"Kau ngapain?"
Hye-Rin hanya menarik senyum simpul tatkala Yoo-Seok melabuhkan tubuh tepat di sampingnya. Hye-Rin tak langsung menanggapi, dan kembali menatap hamparan tirai awan di cakrawala. Semilir angin menerpa keduanya yang masih diselimuti keheningan.
"Aku hanya refreshing," jawab Hye-Rin. "Besok sudah mulai 'kan Ujian Nasionalnya? Makanya aku mau menenangkan diri untuk besok. Ujian Nasional pasti menguras banyak tenaga."
Yoo-Seok tersenyum lembut. "Ya, benar. Aku malas ujian!"
Lalu, keduanya terkekeh kecil. Sebenarnya bukan hanya itu alasan Hye-Rin memilih berdiam diri di lapangan belakang sekolah yang notabene memang sepi dari dulu. Ia sengaja mengisolasi diri dari keramaian karena merasa tak nyaman. Sudah seminggu, semenjak tragedi pesta kelulusan itu. Tapi gosip tentangnya masih saja dibahas.
Violetta dan antek-anteknya juga semakin gencar membuatnya dipermalukan di depan semua anak. Namun Ho-Hyun selalu datang dan membela Hye-Rin. Padahal ia belum memberi jawaban atas tawaran Ho-Hyun untuk menjadi pacarnya, tapi laki-laki itu sama sekali tak mempermasalahkannya. Ia memberikan banyak ruang berpikir untuk Hye-Rin.
Min-Hee, dia sempat memarahi Violetta habis-habisan, bahkan tak segan memukul gadis itu. Dan berakhir, mereka terjebak di ruang BK untuk kedua kalinya.
Dari situlah Hye-Rin menyadari, biang masalahnya itu dia.
Manik Yoo-Seok terfokus pada sesuatu yang mengait telinga gadis itu. Bukan anting, benda itu melingkari daun telinganya. "Itu apa?"
"Eo?" Hye-Rin menoleh.
"Itu ... yang di telingamu," ujarnya, seraya menunjuk sesuatu itu.
"Ah, ini." Hye-Rin mengusap benda yang akhir-akhir ini menempel di telinganya. Ya, alat pendengar pemberian Ho-Hyun. Memang, semenjak cedera broca hari itu, pendengarannya sedikit terganggu. Warna alat pendengar yang berwarna krem, dan tertutup rambut panjangnya, bisa mengelabuhi orang-orang. Yoo-Seok satu-satunya orang--kecuali Ho-Hyun--yang tau ia memakai alat pendengar ini.
"Karena kecelakaan hari itu, aku harus memakai ini. Pendengaranku sedikit terganggu," ujar Hye-Rin berdalih.
Laki-laki itu mengangguk, paham.
"Oh, ya ...." Yoo-Seok berdehem singkat. "Kejadian di pesta kelulusan hari itu. Aku ... aku minta maaf."
"Ah, tidak apa. Bukan masalah untukku," jawab Hye-Rin singkat. Maniknya masih menatap hamparan tirai awan, namun pikirannya berkelana ke kejadian hari itu. Sampai sekarang, Hye-Rin tak tau kenapa Yoo-Seok memukuli Ho-Hyun tempo hari.
"Ini," Yoo-Seok menyerahkan selebaran koran yang kertasnya sudah mulai menguning. Beberapa bagiannya pun sudah termakan rayap.
Dahi Hye-Rin berkerut. "Untuk apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, High School!
Teen FictionMoon Hye-Rin, gadis itu menyukai Lee Ji-Woon. Laki-laki yang dikaguminya sejak duduk di bangku SMP. Namun, Ji-Woon tak pernah membalas perasaan gadis itu. Hingga suatu ketika, datang anak baru bernama Park Yoo-Seok yang menyatakan cinta padanya di h...