Kamar mandi tempat Riyo berdiri ketakutan sekarang seakan rumah hantu. atmosfer kamar mandi ini terkesan horor, belum lagi shower yang dia hidupkan masih terus mengeluarkan cairan merah keunguan. keringat dingin seakan membasahi tubuh kecilnya.”Hiks.. Bunda, Iyo mau ikut bunda hiks.. ma-mau ikut Ayah hiks..” Riyo terisak ketakutan dengan kedua tangan yang menutup wajahnya. tubuhnya bergetar hebat dengan bersandar pada tembok pojok yang ada di kamar mandi.
Riyo larut dalam tangisnya sendiri. kakinya bahkan bergetar, tidak berani melangkah sedikitpun.
”Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!” Riyo berteriak histeris begitu pundaknya disentuh oleh seseorang.
”Dek!”
”Hiks.. a-abang huaaaaaaaaaaa!” Riyo meringsek untuk memeluk tubuh Reksa. tangannya melingkar erat pada perut kotak-kotak Reksa.
”Udah dek, udah.” Reksa mengangkat tubuh kecil Riyo ke gendongan koala. tangannya mengelus punggung bergetar Riyo dengan gerakan teratur.
Riyo menggeleng. wajahnya bersembunyi pada ceruk leher Reksa. bahkan matanya tertutup, tidak ingin melihat apapun.
”Kenapa, hm?” tanya Reksa setelah keluar dari kamar mandi.
”Airnya jadi darah, abang. Iyo nggak mau mandi,” Kekeuh Riyo yang masih memeluk leher Reksa.
Reksa tertawa keras mendengar penuturan Riyo. ”Darah? HAHAHAHA!” Riyo yang tidak paham dengan Reksa yang tiba-tiba tertawa keras seperti ini refleks memukul wajah tampan Reksa.
”A-abang,” cicit Riyo pelan dengan mata berkaca-kaca. siap menumpahkan liquid bening kembali.
Reksa meredakan tawanya. sudut matanya berair akibat tertawa, dia yang biasanya tidak pernah tertawa lepas seperti ini seakan aneh karena dengan gampangnya tertawa. bahkan hanya karena ucapan seorang anak kecil seperti Riyo.
”Itu bukan darah, dek. itu anggur.”
Kepala Riyo yang menyandar pada pundak Reksa langsung terangkat dengan raut kebingungan. ”Anggur?”
”Hm, minuman anggur. buat mandi.”
”Itu darah, abang. Iyo lihat sendiri.”
Alis Reksa terangkat serta senyum miring terpartri pada bibirnya. ”Nggak percaya, hm?”
Riyo mengangguk cepat, dia tidak percaya bahwa itu anggur. dia masih kekeuh bahwa yang dia lihat di dalam kamar mandi tadi adalah darah.
”Ayo kita lihat lagi,” ucapan Reksa membuat Riyo melepas pelukannya dan bergerak turun dari pangkuan Reksa.
”Dek, Hahahahahahaha!!” Reksa kembali tertawa begitu Riyo berlari keluar dari kamar.
______
Tap
Tap
Tap
Tap
Derap langkah kaki terdengar di lorong panjang. melewati setiap anak tangga kemudian berjalan lagi melewati lorong yang entah untuk apa. meskipun lelah, namun kaki kecil itu terus berlari hingga sampai di lantai satu. nafasnya terdengar memburu, bagaimana tidak? bayangkan saja. berlari dari lantai empat, melewati tangga lingkar hingga melewati lorong-lorong panjang yang terlihat suram. belum lagi para pria berpakaian formal itu tidak menegurmu sama sekali, bahkan untuk menanyakan kamu berlari saja tidak. ck! mereka sudah persis seperti patung.
Bruk!
Tepat di anak tangga terakhir, Riyo yang akan kembali berlari terhempas kebelakang setelah menabrak sesuatu yang keras. bahkan keningnya terasa begitu perih, sebenarnya apa yang dia tabrak. kepalanya mendongak, namun belum sempat melihat kearah yang dia tabrak. suara dingin seseorang membuatnya tersentak kaget.
”APA YANG KAU LAKUKAN?!”
Deg
Riyo mundur setelah bersitatap sesaat dengan netra tajam itu. namun setiap kakinya bergerak mundur, pria paruh baya itu juga ikut mundur hingga tubuh kecilnya terperosok di tembok bawah tangga.
”Kau, apa yang kau lakukan di sini?!”
Riyo merinding mendengar suara rendah yang penuh intimidasi dari pria paruh baya yang menatapnya tajam saat ini. air matanya luruh tanpa izin, kepalanya menggeleng setelah tangan besar pria paruh baya itu mencekram kuat dagunya.
”Sa-sakit hiks.. sa-sakit,” Riyo meringis begitu merasakan cengkraman pada dagunya semakin kuat. kedua tangannya meremas baju kaos yang dia kenakan, tubuh kecilnya tidak bergerak barang seincipun.
”Kau mau mati dengan menyusup ketempat ini, hah?!”
Kepala Riyo menggeleng cepat mendapat tuduhan seperti itu. ”Eng-enggak hiks.. enggak! Iyo akan pe-pergi da-dari si-sini.”
Pria paruh baya yang masih mencekram dagunya ini tersenyum miring. ”Kau yakin bisa keluar dengan selamat dari sini?”
Lagi dan lagi. Riyo menggeleng cepat, kepalanya yang menunduk dipaksa mendongak dengan menjambak rambutnya kuat oleh pria paruh baya tersebut.
”Hiks.. hiks.. a-ampun hiks.. sa-sakit hiks.. sakit.”
Pria paruh baya dengan setelah jas formal itu menghempas tubuh kecil Riyo hingga tengkurap di atas marmer. bahkan setelah tubuh kecil Riyo tengkurap dia menginjak bahu kiri Riyo dengan sepatu yang dia gunakan, tanpa ampun pria itu semakin menguatkan injakannya pada bahu Riyo.
”Kau seharusnya tidak tersesat kesini, anak manis.”
”I-iyo eng-enggak ter-sesat hiks.. eng-enggak.” Bantah Riyo terbata dengan menahan sakit pada bahunya.
”Cih! kau berani membantah?!”
Buk!
Kepala Riyo terbentur dengan keras pada marmer, pria paruh baya itu tanpa belas kasihan membenturkan kepalanya hingga tetesan darah menetes mengenai marmer.
”Hiks.. hiks.. sa-sakit hiks.. sa-sakit.. a-ampun hiks.. a-ampun.”
”Ck!” Pria paruh baya itu berdecak pinggang mengakui keberanian anak kecil yang berani membalas perkataannya ini.
”Bersiaplah, hukumanmu akan berakhir.” Pria paruh baya itu meregangkan kaki jenjangnya. bersiap untuk menjungkirbalikkan tubuh kecil Riyo.
Riyo menggeleng dengan berderai air mata. posisinya yang tengkurap menyulitkannya untuk melangkah mundur.
Pria paruh baya itu maju mengosongkan jarak antara dia dan Riyo. namun, sebelum kakinya berhasil menyentuh tubuh kecil Riyo. teriakkan nyaring berhasil membuatnya mundur.
”DADDY!”
______
Double up ini!
Vote sampe 600 bakal aku update besok wkwkwk.
Sengaja targetkan banyak biar ga nembus wkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
R I Y O || Selesai ||
Short StoryHanya menceritakan kisah seorang remaja yang berumur dua belas tahun, remaja menggemaskan yang bisa membuat siapa saja tak berkedip memandangnya. tingkah lucu serta menggemaskannya membuat orang-orang menyayanginya dalam sekejap mata. Kedua bola mat...