Happy Birthday, Alona!

8 1 0
                                    

  Sekarang, tidak tahu kenapa, waktu cepat sekali berlalu. Kenyamanan yang tercipta pada kehangatan, membuat kedua buah kubu terus saling berdekatan. Semenjak hari itu, semuanya telah berubah.

  Namun ketika ada sesuatu yang membuatnya terkesima, kini dengan gampangnya, dia telah membuat hari-harinya begitu berwarna. Dengan keajaiban yang tercipta di tiap uluran tangannya, itu seakan-akan sudah menyatakan bahwa hari itu memang hari yang sudah ditetapkan untuknya.

  Matanya tak pernah lepas untuk berhenti memandang. Sebuah hadiah yang sudah ia siapkan di hari spesial ini, tangannya pun selalu mengulas permukaan datar dengan begitu kasih sayang serta sangat takut jika hadiah ini sampai kenapa-kenapa.

  "Happy birthday, Al."

  Bukan Na, tapi Al. Kalau sampai pikiran itu kembali pada gadis yang pertama kali membantunya untuk singgah di sekolah, mungkin ia akan salah menyebut jika ia tidak sambil memandang sebuah foto yang ia genggam.

  Namanya memang begitu sama. Ketika penyebutan diakhir huruf harus diutarakan, mau tidak mau pun rasanya akan tetap sama—jika ia menyebutnya dengan kata yang sama.

  Di kamar yang tidak begitu luas, di sebuah laci  lemari yang selalu ia simpan rapat-rapat, tangannya terulur mengambil sebuah sobekan foto yang begitu usang. Hingga bibirnya mengulas senyuman, matanya pun tak mampu untuk bisa menjelaskan.

  "Tunggu sampai hari yang tepat ya, Na. Kalau misalnya sudah sempurna, saya akan membuat hari itu spesial untuk kamu. Insyaallah."

  Setelah sudah melihat itu, pandangannya jatuh kepada deretan komik Detektif Conan yang ia miliki. Tangannya tetap memegang selembar sobekan foto, hingga duduk di meja belajar seraya mengambil sebuah komik yang ia simpan begitu rahasia.

  Di deret ke tiga, komik yang berada di atas meja belajar mulai ia buka dan mengambil sebuah kertas dengan tulisan yang cukup lawas. Kertas dengan sobekan foto, rahasia yang hanya ia punya menjadi kunci untuk pertanyaannya selama ini.

  Tring.

  Ketika asik untuk memandang, tangannya mengambil sebuah ponsel yang menunjukkan pesan singkat tertera di layar sana. Hingga bibirnya pun mulai menyimpulkan senyuman seraya gencar untuk membuka kunci ponselnya.

  Tring.

  Senyumannya kembali menjadi datar. Ada pesan yang lain ketika seseorang mulai mengirimkan pesan kepadanya dan membuat kedua ibu jarinya bergerak bebas untuk membalas.

  "Gimana mau bisa kalau terus di coba-coba."

  < Aliona Zain
  Morning, Ri. Have a good day ya!

 

  Jgn kebiasaan deh, Na.


  Setelah itu, ia melihat pesan yang berada dibawahnya. Sebuah pesan yang membuat bibirnya terus mengulas senyuman seraya mulai sibuk untuk membalas pesannya.

  < Alona Zain
  Good morning, No. Jangan lupa breakfast ya!

 

  Iya, Na. Kamu jg jgn lupa ya, saya sdh breakfast kok.

 

  And happy birthday queen!


  Arion terlalu bangga ketika sebuah pesan membuat hatinya berbunga. Jika nama Alona membuatnya menyimpulkan senyuman, namun begitu beda dengan sebuah nama yang juga mengirimkannya pesan.

EN ROUTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang