”Iyo capek, ayah!”
”Sini ayah gendong,” Morgan menggendong Riyo yang katanya capek. gimana nggak capek, Riyo tadi sangat aktif bermain. kurang lebih 2 jam Morgan duduk memantau Riyo yang masih asik bermain, tadi. jika menunggu orang lain, dia pasti tidak akan sudi.
Riyo digendong ala koala. di belakang ada Arkan yang selalu mengekor. pasti capek juga, tapi Riyo belum mau pulang. padahal hari sudah mulai sore.
”Ayah!”
”Hm?”
”Ih, ayah!”
”Iyaaa, kenapa, sih, nak?”
”Itu, mau itu, ayah!”
Riyo menunjuk permen kapas yang dimakan anak kecil yang sedang digendong oleh ibunya.
”Iyo mau, ayah!”
Morgan mengangguk. ”Arkan, belikan!”
”Baik, tuan.” Arkan berlalu. entah dimana dia bisa membeli permen kapas seperti itu. rupanya saja seperti rambut nenek.
”Pulang, ya? udah mau sore, Mommy kamu dari tadi nyariin.” Memang benar. sejak tadi ponselnya terus bergetar, istrinya itu tidak henti-hentinya menanyakan kapan akan membawa putranya pulang. padahal saat itu mereka baru saja tiba di pelataran mall.
”Ih! ayah, Iyo nggak mau pulang.”
Morgan berhenti melangkah. menatap Riyo yang menatap polos ke arahnya.
”Nggak mau pulang?”
Riyo mengangguk. ”Mau di sini aja, ayah!”
Morgan terkekeh gemas. jika dirinya tega sudah dipastikan dia akan meninggalkan Riyo di sini. biarlah putranya itu dimakan wewe gombel.
Morgan tidak menjawab. kakinya terus melangkah, turun dari eskalator dengan Riyo yang terus dia gendong ala koala.
”Riyo?”
”Iya, ayah?”
Pria itu duduk setelah memasuki store pakaian anak kecil. Riyo duduk di sampingnya dengan tatapan meneliti semua yang dia lihat sekarang.
”Kenapa harus ayah?” Morgan bertanya setelah memerintahkan agar mengosongkan seluruh store pakaian tempatnya sekarang. hanya berdua dengan Riyo, bahkan pegawainya tidak diizinkan untuk berada di sini.
Riyo menggeleng. ”Iyo enggak paham,” cicit Riyo mendongak menatap Morgan yang jauh lebih tinggi darinya meskipun dengan posisi duduk.
”Reksa panggil ’Daddy’ bukan ’Ayah’.”
Mulut Riyo membentuk huruf ’O’, mengerti apa yang Morgan maksud.
”Ayah keberatan?”
Morgan menyentil kening Riyo pelan, sangat-sangat pelan. ”Kalau orang tanya dijawab, bukan ditanya balik, hum?” kata Morgan. turun dari sofa dan bertumpu dengan lututnya, berhadapan langsung dengan Riyo.
KAMU SEDANG MEMBACA
R I Y O || Selesai ||
Short StoryHanya menceritakan kisah seorang remaja yang berumur dua belas tahun, remaja menggemaskan yang bisa membuat siapa saja tak berkedip memandangnya. tingkah lucu serta menggemaskannya membuat orang-orang menyayanginya dalam sekejap mata. Kedua bola mat...