"M-mwo? Ji-Woon~a?" gumam Hye-Rin diantara kerumunan seraya mengedarkan pandangannya mencari seseorang bernama Ji-Woon.
"Jugaeyo, *sajangnim!" teriak Hye-Rin ditengah kerumunan sambil mengangkat tangan, dan sontak membuat Hyuk--atasan Hye-Rin menoleh.
(Sajangnim= Panggilan untuk atasan)."Ne?"
"sajangnim, bolehkah saya tau orang yang bernama Lee Ji-Woon?" tanya Hye-Rin.
"Ah, *majayo! Kau pegawai magang baru 'kan? Pantas saja kau tak tau." ujar atasan Hye-Rin di selingi tawa renyah, sedangkan Hye-Rin hanya tertawa kikuk yang di paksakan, karena sejujurnya ia tak tau kenapa atasannya ini tertawa.
(*Majayo= Tentu saja(formal))."Yang bernama Lee Ji-Woon silahkan angkat tangan!" perintah Hyuk ketika tawa renyahnya sedikit mereda.
"Ne!" jawab seseorang di antara kerumunan. Suara itu berhasil mengingatkan ia ke seseorang. Apakah itu benar-benar malaikatnya?
Dan benar saja, seorang pria seumuran dengan Hye-Rin muncul dari balik kerumunan dan berhasil membuat Hye-Rin terpanah dengan pesonanya yang menyilaukan mata. Hye-Rin ternganga, sedangkan pria itu berjalan layaknya slow motion. Pria tersebut mengembangkan senyum di wajah putih bak porselennya sembari melambaikan tangan ke arah Hye-Rin.
Hye-Rin mengedipkan matanya berulang kali meyakinkan bahwa pria itu benar-benar Ji-Woon. Dunia seakan terhenti, sedangkan Hye-Rin terus saja memandang Ji-Woon tanpa berkedip serta mata yang berbinar-binar.
"Ayo pergi," ujar Ji-Woon dengan nada ketus handalannya. Lantas ia meninggalkan Hye-Rin yang masih loading.
Hye-Rin menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras, hingga ia tersadar dari mimpi indahnya yang sesaat. Dugaan Hye-Rin benar, tadi dia hanya berhalusinasi. Yang Hye-Rin lihat kini hanya seorang pria es batu dengan headset di telinganya serta wajah datar yang sudah menjadi bagian dari hidup seorang Lee Ji-Woon.
"Ji-Woon~a!" teriak Hye-Rin seraya berlari dan merentangkan tangannya lebar-lebar, siap memeluk Ji-Woon. Merasa terancam, sontak Ji-Woon segera menghindar, dan alhasil yang di peluk Hye-Rin hanya angin lalu.
"Ji-Woon~a! Kenapa kau menghindar?" rajuk-nya dengan pipi mengembung bak anak kecil yang tidak di belikan es krim.
"Kita sekarang partner bisnis!" sambung Hye-Rin dengan tampang antusias dan penuh semangat. Lantas ia mengulurkan tangannya ke arah Ji-Woon sebagai bentuk kerja sama. Sedangakan pria di depannya hanya menyambut dengan diam dan menatap datar Hye-Rin, wajah andalannya tanpa ada niatan membalas jabatan tangan Hye-Rin yang masih mengambang di udara.
"Aku bekerja disini, dan sekarang kita adalah partner bisnis! Dan sepertinya ... kita memang berjodoh! Liat saja, kita bertemu disekolah, bekerja di tempat yang sama, dan ... tinggal di tempat yang sama! Jangan kaget Ji-Woon~a, dari sudut pandangku kita memang ditakdirkan bersama, benarkan Ji-Woon~a?" oceh Hye-Rin panjang lebar dan penuh penghayatan dan hampir tak menatap sekeliling. Sedangakan pria es batu sudah hilang dari hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, High School!
Ficção AdolescenteMoon Hye-Rin, gadis itu menyukai Lee Ji-Woon. Laki-laki yang dikaguminya sejak duduk di bangku SMP. Namun, Ji-Woon tak pernah membalas perasaan gadis itu. Hingga suatu ketika, datang anak baru bernama Park Yoo-Seok yang menyatakan cinta padanya di h...