Tiba Saatnya

10 0 0
                                    

 
  Sebuah ruang untuk menyibukkan dirinya sendiri, seperti tidak ada gunanya. Kadang, apa yang orang lain lihat, belum tentu mereka akan berperilaku sama seperti apa yang ia rasakan. Seperti halnya ketika sesuatu yang sangat ia tidak inginkan, terjadi begitu saja pada dirinya.

  Tidak ada hal baik yang pernah ia rasakan selama hidupnya. Untuk membahagiakan diri sendiri saja, rasanya kurang pantas karena banyak orang yang merasa direpotkan.

  Kini, ketika usianya sudah cukup untuk mengucapkan rasa syukur yang amat dalam kepada Maha Kuasa, ia sendiri bahagia. Ternyata, Maha Kuasa masih memberikan umur, yang ia sendiri saja begitu lupa kapan terakhir kalinya ia merapalkan sebuah do'a, agar tetap baik-baik saja tanpa pengampunan.

  Seutas lilin berdiri tegak di atas permukaan kue yang datar. Kue formalitas berwarna putih tidak ada corak maupun tulisan tangan "Happy Birthday" pun, ia tetap bahagia walaupun tidak ada yang ikut merayakan hanya untuk kebahagiaan hatinya.

  "Oh Allah, thank you for today..."

  Duduk di dekat sebuah tumpukan batu, tatapannya melihat ke arah jendela yang belum tertutup sempurna. Lampu kamar itu masih menyala. Lalu, senyuman di hari ulang tahunnya begitu bermakna.

  "Happy birthday for me, Aliona Emma Zain."

  Matanya mulai mengeluarkan air. Satu tetes hingga beberapa tetes jatuh begitu candu di atas permukaan kue datar berwarna putih. Tangan yang gemetar memegang kue ulang tahun, rasanya ingin sekali meraup seseorang yang sampai detik ini ia tunggu-tunggu, namun tak kunjung terlihat.

  "Kesempatan terakhir saya, ada di hari ulang tahun kamu yang sebentar lagi, No. Saya harap, kamu punya batin yang kuat terhadap saya kali ini. Saya ingin kamu bernyanyi untuk saya. Saya ingin kamu membahagiakan saya, walaupun itu hanya sementara, No..."

  "... maaf jika saya kasar waktu itu. Saya gak bermaksud untuk menyakiti hati kamu dan yang lain. Tapi saya hanya menyuarakan apa yang hati saya katakan, No. Saya ingin bercerita dengan kamu. Saya ingin memberitahu kamu sesuatu hari ini..."

  "... kemarin saya diusir dari rumah. Sekarang saya tinggal di sebuah kondominium sederhana, yang harus saya bayar sewa setiap bulan. Saya harus mandiri detik ini. Di umur yang baru aja ke dua puluh satu tahun, saya gak mau minta apa-apa lagi selain kamu bisa baik-baik aja."

  Tidak ada yang tahu bagaimana nasib seorang gadis setelah bertengkar dengan sang kakak. Terjadi konflik besar yang harus mengeluarkan omongan yang tidak pantas, sehingga ia sendiri rela ketika waktu itu kakaknya mengeluarkan dirinya dari rumah orang tuanya.

  "Saya hanya ingin kamu tau, No. Kalau kamu tau yang sebenarnya, saya lah yang mendonorkan darah ketika kamu kecelakaan karena saya."

  🌟🌟🌟

  "Gas, hari ini bukannya hari ulang tahunnya Na—"

  "Dia gak pernah suka sama hal ini di kasih tau ke siapa-siapa, selain kita. Bahkan Susan sama Zara aja, gak tau kalau hari ini ulang tahunnya Nana, Des."

  "Tapi yang bener aja, Des. Kalau pakai logika, gak mungkin Susan sama Zara gak tau soal ini, sedangkan mereka berdua itu kan—"

  "Yaaa lo lihat aja sendiri tuh. Lebih sadar gak kalau setiap tahun, Nana bahkan lebih menutupi diri dan gak pernah kasih tau kayak gitu. Siapa yang tega kalau ulang tahunnya yang sekarang, dia lebih rela dirayain duduk di atas batu, sambil berdo'a bukan untuk dirinya sendiri, tapi lebih pilih Arion dateng kesitu juga."

  Pandangan yang tak pernah jauh dari sebuah objek besar di sebrang sana. Kedua teman yang selalu saja menyimpan rahasia besar, kini tetap tertutup rapat oleh sajian indah di hari bahagia seorang gadis tanpa merayakan bersama-sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EN ROUTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang