☀Chapter 18☀

34 25 91
                                    

Byurr!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Byurr!

Tubuh Yoo-Seok basah kuyup terjatuh ke dalam air mancur yang berisi air. Lantas Min-Hee tertegun dan menghentikan langkahnya. Menatap Yoo-Seok sejenak seraya menahan tawa.

"Pftt ... kau ini bagaimana? Hahahaha!" Min-Hee tertawa cukup keras. Menampilkan sederet giginya yang rapi sembari memegangi perutnya yang terasa nyeri karena terlalu banyak tertawa.

Yoo-Seok terpaku di tempat. Tanpa ada niatan untuk berdiri dari posisinya dan membiarkan air makin membasahi tubuhnya. Ia menatap wajah Min-Hee. Menatap setiap lekuk wajah gadis yang sedang tertawa ria, tawa yang jarang ia lihat. Tanpa sadar, ia menggulum senyum tipis di wajahnya.

📚

Ho-Hyun terdiam di kamarnya. Menatap langit-langit dengan beberapa lampu yang menempel. Lantas ia membangunkan diri, menatap pantulan tubuhnya di cermin. Seorang remaja dengan kaos hitam melekat di badannya, serta rambut yang acak-acakan.

"Arggh!" Ho-Hyun mengacak rambutnya frustasi. Ia melamun sejenak, hingga teringat akan buku diary di lacinya. Sontak Ho-Hyun merogoh sakunya, dan mengambil kunci kecil kemudian mengeluarkan isi laci tersebut. 

Ho-Hyun menatap buku itu sejenak, lantas membuka halaman selanjutnya dan membaca deretan huruf yang tertata rapi di buku itu.

~Dear Diary~

Musim dingin akan segera datang. Menyambut hari natal dengan ria dengan berbagai kue menjamu di meja. Aku menatap langit malam 2002 yang sangat gelap.

Entah seberapa lama sudah aku tak menjamah buku ini. Aneh, aku menemukan buku ini di antara baju-baju lamaku. Dan sekarang, aku Kim Shi-Jin. Tumbuh menjadi wanita dewasa yang sudah memiliki anak.

Kau tau, akhirnya aku menikah dengan pria yang aku cintai. Pernikahan yang di dasari cinta, hingga hadirlah seorang bayi laki-laki yang hampir tiap malam merengek minta susu.

Tanggal 7 Desember, adalah hari yang membahagiakan untukku. Hari itu suara tangis bayi memenuhi ruang bersalin. Dia menangis dengan wajah tampannya yang kemerahan. Bayi laki-laki itu ku beri nama ...

Ho-Hyun menghentikan aktivitas membacanya. Menatap lekat-lekat tulisan yang pudar terkena air. Hal itu lantas membuat rasa ingin tau Ho-Hyun meningkat.

"Ya sudahlah, jangan memikirkannnya," gumam Ho-Hyun seraya melanjutkan aktivitas membacanya.

... Dia sangat tampan. Mirip ayahnya dan sedikit mirip ibunya. Mata elangnya mirip sekali seperti ayahnya, dan aku berharap anak ini tumbuh menjadi pria yang berwibawa dan baik hati seperti ayahnya.

Ah, sudahlah. Aku mengantuk, dan lain kali aku akan menulis lagi. Salju sudah mulai turun membasahi jendela kamarku, dan hari natal sudah ada di depan mata. Putraku, dia tertidur pulas di ranjang bayi dengan pipinya yang chubby dan kemerahan. Sangat menggemaskan.

Hello, High School! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang