• RIYO - 14 •

26.3K 3K 103
                                    

”Astaga, apa yang kau lakukan sialan!” Veera mengambil alih tubuh Riyo dengan tergesa-gesa, setelahnya menginjak kaki Morgan dengan kekuatan penuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

”Astaga, apa yang kau lakukan sialan!” Veera mengambil alih tubuh Riyo dengan tergesa-gesa, setelahnya menginjak kaki Morgan dengan kekuatan penuh. sedangkan Riyo, dia terdiam tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Morgan cengo begitu mendengar ucapan istrinya. tangannya terangkat untuk memijat pangkal hidungnya, kepalanya tiba-tiba pening seketika. huh.

”Tidak seperti yang kau lihat, honey!”

Tatapan tajam Veera layangkan ke arah Morgan. ”Jangan tidur di sini, Morgan!” Ketus Veera lalu melangkah melewati Morgan begitu saja.

Riyo yang bersandar pada bahu Veera mengangkat kepalanya pelan. mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu, namun kembali tertutup karena bingung harus memanggil apa wanita cantik yang tengah menggendongnya saat ini.

Veera yang melihat kelakuan Riyo tersenyum tipis. ”Ingin mengatakan sesuatu?” tanya Veera setelah mendudukkan Riyo pada sofa yang ada di sebelah kasur. sedangkan Morgan, pria tampan itu masih setia berdiri di depan pintu kamar mandi.

Kepala Riyo mengangguk.

”Katakan saja, sayang.” kata Veera setelah beberapa menit Riyo tidak kunjung berbicara.

”Iyo harus panggil apa?” Riyo menggaruk tengkuknya merasa bingung. dia tidak tahu harus memanggil Veera bagaimana, selama ini dia hanya tahu 'Ayah, bunda, kakak, abang, adik, paman, dan juga bibik' kedua orang tuanya tidak pernah memperkenalkan orang lain seperti; 'kakek maupun nenek' entah dia yang tidak mempunyai keluarga besar atau bagaimana. pernah sekali Riyo memanggil salah satu teman bunda-nya dengan sebutan tante, justru kelakar tawa yang dia dengar. 'seseorang' yang dia panggil tante itu memintanya untuk memanggilnya 'kakak' padahal orang itu terlihat seumuran dengan bunda-nya.

Riyo ini anak polos, sangat-sangat polos. dia memang pintar, namun kepintarannya hanya berpusat pada perhitungan saja. selain itu dia seperti anak bodoh, kerap kali bertanya tentang apa yang dia lihat. jangan heran, Riyo seperti ini karena tidak pernah bergaul seperti anak seusianya.

Veera mengulum senyum mendengar ucapan Riyo. ”Panggil Mommy, sayang.” beritahu Veera.

”M-Mommy?” panggil Riyo ragu.

Senyum Veera mengembang mendengar suara lucu Riyo menyebutnya dengan sebutan 'Mommy'. ”Iya, Mommy. mulai sekarang kamu akan jadi anak Mommy, putra bungsu Mommy.” kata Veera yang langsung menghadiahi kecupan ringan pada wajah Riyo.

Riyo mengerjap beberapa saat. pusing yang dia rasakan berangsur-angsur menghilang, entah karena mendengar perdebatan dua orang dewasa di depannya tadi atau mungkin karena pelukan hangat seorang ibu. Riyo tidak tahu harus merespon bagaimana, dia hanya menatap wanita cantik yang ada di dekatnya ini dengan tatapan polos miliknya.

”Hum, kok bengong?”

Riyo menggeleng cepat, kepalanya menoleh kebelakang menemukan pria tampan yang tadi menggendongnya masih berdiri seperti semula di depan pintu kamar mandi. sebelum berbicara, dia lebih dulu memperbaiki posisi duduknya agar sedikit menjauh dari Veera.

R I Y O || Selesai ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang