Setelah kesepakatan kemarin, kini Xander, Zella, Vano, Azev, Arva, Celvin, Zea, Fio dan anak-anak mereka tengah berada di perusahaan Xander.
"Jadi gimana? Kita mau bikin bangunannya dimana?" Tanya Arva.
"Gini, 100M gak jauh dari sini ada tanah kosong yang lumayan luas dan itu bisa di bikin butik kebetulan disini jarang sekali ada butik jadi kalau kita bangun disana gimana?" Tanya sang pemilik perusahaan, bapak Xander terhormat.
Xander berdiri dan berjalan ke dekat jendela ruangannya yang berada di sebelah kiri pria tersebut.
"Kalian bisa lihat sendiri bukan bahkan jika di lihat dari sini kawasan tersebut terlihat jelas, jadi gimana kalau butik Rora eh maaf Azev di buat disana?" Tanya Xander. Arva mengangguk.
"Saya sih tidak keberatan bapak Xander tapi semua keputusan ada di ibu Azevaira yang terhormat so tanya saja pada beliau" jawab Arva.
Azev menampol lengan Arva, ia kesal dengan Abang nya karena di panggil dengan sebutan "ibu".
"Ekhem" Azev berdehem, ia harus bersikap profesional karena saat ini mereka tengah rapat dadakan.
"Saya ngikut saja keputusan Abang dan pak Xander, jika itu yang terbaik kenapa gak? Toh saya cuma di bantu so saya tidak boleh ngelunjak" ucap Azev.
"Ra Xander lakuin ini demi kamu, come on jangan semuanya Rora kasih ke Xander. Xander juga butuh pendapat dari Rora karena semua ini Xander lakukan demi Rora, Xander gamau Rora kecewa nantinya dan kalaupun Rora mau Xander rela nyumbang in dana berapapun demi kamu" ucap Xander tulus.
Azev membelalakkan matanya, ia tak habis pikir dengan sikap Xander. Gila benar-benar gila!!
"Apaan sih der, ngaco kamu so oke fine Rora mau" pasrah Azev.
"Alhamdulillah" ucap mereka bersamaan.
"Gitu kan enak" ujar Xander. Azev mencibir kesal.
"Terus roti nya?" Tanya Arva. Xander terkekeh.
"Silahkan anda tanya kepada bapak Vano terhormat" ujar Xander. Vano mencibir kesal, kalau bukan sedang rapat mungkin Vano akan memukul sahabat nya ini sampai puas.
"Ekhem" dehem Vano sebelum memulai percakapan.
"Seperti dengan halnya bapak Xander, saya juga berencana ingin membangun bangunan tersebut tidak jauh dari perusahaan saya. 200M tidak jauh dari perusahaan saya ada tanah kosong yang mungkin bisa kita lakukan pembangunan disana, saya rasa juga di sekitar sana jarang sekali orang yang jualan roti waktu itu saya mau beli roti itupun lumayan jauh. So kalau kita melakukan pembangunan disana tidak ada masalahnya itung-itung membantu warga setempat juga" jelas Vano. Arva mengangguk dan berfikir.
"Tak ada salahnya, lumayan juga sih deket sama perusahaan jadi ekspor nya tidak pakai biaya lebih. So gimana dek?" Tanya Arva.
"Insyaallah Azev nurut bang, Azev serahin semua ke Abang ya zeva takut salah melangkah" ucap Azev. Arva mengangguk.
"Baik deal ya?" Tanya Arva sambil menyodorkan tangannya.
Xander membalas jabatan tangan Arva dan tersenyum.
"Deal" ucap Xander.
Begitupun dengan Vano, Vano juga menerima uluran tangan Arva dan tersenyum.
"Deal" ucap Vano.
Mereka yang ada di ruangan tersebut tersenyum dan mengucapkan hamdalah.
"Terus kapan mulai pembangunan nya?" Tanya Arva.
"Gimana kalau lusa? Hari ini saya akan menyuruh orang buat beli perlengkapan nya dan masalah tanah saya sudah membeli tanah itu dari lama untuk berjaga-jaga, gimana pak Arva?" Tanya Xander.
"Ide bagus, lebih cepat lebih baik" jawab Arva.
"Saya juga akan memulai pembangunan nya lusa pak masalah tanah dan perlengkapan nya bapak tidak perlu khawatir, saya akan urus semua nya" ucap Vano. Arva lagi-lagi mengangguk.
Azev menatap kebelakang, ia melihat teteh dan kakak nya tengah memangku twins A yang tengah tertidur dan mengawasi anak-anaknya yang lain juga tengah tertidur.
Ia menghampiri mereka dan tersenyum, ia mengecup wajah anak-anaknya. Anak-anaknya lah yang membuat ia harus semangat mencari nafkah walaupun sang Abang bisa saja menafkahi dirinya.
"Masyaallah Ra, Xander salut banget sama kamu. Demi anak-anak mu kamu rela banting tulang demi sesuap nasi buat mereka. Xander bangga sama Rora" batin Xander.
"Yasudah pak Xander dan pak Vano, saya izin undur diri karena ada meeting mendadak. Terimakasih atas kerjasama dan kepercayaan nya, saya pamit assalamualaikum" pamit Arva.
"Terimakasih kembali pak Arva, wa'alaikumsalam" jawab Xander.
"Saya juga undur diri pak karena harus menemani Abang saya meeting, sekali lagi terimakasih assalamualaikum" pamit Celvin.
"Sama-sama pak Celvin, terimakasih kembali. Wa'alaikumsalam" jawab Xander.
Xander, Vano, dan Zella menghampiri Azev dan keluarganya. Mereka bisa melihat tatapan tulus dari seorang Azevaira.
"Ra?" Panggil Xander.
"Iya?" Saut Azev.
"Anak-anak kamu tidurin aja di ruang sana dari pada di sofa yang ada nanti badan mereka sakit semua" ucap Xander sambil menunjuk pintu yang berwarna coklat.
"Tapi Rora-"
"Kalau kamu mau pulang, pulang aja gapapa nanti biar mereka Xander aja yang anter pulang" potong Xander.
"Jangan, terlalu merepotkan. Rora nitip Saga dan El aja ya? Twins A dan G biar Rora bawa pulang saja" ucap Azev. Xander mengangguk dan menggendong Saga dan El.
Azev menggendong Fara, Zea gendong Aarizh, Fio gendong Aarish dan Vano gendong Fari. Mereka berjalan keluar dan menuju parkiran.
"Yaudah Xander Rora pulang dulu ya" pamit Azev.
"Ra mending kita anterin aja ya? Vano sama kakak kakak mu Xander sama Rora nanti Zella ikut juga kok, gimana?" Tanya Xander.
Azev nampak berfikir, ia tadi berangkat bersama Arva dan Celvin. Namun mereka ada meeting mendadak dan tidak ada pilihan lain mau tak mau ia mengiyakan tawaran Xander.
"Yaudah deh, maaf ya ngerepotin" ujar Azev.
"Ngga repot kok" jawab Xander.
"Yaudah ayo masuk" ajak Xander.
Xander, Zella, dan Azev masuk ke mobil Xander dengan Fara dan Fari berada di pangkuan Zella dan Azev.
Sedangkan Fio dan Zea berada di mobil Vano dengan Aarizh dan Aarish berada di pangkuan mereka.
Xander terlihat tengah menelepon seseorang.
"Hallo tolong jaga dua anak laki-laki yang berada di kamar ruangan saya. Kalau mereka bangun kasih pengertian dan bujuk mereka" titah Xander.
"Bagus" ucap Xander.
Xander memutuskan sambungan nya dan kembali fokus ke jalanan. Ia melihat ke arah Azev dan Zella, ia senang karena sekarang ia bisa bersatu kembali dengan sahabat kesayangan nya itu.
"Xander bersyukur Xander bisa di pertemukan dengan Rora kembali. Xander janji akan sekuat tenaga Xander buat jagain Rora, bahagia selalu ya cantiknya Xander" batin Xander.
----
See u next part🦋.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUN, I LOVE U !! [END]
Random!!#BELUM DIREVISI#!! Seorang wanita umur 27 tahun yang berjuang mati-matian demi ke 6 anaknya tanpa bantuan dari sosok suami. Akankah dia bisa menghidupi kebutuhan dirinya juga anaknya? Akankah hidup dia bahagia? Yuk simak kisahnya. Note : Ini kisa...