"Brengsek!" Reksa turun dari kap mobil, melepehkan permen karet kemudian berlari menyusul Riyo setelah melihat keadaan Riyo di dalam sana. keempat sahabatnya ikut berlari menyusul, meskipun tidak tahu apa yang terjadi.Begitu Riyo sudah masuk kedalam, Reksa melihat Anil yang duduk lesehan dengan menyantap kelinci yang masih hidup. bahkan di bawahnya juga terdapat kelinci yang sudah terlumuri dengan darah, ada juga yang masih belum tersentuh, Reksa masih biasa saja. namun ketika Anil mendekat lalu mencekik leher Riyo Reksa langsung berlari untuk masuk kedalam.
Dan ya, pemandangan yang mereka lihat membuat isi perut serasa terkocok, apalagi Riyo yang berada di dalam sejak tadi. Roy mati-matian menahan rasa mual melihat pemandangan di depannya ini, dia paling tidak bisa melihat yang seperti ini.
Rahang Reksa mengeras melihat Riyo yang dicekik lalu diangkat tinggi oleh Anil, kedua tangannya terkepal kuat serta retina matanya menggelap. begitu juga dengan Ray, Renal dan Reza. sedangkan Roy hanya berdiri di ambang pintu dengan tangan yang membekap mulutnya sendiri.
Riyo yang dicekik tidak bisa melakukan apa-apa, kakinya bahkan menggantung dengan lemas. bibirnya pucat dengan air mata yang meluruh deras dari kedua netranya.
Reksa mendekat kearah Anil, tangannya dengan gesit membuka waistbag kemudian memakai sarung tangan yang dia ambil dari sana.
"JANGAN MENDEKAT!"
"SELANGKAH SAJA MAKA ANAK INI AKAN MATI!" Tangan Anil yang mencekik leher Riyo semakin kuat saat Reksa melangkah lebih dekat.
"BACOT SIALAN!" sahut Roy dari ambang pintu.
"KALIAN KIRA SAYA HANYA MAIN-MAIN, HAH?!"
"BAHKAN ORANG TUANYA SAJA SAYA YANG BUNUH."
Riyo yang mendengarnya semakin histeris mengeluarkan air mata, bahkan nafasnya terdengar memberat karena tangan Anil yang mencekik lehernya semakin kuat.
"HAHAHAHAHAHA!!"
"MEREKA TERLALU BODOH!"
Bugh!
Reksa memukul Anil dari samping saat Anil lengah berteriak seperti orang kesetanan, namun Anil tidak oleng sedikitpun. bahkan tangannya yang mencekik leher Riyo tidak melonggar.
"Brengsek!"
Reza yang akan maju ditahan oleh Reksa dengan gerakan tangan, sedangkan Renal yang ada di samping Reza hanya menatap tajam kearah Anil. berbeda dengan Ray yang mendekat kearah Anil dari arah berlawanan, karena posisi Anil menyamping kearah mereka dengan menyudutkan Riyo pada tembok.
"HANYA SEGITU SAJA?! CIH! AKAN SAYA BALAS DUA KALI LIP--
Bugh!
Kretek!
Anil terpental begitu Reksa kembali memukul telak pada kepala Anil, bekerjasama dengan Ray yang langsung menendang tangan Anil yang mencekik leher Riyo hingga Riyo terjatuh kebawah.
Riyo meraup oksigen dengan rakus, pernapasannya tidak teratur serta pusing mendera kepalanya. Reksa langsung berjongkok mendekat, tubuh kecil Riyo langsung dia bawa kedalam pelukan, hanya sebentar. setelahnya Reksa mengangkat kerah baju Riyo lalu dia hempas kearah Roy saat melihat Anil mulai bangkit.
Roy dengan sigap menangkap tubuh kecil Riyo, tidak terpeleset sedikitpun. tangannya berhasil memegang kerah baju Riyo, setelahnya Roy melangkah cepat keluar dari sana dengan menggendong tubuh kecil Riyo.
"ARGHHHHHHHHH--
Bugh!
Reksa terpental jauh saat Anil membanting serta melemparnya seperti kapas. Reza, Renal dan Ray terpelongo melihatnya.
Reza maju dengan tangan terkepal kuat. tanpa aba-aba dia langsung membanting tubuh Anil, tidak peduli jika dia perempuan. Ray yang melihat Anil kesusahan menandingi kekuatan Reza ikut membantu Reza dengan menendang perut Anil, tidak peduli jika yang dia tendang bagian sensitif.
Sedangkan Renal membantu Reksa untuk bangun, Reksa bangun dan langsung mendekat kearah Anil. memojokkannya pada tembok kemudian mencekik leher Anil dengan kuat.
"Le-lep-phas bre-ngsek! uhuk!"
Seakan tuli dengan Anil yang sudah kehabisan nafas, Reksa tanpa ampun membanting tubuh Anil pada meja kaca yang ada di tengah-tengah sofa.
"ARGHHH! SIALAN!" Anil berteriak histeris saat merasa tubuhnya remuk setelah Reksa membantingnya di atas meja kaca, hingga meja kaca tersebut hancur.
Anil yang mendapat perlakuan seperti itu semakin dilanda emosi, apalagi acara makan serta minum darah Riyo menjadi batal karena mereka. memikirkannya saja membuat emosinya kembali memuncak, tidak peduli dengan tubuhnya yang memiliki bercak di mana-mana. dia bangkit dengan tangan yang terkepal kuat, tangan kirinya memegang pecahan kaca yang lumayan tajam.
Ray, Reksa, Renal serta Reza yang melihat Anil seperti itu hanya memandangnya dengan santai. bahkan saat Anil semakin dekat dengan mereka, mereka masih tetap berdiri di tempat semula.
"HAHAHAHAHAHAHAHAHA!"
"KALIAN PENGACAU! KALIAN AKAN MATI DITANGAN SAYA!"
PRANG!
Mereka yang masih santai berdiri seketika terperanjat kaget begitu Anil melempar vas bunga kearah mereka.
"Astagfirullah! kaget saya teh, ngomong dong kalo mau ngagetin."
Renal menyenggol lengan Ray yang tadi berbicara, sangat tidak tahu sikon.
"MATI!" Retina Anil berkilat tajam melihat mereka yang tidak ada takut-takutnya melihat dia yang semakin berjalan mendekat.
Kreeet!
"Akh sa-sakit ..."
Mereka semua terkejut, terkejut karena bukan Reksa yang terkena serangan kaca dari Anil, melainkan ..., Riyo.
____
Maaf ya ngaret, mood buat nulis gaada padahal ide lagi lancar.
Kapan-kapan double update Yo.
See, u.
KAMU SEDANG MEMBACA
R I Y O || Selesai ||
Short StoryHanya menceritakan kisah seorang remaja yang berumur dua belas tahun, remaja menggemaskan yang bisa membuat siapa saja tak berkedip memandangnya. tingkah lucu serta menggemaskannya membuat orang-orang menyayanginya dalam sekejap mata. Kedua bola mat...