Kalung & Swarna

11 1 0
                                    


  "Kenapa mengundurkan diri dari Osis, Na?"

  "Gak kenapa-napa, Sen. Cuma mau refreshing diri aja biar semakin sehat. Gue rampung banget semenjak banyak kegiatan."

  "Bukannya ini yang lo suka? Tapi kenapa mendadak dan seolah-olah tuh lo memang menghindar dari kenyataan?"

  "Gue dukung lo kok kali ini. Soal permintaan semua orang yang berpartisipasi untuk Ketua Osis di ganti, gue lebih pilih lo daripada Arion. Dan gue lebih paham... kandidat Ketos tuh gak bisa main-main gini."

  Semenjak membeberkan alasannya untuk keluar dari anggota Osis, Nana duduk di hadapan Seno yang menjabat sebagai Ketua Osis dan mengajaknya berbincang mengenai alasannya dia berhenti.

  Di kantin sekolah yang begitu luas, gadis yang tengah merapihkan seragam sekolah pun menatap sang Ketua Osis begitu datar. Ketika sebuah pertanyaan terdengar dari kalimatnya, Nana sendiri sungguh tidak percaya pada dirinya sendiri.

  Entah ada alasan apa yang terjadi pada dirinya semenjak hari itu, dengan kenyataan terbesar pun harus dibingungkan oleh Seno Haidar ketika yang diketahuinya mengenai Nana akan pendidikan—seketika turun tangan sebagai jawaban.

  Seno sendiri tidak menyangka. Bagaimana gadis ini bisa menerima kalau dia lebih memilih keluar dari anggota Osis, dengan alasan tidak mengetahui kenapa alasan yang dia berikan seperti itu.

  Dari awal pun Seno sadar, bahwa Nana memang tidak menyetujui ketika Arion akan menjabat sebagai Calon Ketua Osis Andromeda yang baru.

  "Bener apa kata gosip ya Na, kalau lo itu memang suka sama Arion?"

  Nana melihat Seno, iya bener. Tetapi dengan cepat, ia buru-buru menggeleng seraya mengusap wajahnya begitu gusar. "Gosip mah jangan dipercaya. Yaudah itu aja yang gue mau sampaikan sama lo, selebihnya mohon maaf kalau gue memang punya salah ya, Sen?"

  Seno mengusap puncak kepala Nana begitu gemas, "gak pernah ada salah kok, Na. Cuma satu aja sih."

  "Katanya gak pernah ada, terus sekarang kenapa tiba-tiba jadi ada? Jangan buat alesan baru kenapa, Sen."

  "Maksud gue... bukan salah, tapi kenapa lo ngegemesin banget sih setiap hari?"

  "Jangan muji, gue paling gak suka dipuji-puji!"

  "Dih, gue gak lagi gak muji—tapi memang kenyataannya, Na."

  Laki-laki yang sempat Nana tolak waktu itu, dengan begitu riangnya ia tertawa pada seorang gadis yang selalu membuatnya gemas tiap kali bertemu.

  Ini adalah alasan yang membuat Seno sangat menyukai gadis cuek bebek, arogan dan sangat sulit untuk bisa mengerti keadaan seseorang. Bahkan, ketika Seno mengingat kejadian waktu itu mengenai Nana, Nana masih saja tetap pada pendiriannya.

  Duduk di kantin sekolah, banyak orang yang menatap Nana dengan Seno yang memang jarang sekali terekspos. Ketika Nana memang menolak Seno waktu itu, bukan berarti pertemanan Nana antara Seno akan terputus karena telah menyatakan cinta di lapangan basket dulu.

  Pandangan gadis ini menatap tiap-tiap orang lain yang menatapnya begitu bingung. Inilah kenyataannya yang Nana sendiri tidak menyukai apa-apa yang selalu saja dibuat gempar oleh situs Andromeda, gosip.

  "Gue benci banget kalau mereka lihatin gue kayak gitu. Ada apa sih?" ucap Nana yang mengekori tiap seseorang yang menatap dirinya begitu angkuh.

  Seno hanya mengulas senyumnya. Dengan sedikit tertawa, lagi-lagi tangannya begitu enteng mengusap puncak kepala Nana. "Punya mata kan gunanya juga untuk melihat, Na. Biarin aja sih, mereka ini."

EN ROUTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang