PART (18)

321 41 1
                                    

Di ruang tamu keluarga Azev, hanya ada keheningan yang mengelilingi ruangan tersebut. Azev tidak tahu harus berbicara apa, ia rasa kini Abang nya tengah menahan emosi nya.

"Atas dasar apa anda datang kemari?" Setelah terjadi keheningan sesaat, suara dingin Arva pun membuka percakapan mereka.

Dika menelan ludah nya kasar, ia sangat takut jika mantan Abang ipar nya sudah dalam mode dingin seperti ini.

"Saya hanya mengantarkan Azev pulang bang" jawab Dika.

"Jangan panggil saya Abang, sekarang saya bukan Abang ipar anda" sengit Arva. Dika hanya mengangguk sembari tersenyum canggung.

"Setelah sekian lama, setelah bertahun-tahun, setelah Azev melupakan semua nya. Kenapa anda datang lagi di kehidupan adek saya tuan Abimanyu yang terhormat?" Tanya Arva dengan menekan semua perkataannya.

"Pak Arva dan Azev lah yang datang ke kehidupan saya. Ini kota Medan, kota kelahiran saya, kota dimana saya di lahirkan dan di besarkan. Harus nya saya yang bertanya seperti itu kepada kalian, setelah sekian lama kenapa sekarang kalian balik lagi dengan membawa kedua putra saya?" Tanya Dika. Ia dengan melawan segala ketakutan nya menjawab pertanyaan dari sang mantan Abang ipar nya itu.

"Saya sekeluarga beserta Azev se anak-anaknya sudah berada disini dari 4 tahun yang lalu. Kita tinggal dikota ini sudah 4 tahun lama nya, dan 4 tahun itu saya, Azev dan sekeluarga tidak pernah bertemu dengan anda, keluarga anda maupun istri dan anak-anak baru anda. Sekarang anda kembali dan datang ke rumah keluarga saya dengan alasan anda mengantarkan Azev pulang? Kemana anda 4 tahun ini?" Tanya Arva sembari mengontrol emosi nya yang rasanya ingin meledak.

Skakmat

Dika kalah telak, Arva benar. 4 tahun ini ia berada di negara orang dan baru pulang kemarin yang menyebabkan ia tidak bertemu dengan Azev dan keluarganya.

"Sekarang anda diam bukan? Kenapa? Apakah anda masih bisa membalas perkataan saya? Apakah anda masih bisa menentang perkataan saya? Apakah anda masih bisa menyalahkan saya dan Azev? Ayo jawab pertanyaan saya" titah Arva.

Dika hanya menggelengkan kepalanya lesu, ia kalah telak. Lidahnya kelu, nafasnya tercekat dan tenggorokannya kering. Berdebat dengan Arvata hanya membuat dirinya sakit hati, semua perkataan Arva selalu saja membuat dirinya kalah telak dan berujung sakit hati.

"Sudah saya duga, anda hanya laki-laki brengsek yang bisanya menyakiti dan menyalahkan wanita. Anda adalah laki-laki terbrengsek dan terbajingan yang pernah saya temuin. Setelah apa yang anda perbuat kepada adek saya anda masih menampakkan wajah anda di hadapan saya, Azev dan keluarga saya? Apakah tuan Abimanyu tidak punya malu?" Tanya Arva sambil tersenyum miring.

Sudah cukup!! Dika muak dengan semua ini. Memang ini salah dirinya, tapi dirinya juga tersakiti jadi apa dirinya masih bisa di katakan bersalah?

"Sudah cukup, saya sudah bersabar dengan apa yang pak Arva katakan. Saya diamkan pak Arva bukan berarti saya bisa menerima semua hinaan bapak ke saya, memang ini salah saya tapi saya juga tersakiti pak kalau anda lupa. Saya manusia dan bisa kapan saja saya berbuat khilaf, saya-"

"Manusia memang bisa kapan saja khilaf tapi manusia bisa langsung meminta maaf jika dirinya bersalah. Tapi tidak dengan anda, justru dengan gampangnya anda menyalahkan Azev yang jelas-jelas sudah anda sakiti dan dengan entengnya anda merasa tersakiti tanpa anda sadari bahwa anda juga menyakiti. Wanita itu di jaga boy, jika laki-laki lain menyakiti wanita langsung meminta maaf tapi tidak dengan anda. Bahkan dititik lemah nya Azev, di titik dimana ia memutuskan untuk berhenti berjuang dengan gampangnya anda menyakiti dia dengan perkataan yang menurut anda sederhana. ANDA SEHATT??" Ucap Arva di akhiri dengan bentakan.

