🏹28

5.7K 378 26
                                    

"Sayang, kamu mau beli apa?" Tanya Bima pada Stephanie saat mereka telah masuk ke dalam supermarket, diikuti oleh Dinda dan Rafael yang berada di belakang mereka.

Mereka berempat diutus untuk pergi ke supermarket terdekat untuk berbelanja persiapan party malam terakhir di Puncak. Namun Stephanie dan Bima memang sengaja menawarkan diri, sedangkan Rafael dan Dinda dipilih karena kalah main kartu uno.

"Aku mau beli cemilan yang banyak," jawab Stephanie, membiarkan Bima mengambil keranjang belanja terlebih dahulu, lalu menggandeng lengan Bima untuk pergi membawanya ke tempat cemilan. Dinda dan Rafael masih mengikuti mereka dari belakang.

"Sayang aku pengen ini," kata Stephanie sambil menunjuk salah satu cemilan.

"Ambil aja sayang," balas Bima sambil mengacak-acak rambut Stephanie dengan gemas.

"Pengen ini juga sayang." Stephanie menunjuk cemilan yang lain.

"Iya, taruh sini sayang," balas Bima lagi sambil menyerahkan keranjang belanja.

"Ini juga." Stephanie kembali mengambil cemilan yang berbeda.

"Ini."

"Ini."

"Ini."

"Mau apa lagi? Es krim mau gak?"

Mata Stephanie langsung berbinar mendengarnya. "Mauuuuuuu."

Mereka berdua— tanpa memedulikan Dinda dan Rafael— langsung berjalan dengan semangat menuju tempat es krim. Inilah yang dinamakan 'dunia hanya milik berdua'.

"Geli banget gak sih liatnya?" Tanya Dinda akhirnya bersuara. Ia benar-benar speechless melihat Stephanie dan Bima yang seperti anak SMP baru jadian.

"Biasalah. Lagi kasmaran," jawab Rafael sambil tertawa kecil.

Mereka pun dengan keadaan diam kembali berjalan menuju ke arah Stephanie dan Bima yang kini tengah memilih es krim.

"Gue jadi mikir, apa gue dulu pas pertama kali pacaran semenggelikan ini juga ya?" Tanya Dinda sambil berpikir keras.

Rafael mendengus geli. "Kalau Stephanie anaknya emang clingy abis. Jadi wajar kalau dia sama pacarnya begitu."

"Iya sih. Sejujurnya gue agak iri juga. Udah berapa lama ya gue gak manggil orang dengan panggilan sayang?"

Rafael refleks menatap ke arah Dinda. Sedangkan Dinda langsung mengutuk mulutnya dalam hati karena sudah sembarangan berbicara.

"Gue denger lo lagi deket sama Abi, bener?"

Dinda terdiam sejenak. Entah kenapa ia jadi agak bingung menjawabnya karena rasanya seperti terciduk selingkuh. "Hmm... ya, deket-deket gitu aja. Gak yang gimana-gimana."

"Kenapa?"

Kali ini Dinda ikut menatap Rafael. "Maksudnya?"

"Bukannya lo sama Stephanie dulu suka banget liatin Abi? Kenapa pas orangnya udah di deket lo, lo malah keliatan gak tertarik?"

Dinda mendengus geli. "Simpel gak sih jawabannya? Gue rasa lo pun juga tau."

Rafael menghentikan langkahnya. "Apa?"

"Karena orangnya bukan lo," jawab Dinda dengan lugas. Persetan dengan harga dirinya. Sudah berapa kali ia mencoba untuk melupakan laki-laki di hadapannya ini, tapi tetap saja hasilnya nihil. Memang benar kata orang, melupakan seseorang yang bahkan belum bisa kau miliki ternyata lebih sulit.

Ada keheningan sejenak yang menggelayut di antara mereka. Seakan tanpa melanjutkan pembicaraan pun mereka saling tahu bagaimana perasaan mereka satu sama lain saat ini.

My Possessive Boy FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang