Teriakan nyaring itu berhasil membuat perhatian pria paruh baya tersebut teralihkan. kepalanya menoleh kebelakang, menatap siapa yang berani berteriak kepadanya.
”Kau berteriak kepada Daddy, Reksa?!” Nada suaranya terdengar serak dan dingin. tidak mampu menutupi emosi serta kemarahannya saat ini.
Reksa berdecak pinggang. ”Daddy! kau apakan adik-ku?!”
”What the hell? Adik?”
Reksa tidak menggubris ucapan Morgan---Ayah kandungnya. kakinya melangkah melewati Morgan untuk mendekat kearah Riyo yang terbaring lemah.
”Dek,” Panggil Reksa dengan kedua tangan yang terselip untuk mengangkat tubuh kecil Riyo untuk dia gendong ala brydal.
”Sakit hiks.. sa-sakit.” lirih Riyo dengan menggenggam erat baju kaos yang dikenakan Reksa. wajahnya bersembunyi pada dada bidang Reksa.
Wajah Reksa memerah dengan rahang mengeras, retinanya berkilat tajam melihat Morgan yang masih berdiri menatapnya aneh. kaki jenjangnya terus melangkah hingga sampai di ruang tengah. di sana terdapat keempat sahabatnya yang berbaring dengan camilan, serta Reza yang duduk menghadap laptop.
”Hiks.. sa-sakit!"
Lirihan Riyo berhasil membuat keempat remaja yang tengah berbaring itu bangkit, dan Reza yang awalnya fokus pada laptop langsung menoleh.
”Riyo kenapa, Sa?” tanya Ray dengan mendekat ke arah Riyo yang sudah berbaring di sofa panjang.
”Lo siksa Riyo, Sa?”
Memilih abai dengan pertanyaan Ray, Reksa justru melangkah kearah lemari kaca yang terdapat kotak P3k.
”Sa,” panggil Reza.
Tidak menjawab. Reksa mendekat kearah Riyo untuk mengobati lukanya yang lumayan parah.
”Dek, ke dokter, ya?” Reksa meminta izin setelah lama menatap wajah Riyo dan kotak P3k yang dia pegang. dia tidak pernah mengobati luka sekecil apapun sebelumnya, lebih tepatnya dia tidak tahu bagaimana menggunakannya sekarang.
Ray, Roy, Renal dan Reza hanya berdiri di dekat sofa. pertanyaan mereka tidak dijawab sedikitpun oleh Reksa. lantas, mereka harus bagaimana?
Riyo menggeleng pelan. ”Sakit hiks.. abang sakit..” cicit Riyo dengan mencekram baju kaos yang dikenakan Reksa.
Reksa mengigit kuat bibir bawahnya melihat Riyo yang terus meracau sakit. dia tidak tega melihat Riyo seperti ini.
”Panggil dokter kesini!”
Entah ditujukan kepada siapa ucapan yang tersarat akan perintah tersebut. namun kompak keempat remaja tersebut menghubungi dokter masing-masing. menit berikutnya mereka serentak membuntuti Reksa yang menggendong Riyo menaiki lift.
Detik berganti menit, menit berganti jam hingga dua jam berlalu setelah Riyo diperiksa oleh dokter. empat dokter lebih tepatnya, Reksa bahkan mengamuk begitu Riyo tiba-tiba tidak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
R I Y O || Selesai ||
Short StoryHanya menceritakan kisah seorang remaja yang berumur dua belas tahun, remaja menggemaskan yang bisa membuat siapa saja tak berkedip memandangnya. tingkah lucu serta menggemaskannya membuat orang-orang menyayanginya dalam sekejap mata. Kedua bola mat...