Tangan Arva sudah terkepal kuat hingga menunjukkan otot-otot tangannya. Wajah merahnya dan urat-urat lehernya sangat terlihat jelas. Ia tidak terima jika adeknya di sakiti oleh bajiangan seperti Dika, hati Abang mana yang tidak sakit jika melihat adeknya di sakiti oleh cowo bastard seperti Dika? Rasanya ia ingin memberikan bogeman di wajah tampan Dika.

Lagi dan lagi mulut Dika di bungkam kan dengan kata-kata nyelekit dari Arva. Arva benar, dia hanya cowo bastard yang bisanya nyakitin cewe tulus seperti Azev. Dia malu!!.

Azev mengelus lengan sang Abang, ia tau Abang nya tengah emosi jika tidak di tenangkan maka keadaan akan semakin memburuk.

"Abang udah ya, kasian mas Dika. Dia udah Abang bungkam kan dengan kata-kata Abang, udah cukup ya" bisik Azev.

"Dek cowo-" ucapan Arva terhenti kala melihat gelengan lesu dari sang adek. Tatapan tulus, sayu dan ketakutan dari Azev membuat dirinya tak tega jika harus membantah perintah adek bungsu nya itu.

Arva menghela nafas panjang, ia meraup muka nya kasar dan mengacak rambutnya kasar.

"Saya minta maaf" ucap Arva dengan nada dinginnya.

Dika yang awalnya menunduk menjadi mendongak dan menatap wajah mantan Abang ipar nya itu dengan tatapan yang sangat sulit di artikan.

"Saya tau saya salah telah memarahi anda, saya kelepaskan jadi saya harap anda bisa memaafkan saya" setelah mengucap kalimat tadi, Arva beranjak dari tempat duduk dan berjalan menjauh dari ruangan tersebut.

Azev tersenyum, ia tau mau semarah apapun Abang nya pasti sang Abang akan meminta maaf jika ia salah.

"Mas? Azev minta maaf ya atas perkataan Abang, Abang emang suka gitu kalau lagi marah. Maaf-"

"Seharusnya saya yang minta maaf Azev, saya yang salah disini. Saya tau kesalahan saya dulu sangatlah fatal, tapi jika saya masih bisa memperbaiki kesalahan saya lantas mengapa saya dihina? Saya juga manusia, wajar saja saya merasa tersakiti karena waktu itu saya memang syok. Saya juga menyesal karena telah menyia-nyiakan wanita sebaik dan setulus kamu Azev. Disini, hari ini saya Pradika Azka Abimanyu meminta maaf kepada Azevaira Vergaza Stephanie beserta keluarga atas kesalahan yang sudah saya perbuat dulu" ucap Dika dengan penuh ketulusan.

Hati Azev tersentuh, perkataan inilah yang ia tunggu-tunggu selama ini. Akhirnya mantan suaminya itu sadar dengan semua kesalahannya.

"A-azev udah memaafkan mas, mas gak salah. Ini udah takdir mas, jangan kaya gini ya Azev gak suka. Ini bukan kesalahan mas sepenuhnya jadi jangan merasa kalau mas yang salah ya, dan maafin perkataan dan kesalahan Abang dulu ataupun sekarang ya" balas Azev.

Dika tersenyum getir, ia menyesal sangat-sangat menyesal karena sudah menyia-nyiakan wanita sebaik dan setulus Azev. Azev adalah wanita paling sempurna.

"Tapi Abang?" Tanya Dika dengan lirih.

"Masalah Abang gak usah mas pikirin, yang penting mas maafin semua kesalahan Abang ya? Azev tau mas orang baik" balas Azev sambil tersenyum manis.

Dika menatap senyum itu, penyesalan nya kian menjadi kala melihat senyuman manis yang terukir di bibir Azev.

"Yaudah saya pamit pulang dulu ya, salam buat Abang" pamit Dika. Ia tidak boleh berlama-lama dengan Azev disini, bisa-bisa ia khilaf.

"Iya, hati-hati mas sekali lagi maafin kesalahan Abang dan Azev ya" balas Azev.

Dika tersenyum, ia menepuk kepala Azev yang tertutup jilbab dua kali.

"Gausah minta maaf, kalian gak salah. Saya pamit assalamualaikum" pamit Dika.

"Iya, wa'alaikumsalam" jawab Azev.

Azev mengantarkan Dika sampai kedepan rumah, ia menatap kepergian mantan suaminya itu.

"Andai permintaan maaf mu itu dulu mas, mungkin sekarang kita masih bisa bersama" batin Azev.

Azev menghela nafas panjang dan menutup pintu rumahnya kembali.

----

Assalamualaikum me come back nihh, ada yang kangen anak-anak bunda gak? Hahaha
Kuy ajak teman-teman kalian buat baca cerita ini, sekalian share cerita ini ke medsos kalian biar ini cerita rame dan banyak pembacanya.
See u next part all🦋.

~Gfmuuu
4 September 2021

BUN, I LOVE U !! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang