"Oppa?!"
Pekikan Min-Hee mengudara dan hampir membuatnya tersedak permen karet. Mungkin bukan sekali Min-Hee tersedak permen, tetapi seorang pria di hadapannya membuat ia bukan lagi tersedak namun juga mengerjapkan mata, berharap penglihatannya tidak salah.
"Kenapa? Kau tak senang jika aku di sini?" Senyum pria itu mengembang. Sudah lama sejak terakhir kali ia melihat wajah itu. Wajah yang ia rindu-rindukan selama menempuh pendidikan di negeri tetangga.
"Tidak, bukan itu--"
Namun teriakan seseorang dari arah berlawanan membuat perhatian keduanya teralihkan. Lantas netra pria berkemeja itu sibuk menelisik penampilan Hye-Rin dan Yoo-Seok bergantian. "Apa mereka teman-temanmu?"
Min-Hee mengangguk. "Perkenalkan ini Moon Hye-Rin."
"Annyeonghaseyo." Hye-Rin sontak membungkuk hampir 90 derajat.
"Anak laki-laki ini siapa?" tanya pria berkemeja itu seraya menunjuk Yoo-Seok yang terus memberikannya sorot mata curiga.
"Ah, dia Park Yoo-Seok," jawab Min-Hee.
Ia mengangguk kecil, tanda mengerti. Tangannya mengulur sembari menarik senyum misterius. Sementara netranya menusukkan sorot intens, dan berkata, "Namaku Jang Myung-Dae."
"Aku kekasih Min-Hee," sambungnya.
"Kekasih?!" pekik Hye-Rin dan Yoo-Seok hampi bersamaan. Netra keduanya membulat sempurna bersamaan dengan bibir mereka yang sedikit terbuka.
"Bukannya tadi Min-Hee memanggilmu Oppa?" tanya Yoo-Seok.
"Ya! Kau pikir panggilan Oppa hanya untuk kakak laki-laki? Lagipula anak zaman sekarang selalu memanggil pacarnya dengan sebutan oppa, 'kan?"
Hening, atmosfer aneh menyelimuti Hye-Rin dan Yoo-Seok. Berbeda dengan Myung-Dae yang sedikit menyelipkan senyum geli di balik wajahnya yang nampak serius. Min-Hee berdecak, lantas mulai angkat bicara seraya melipat tangan di depan dada. "Ya! Oppa! Berhenti bi--"
Dengan satu gerakan, Myung-Dae membekap mulut Min-Hee agar gadis itu tak melanjutkan kalimatnya. "Chagiya, kenapa kau marah? Lagipula memang salah jika teman-temanmu tau aku adalah pacarmu?"
"Chagiya?! Oppa, aku--"
Untuk kesekian kalinya Myung-Dae membekap mulut Min-Hee rapat-rapat agar tak ada celah bagi gadis itu untuk menjawab. "Chagiya, jangan marah. Kau terlihat imut ketika marah."
Damn! Sangat menggelikan.
"Apa yang dia bilang? Min-Hee imut ketika marah? Sejak kapan orang marah jadi imut? Norak sekali!" batin Yoo-Seok.
"Apa aku di sini hanya untuk menonton orang pacaran? Sebaiknya aku pergi," batin Hye-Rin seraya melangkah mundur beberapa senti. Min-Hee masih meronta, sedangkan Myung-Dae lantas memandang dua remaja yang memberikannya tatapan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, High School!
JugendliteraturMoon Hye-Rin, gadis itu menyukai Lee Ji-Woon. Laki-laki yang dikaguminya sejak duduk di bangku SMP. Namun, Ji-Woon tak pernah membalas perasaan gadis itu. Hingga suatu ketika, datang anak baru bernama Park Yoo-Seok yang menyatakan cinta padanya di h...