🏹6

8.6K 670 30
                                    

Stephanie masuk ke dalam kelasnya yang sudah sepi. Bel pulang memang telah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Ia kira Raka telah pergi meninggalkannya. Tapi ternyata laki-laki tersebut masih duduk di bangkunya dengan mata yang sibuk menatap layar handphone.

"Raka sayang," sapa Stephanie dengan senyum lebarnya. Walaupun rasanya saat ini badannya capek sekali, tapi saat melihat wajah Raka lelahnya langsung hilang.

"Udah selesai?" Tanya Raka langsung menaruh handphone-nya ke dalam saku.

Stephanie mengangguk lalu duduk di bangkunya. "Untungnya bisa selesai di jam segini."

Hari ini waktu Stephanie full digunakan untuk mengikuti rapat mengenai pentas seni yang akan dilaksanakan dua bulan lagi. Berhubung di setiap kelas harus ada perwakilan untuk ikut berkontribusi, maka ia yang dipilih oleh ketua kelasnya. Stephanie sih terima-terima aja. Lumayan, gak belajar seharian. Walaupun sama-sama pusing karena harus memikirkan banyak ide dan konsep.

"Lo ikut kan, Han?" Tanya Raka yang kini mengundang kebingungan Stephanie.

"Hah? Kemana?"

Raka malah ikut bingung. "Lho? Emang lo gak ada buka grup?"

"Gak ada. Gak sempat. Gue orang sibuk," kata Stephanie sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Idih, gaya bener," cibir Raka langsung.

Stephanie menutup resleting tasnya lalu menatap Raka. "Kemana?"

"Ikut gue sama Rapa nge-date."

Stephanie langsung terdiam sejenak. "Rak?"

"Kenapa?" Tanya Raka kembali bingung. Karena sekarang Stephanie menatapnya dengan penuh prihatin.

"Lo sama Rapa mau ... nge-date?" Stephanie malah berbalik tanya. Seperti tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

"Iya. Kenapa?"

Stephanie langsung tertegun dengan gerakan yang cukup dramatis. Ia menutup mulutnya, menatap ke arah lain, lalu kembali ke arah Raka dengan sorot tak percaya tapi berusaha baik-baik saja. "Gue gak ngelarang sih, Rak. Gue orangnya open minded kok. Tapi ... lo yakin? Lo sama Rapa udah ngomongin ini baik-baik?"

Raka tampak semakin bingung. Ia benar-benar tidak mengerti dengan maksud Stephanie barusan. "Hah? Lo ngomong apaan sih, anjir?"

"Kalian saling ... mencintai?" Tanya Stephanie dengan wajah polosnya yang ingin sekali Raka tempeleng saat ini.

"Apaan sih, bego! Gue mau nge-date sama Raina! Rapa mau nge-date sama Dinda! Sampe sini paham?"

Stephanie refleks menepuk meja. "Owalah! Bilang dong! Gue udah cemas! Gak kebayang nanti minta restu ke orang tua kalian gimana! Aelah! Makanya jangan nge-prank!"

Raka menatapnya dengan raut wajah malas. "Siapa yang nge-prank? Emang otak lo aja tuh yang kurang kalsium!"

"Terus? Lo berdua mau ngajak gue? Jadi nyamuk?" Tanya Stephanie sambil berdiri lalu berkacak pinggang dengan tatapan sinis.

"Ya kagaklah. Mana tega gue jadiin lo nyamuk. Bima juga diajak kok. Anggap aja triple date."

Wow, ide yang sangat buruk.

"Gak mau ah!" Tolak Stephanie langsung.

"Kok gak mau?"

"Gio emang gak ikut?"

"Tuh anak kan lagi sibuk sama teater."

Gio memang masuk ke dalam ekstrakurikuler teater. Jadi wajar saja kalau akhir-akhir ini ia jarang ikut mereka ngumpul. Karena di pentas seni nanti, ia mendapatkan peran utama dalam sebuah pertunjukan.

My Possessive Boy FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang