☀Chapter 36☀

11 8 8
                                    

"Ho-Hyun~a?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ho-Hyun~a?"

Pria bermata elang itu tak mengubris ucapan Hye-Rin dan terus berjalan menyusuri lorong sekolah seraya menarik lengannya. Dengan cepat Hye-Rin menghentikan langkahnya yang lantas membuat Ho-Hyun menoleh.

"Kenapa berhenti? *Gaja."
(Gaja= Ayo)

"Ya! *Micheosseo? Aku belum selesai piket, dan kelasnya belum 'ku kunci. Terus kenapa kau ada di sini? Bukankah konglomerat sepertimu harusnya les privat?"
(Kau gila?)

Ho-Hyun menghela nafas sembari menelisik sekeliling, kemudian mentap Hye-Rin dengan intens. Ia mendekatkan wajahnya hingga gadis itu mundur beberapa langkah dengan gugup.

Manik mereka saling beradu, Ho-Hyun menatap mata hitam kecoklatan itu dengan tenang. Sedangkan Hye-Rin hanya bisa membuang muka, menyembunyikan wajahnya yang kian gugup.

"Mwoya?! Menjauhlah! Ini sedikit aneh," cicit Hye-Rin.

Namun sepertinya Ho-Hyun berpura-pura tidak mendengar ucapan gadis berpipi chubby itu dan menyunggingkan senyum tipis. "Hukumanmu belum selesai."

Lalu Ho-Hyun berjalan mengedahului Hye-Rin yang melogo. Tak mengerti.

"Ya! Jam sekolah sudah usai! Sepulang sekolah aku harus bekerja di Café, mengerjakan PR, dan lainnya. Tak bisakah kau biarkan aku tenang sehari saja?"

Ho-Hyun cepat-cepat membalikkan badan dan menerbitkan senyum yang susah di artikan. "Sepertinya tidak."

Laki-laki itu tertawa kecil. Hye-Rin mulai menautkan alisnya bingung. "Apanya yang lucu?" batinnya.

"Oh ya, katamu tadi bekerja di sebuah Café? Kau pikir aku menjadikanmu asisten secara gratis? Tidak, aku akan membayarmu. Dan perlu kau tau, gaji menjadi asistenku lebih besar dari gaji seorang pegawai Café."

Hye-Rin membisu.

Ia bingung harus berkata iya atau tidak. Disisi lain ia membutuhkan uang untuk membayar sewa kamar kostnya dan harus makan tiap harinya. Bahkan gaji sebagai pegawai Café dalam sebulan tak cukup. Ia juga harus menjadi pengantar koran dan susu di komplek-komplek perumahan Distrik Seoul.

Benar, mencari uang bukanlah hal yang bisa di bilang mudah dan sangat melelahkan.

"Bagaimana? Mau gak?" tawar Ho-Hyun untuk yang kesekian kalinya.

Tak kunjung mendapatkan balasan dari lawan bicaranya, ia mengedikkan bahu dan membalikkan badan, siap meninggalkan Hye-Rin yang hanya membeku.

"Ya sudah kalau gak mau."

"Eh, Aku mau!" teriak Hye-Rin ketika sadar dari lamunannya. Sedangkan Ho-Hyun diam-diam membentuk senyum kemenangan di bibirnya.

"Baiklah, cepat kesini! Sebelum 'ku tinggal."

Hello, High School! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang