Bima menghela napas gusar. Setelah satu jam berada di balkon sembari merenung menatap hujan, akhirnya ia sadar kalau sifatnya tadi terlalu kekanak-kanakan. Bahkan rasanya untuk kembali masuk ke dalam saja ia merasa malu. Padahal sekarang badannya sudah bergetar kedinginan.
Bima melirik ke arah dalam. Teman-temannya tampak masih berkumpul di ruang tengah. Persetan dengan gengsi, ia pun segera berdiri. Namun gerakannya seketika terhenti karena Stephanie tiba-tiba saja membuka pintu sambil membawakan selimut dan segelas cokelat hangat.
"Eh? Udah mau masuk?" Tanya Stephanie bingung saat melihat Bima yang masih berdiri.
Bima menggeleng lalu memutuskan untuk duduk kembali. Stephanie pun menyerahkan selimut dan cokelat hangat yang ia bawa kepada Bima.
"Nih, biar gak kedinginan," kata Stephanie lalu ingin beranjak pergi. Namun Bima dengan cepat menahan tangannya.
"Bisa duduk bentar gak? Gue mau ngomong sama lo."
Stephanie terdiam sejenak lalu mengangguk. Ia pun duduk di sebelah Bima.
Ada keheningan yang canggung sebelum akhirnya Bima berdeham untuk memulai pembicaraan.
"Maaf ya," kata Bima.
Stephanie menoleh. "Untuk?"
"Sejujurnya gue masih gak tau kenapa lo beberapa hari terakhir ini marah sama gue, tapi pasti itu karena gue buat kesalahan. Jadi ... gue minta maaf ya."
Stephanie menatap Bima sejenak. Dari kalimat barusan ia menyadari bahwa sikapnya terlalu kekanak-kanakan. Berharap Bima mengetahui perasaannya disaat ia sama sekali tak pernah berbicara tentang perasaannya adalah sebuah kemustahilan yang tak berujung.
"Gue liat lo pelukan sama Sasikirana waktu itu. Makanya gue jadi marah sama lo. Maaf juga ya. Gue childish banget. Yang tadi juga gue sengaja becanda sama Gio untuk manasin lo."
"Jadi waktu itu lo liat?"
Stephanie mengangguk. Matanya beralih ke arah kanan, menatap bulir-bulir air yang berjatuhan. "Congrats ya. Semoga kalian langgeng."
Alis Bima mengerut bingung. "Wait. What? Gue gak ada pacaran sama Sasi, Han."
"Terus? Masih PDKT? Atau HTS-an?"
Bima langsung menggeleng. "Gue bahkan gak niat untuk pacaran sama dia. Gue kan sukanya sama lo. Gimana sih?"
Stephanie mengerjap sebentar sebelum akhirnya melayangkan protes. "Ya terus kenapa kalian pelukan?"
"Itu dia tiba-tiba aja meluk gue. Lo liatnya sampe mana? Pas dia meluk gue, gue emang nge-freeze dulu karena kaget. Tapi setelah itu gue langsung dorong dia terus marah," jelas Bima dengan jujur.
"Kalian ketemu karena apa?" Tanya Stephanie yang masih ingin menyelidiki lebih detail.
"Karena dia bilang ada yang mau diomongin. Nah gue juga sama, mau ngomong sama dia kalau selama ini gue sukanya sama lo. Gue mau minta maaf ke dia biar dia gak berharap lagi sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boy Friends
Teen FictionOrang-orang ngeliat Stephanie beruntung banget, dikelilingi empat pangeran yang selalu protect dia dari mara bahaya di luar sana. Tapi yang mereka gak tau adalah Stephanie bahkan udah di level paling muak dan empet banget sama keposesifan mereka yan...