalau alasan Bima masih jomblo sampai saat ini karena perasaannya pada Stephanie masih sama. Namun Dinda tidak memberitahu Stephanie tentang hal ini karena Rafael yang memintanya.
"Wah, seleranya Bima boleh juga," ceplos Raina sengaja menggoda Stephanie.
Stephanie jelas langsung melototinya. Ia bahkan menggulung kedua lengan bajunya, pertanda sudah siap ingin bergelut saat ini juga. "Maksud lo apa, anjrit?!"
"Tapi bagi gue mah masih cantikan Stephanie ah," kata Dinda lebih membela Stephanie. Karena sejujurnya ia bahkan tidak tahu yang mana wujud Sasikirana itu.
"Nah! Ini baru temen gue!" Seru Stephanie langsung tersenyum cerah pada Dinda.
Dinda pun menyengir. "Traktir mekdi ya, Step."
Raut wajah Stephanie kembali berubah masam. "Ah, bangsat! Sama aja lo!"
Dinda tertawa melihatnya. "Tapi serius, cantikan lo kok, Step. Cuma mungkin si Bima sukanya yang imut-imut kali. Lo kan amit-amit."
Stephanie langsung berdiri. Kali ini ia sudah lebih dari siap untuk jambak-jambakan. "Berantem aja yuk, nyet?!"
Dinda dan Raina seketika tertawa melihatnya. Menggoda Stephanie memang menyenangkan. Apalagi Stephanie orangnya mudah tersulut emosi.
Tiba-tiba handphone Stephanie yang sedari tadi ia letakkan di atas meja bergetar. Ada notifikasi pesan dari grup di sana. Ia pun kembali duduk dan memeriksanya.
—Babu-Babunya Hanie—
Rafael: Han
Rafael: @stephanie
Rafael: Han
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boy Friends
Ficção AdolescenteOrang-orang ngeliat Stephanie beruntung banget, dikelilingi empat pangeran yang selalu protect dia dari mara bahaya di luar sana. Tapi yang mereka gak tau adalah Stephanie bahkan udah di level paling muak dan empet banget sama keposesifan mereka yan...