🏹25

6.3K 460 55
                                    

Walaupun saat ini suasana tengah ricuh, apalagi tim basket sekolahnya berhasil mencetak poin pertama, namun Stephanie sama sekali tak tertarik dengan hal itu. Pandangannya memang lurus ke depan, namun pikirannya malah berkelana ke kejadian yang membuat dirinya tak habis pikir. Bagaimana bisa Sasikirana menghamburkan dirinya ke pelukan Bima? Dan yang lebih menyebalkannya lagi Bima malah terlihat diam saja?

"Orang kalau pelukan tuh karena apa sih, Din?" Tanya Stephanie tiba-tiba kepada Dinda yang juga tampak diam, sama sekali tak tertarik untuk bersorak menyemangati Rafael yang sedang bertanding di bawah sana, seperti yang tengah Raka dan Raina lakukan sekarang.

Dinda pun tersadar dari lamunannya. Ia menoleh bingung lalu mendekatkan telinganya ke arah Stephanie. "Hah? Lo ngomong apaan, Step? Gak denger gue."

Bukannya menjawab, Stephanie malah diam sebentar sebelum akhirnya menggeleng. "Gak deh. Gak jadi. Ntar aja."

Di kondisi yang ramai seperti ini memang tak memungkinkan mereka untuk mengobrol.

Selagi Stephanie terus berdebat dalam hati, mencoba memikirkan beberapa kemungkinan akan arti dari pelukan tersebut, tiba-tiba saja ada seseorang yang duduk di sebelahnya. Orang itu memangku tas Stephanie yang memang ditaruh di sana untuk menjadi tanda bahwa bangku tersebut sudah ada yang punya. Baru saja Stephanie ingin membuka mulut, langsung ia urungkan karena ternyata orang itu bukan Bima. Melainkan Gio.

"Hai," sapa Gio dengan senyum manisnya. "Bima mana?"

Stephanie menatap Gio cukup lama. Gio pun refleks mengangkat kedua alisnya bingung. Lalu setelah itu Stephanie hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban. Kali ini alis Gio menyernyit bingung. Namun ia tak sempat untuk bertanya karena fokusnya beralih pada tim basket sekolah mereka yang kembali mencetak poin.

Stephanie pun juga berusaha fokus ke arah lapangan. Namun tak bisa ditampik bahwa matanya sesekali terus melihat ke arah pintu. Berharap Bima segera datang agar ia bisa bertanya; apa maksud dari Sasikirana yang memeluknya tiba-tiba dan ... kenapa ia malah terlihat diam saja?

🏹🏹🏹

"Gue pulang sama kalian ya," kata Stephanie langsung berjalan ke arah Raka dan Raina, bermaksud untuk ikut ke mobil mereka. Bima yang berdiri di sebelahnya pun jelas menatap heran.

"Lho? Kenapa?" Tanya Bima bingung.

"Lagi pengen sama mereka," jawab Stephanie tanpa menatap Bima karena ia langsung menggandeng tangan Raina dan berjalan di sampingnya.

Acara sekolah sudah selesai sejak beberapa menit yang lalu. Tadinya mereka berencana untuk merayakan kemenangan Rafael dan juga pertunjukan Gio yang luar biasa. Namun Rafael dan Gio sama-sama tak bisa karena harus ikut merayakan bersama tim mereka. Alhasil karena besok Sabtu, maka mereka pun memilih untuk merayakannya besok sekalian liburan di Puncak.

Stephanie sendiri masih sebal dengan kejadian tadi. Walaupun ia belum bertanya untuk mengkonfirmasi apa yang sebenarnya terjadi antara Bima dan Sasikirana, tapi untuk saat ini ia sedang tak ingin membahasnya. Karena darah di dalam tubuhnya akan mendidih ketika terus teringat dengan adegan pelukan tersebut. Itulah alasan kenapa ia rela menjadi nyamuk di antara Raka dan Raina.

Bima yang tak setuju pun langsung menarik tangan Stephanie. Raina dan Raka jadi ikut berhenti. Karena mereka saat ini berada di depan tempat parkir, orang-orang di sekitar mereka jadi ikut melirik penasaran.

"Gak ada ah. Lo pulang sama gue. Yakali gue pulang sendiri," kata Bima menolak mentah-mentah.

Stephanie dengan wajah marah langsung menghempaskan tangan Bima. "Gak mau!"

Bima yang sudah merasa aneh dengan sikap Stephanie dari tadi pun jelas mengernyit bingung. "Lo kenapa sih?"

"Lo yang kenapa!" Bentak Stephanie tanpa sadar.

My Possessive Boy FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang