Gubrak!
Ji-Woon segera mengambil ancang-ancang langkah seribu ketika tubuh Hye-Rin telah terkulai lemas tak sadarkan diri di tanah. Namun, ia urungkan ketika Yoo-Seok terlihat lebih cepat darinya. Laki-laki jangkun itu segera membopong tubuh Hye-Rin masuk kedalam mobil. Sedangkan orang-orang di sekitar tampak panik dengan pingsannya seorang gadis yang mendadak. Jangan lupakan Ji-Woon yang tampak terdiam kaku seraya mengepalkan tangannya hingga buku-buku tangannya memutih.
Entahlah kenapa ia bisa seperti ini. Ada rasa kesal, dan kecewa ketika ia tak bisa menjadi orang pertama yang menolong Hye-Rin.
Sebenarnya, dia kenapa?
📚
"Selamat pagi semua!"
Suara Guru Yoon menggema ketika pagi mulai menyapa. Beberapa murid terlihat mulai memenuhi halaman hotel yang cukup luas. Suara bisikan, dan tawa juga mengudara, menimbulkan suara bising tak beraturan dari segala penjuru barisan.
"Diam semua!"
Dalam satu sentakkan, suasana kembali sunyi dan semua siswa mulai tertunduk ketika suara berat Pak Yoon terdengar memenuhi rongga telingan mereka.
Guru Yoon menghela nafas. "Hari ini kita akan pergi mendaki ke Gunung Fuji. Namun karena suhunya rendah, kemungkinan kita tidak bisa ke puncak. Dan kita harus menghentikan aktifitas ketika senja. Kita tidak mau, 'kan jika ada hewan buas?"
"Baiklah, kita cepat-cepat naik bus, dan jangan membuang waktu!"
"Ne!"
07.00 am
*Gunung Fuji"Ji-Woon~a! Annyeong!"
" ... "
"Mau jalan bersama?" Hye-Rin tersenyum dengan riang hingga bola matanya hampir tertutup sempurna. "Sepertinya hari ini akan menyenangkan!"
Ji-Woon sontak mengeluarkan headset dari dalam sakunya, dan memilih menyumpal telinganya daripada harus mendengar ocehan tak berguna dari mulut gadis di sampingnya.
"Ji-Woon~a! Ya! Apa kau tidak mendengarku?!" bentak Hye-Rin ketika si patung di depannya tampak hanya menganggapnya seperti lalat yang kebetulan lewat.
" ... "
Hye-Rin kembali mengerucutkan bibirnya. "Ji-Woon~a! Kau ini me--"
"Bagaimana keadaanmu?" Reflek Ji-Woon memotong ucapan Hye-Rin dan menanyakan kondisi gadis itu. Sedangkan Hye-Rin hanya bisa melongo tak percaya, dan otaknya masih loading. Pipi gadis itu mulai memerah bak kepiting rebus, ia tak menyangkan Ji-Woon akan mengakhawirkannya. Lantas Hye-Rin menarik sudut bibirnya, hingga senyum manis terbit. "*Nan Gwaenchana".
(*Aku baik-baik saja)"Jinjja?"
(*Sungguh?)
"Eung! Kau tak percaya? Liat ini." Hye-Rin menghadang jalan Ji-Woon hingga pria itu reflek berhenti.
"Lihat." Hye-Rin mulai menggerakkan beberapa anggota tubuhnya. "Aku terlihat baikan, 'kan?!" Lantas gadis itu tersenyum hingga bola matanya menyipit. Ia juga mulai melompat-lompat, dan sedikit berlari kecil hingga nafasnya berderu tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, High School!
Novela JuvenilMoon Hye-Rin, gadis itu menyukai Lee Ji-Woon. Laki-laki yang dikaguminya sejak duduk di bangku SMP. Namun, Ji-Woon tak pernah membalas perasaan gadis itu. Hingga suatu ketika, datang anak baru bernama Park Yoo-Seok yang menyatakan cinta padanya di h...