Hari ini weekend. Sabtu pagi yang membuatnya kembali beraktivitas untuk berolahraga, telah menyudahi karena sudah banjir keringat. Air mineral ditangannya, ia teguk sampai setengah tandas.
Matanya menyiratkan ke pemandangan sinar matahari yang sebentar lagi akan naik ke atas langit. Selepas mengusap bulir-bulir keringat yang terus saja jatuh ke permukaan, sebuah towel yang ia pegang disimpan kembali pada pundaknya.
Langkah yang sempat terhenti untuk membasahi tenggorokan, kini dilanjutkan kembali dengan berlarian kecil. Untuk sebelum benar-benar menyudahi olahraga, kedua tangannya kembali di rentangkan dan membuat pemutaran kecil.
Net, net, net...
"Udah satu jam ternyata," gumamnya yang mematikan alarm pada jam tangan di pergelangan tangannya.
Setelah sudah cukup lama berolahraga, dirinya masuk kedalam rumah yang tak lupa melepaskan sepatu di rak yang sudah disediakan. "Assalamu'alaikum, Nano pulang..."
Masih jam setengah tujuh pagi. Ketika tubuhnya berhasil masuk ke dalam rumah, matanya mampu mendapatkan seorang wanita yang tengah membersihkan ruang tamu.
"Ada yang rajin nih pagi-pagi. Gitu dong, jangan males-malesan kerjaannya."
"Wa'alaikumussalam, iya No iya. Kan ini lagi ngerjain, mana males sih. Sebenernya tuh kakak rajin No, emang kamunya aja yang gak tau."
Selina yang tengah membersihkan ruang tamu mulai berkomentar pada adik bungsunya. Arion yang melihat sang kakak mulai seperti itu, ia hanya menganggukkan kepala lalu langkah kakinya pergi meninggalkan sang kakak yang bekerja keras.
Naik ke lantai atas untuk segera sampai ke kamar tidurnya, ia menekan gagang pintu seraya mendorongnya ke dalam. Usai masuk, towel yang berada di bahunya, kaos yang setengah basah ia simpan di basket sudut kamarnya.
Ting.
Matanya menoleh kearah meja belajar, dua langkah ia memijak lantai, tangannya terulur mengambil benda pipih berwarna hitam. "Nana..."
Pagi-pagi begini mendapatkan pesan singkat dari Nana. Seorang gadis yang menurutnya terlalu gampang ditebak dan sulit untuk melupakan. Ibu jarinya menekan kode akses untuk ponselnya bisa terbuka. Setelah sudah, satu sudut bibirnya menyimpulkan senyuman.
< Aliona Zain
Pagi... sori kalo pagi² begini gue whatsapp lo ya Ri. Tapi gue cuma mau mastiin kalo makalah yg gue kirim barusan, udh sampe di email lo ya."Makalah? Kirim lewat email?" gumam Arion yang membiarkan pesan dari Nana terbaca begitu saja.
Ibu jarinya menggeser untuk keluar dari aplikasi. Mencari sebuah aplikasi yang menjadi bahan pembicaraannya kali ini, Arion menekan logo surat merah-putih disisi layar touchscreen. Sebuah tulisan dengan hitam tebal ada diurutan paling atas.
"Oh iya bener. Kalau gitu gue mandi dulu deh, baru ngerjain makalah."
Arion sudah menemukan kiriman dari Nana. Sekiranya ia sudah mengecek benar apa tidaknya, Arion meletakkan ponselnya lagi di atas meja belajar. Beranjak masuk ke dalam kamar mandi untuk bergegas membersihkan diri.
Ting.
Ponsel yang tergeletak di atas meja kembali berdering. Pesan singkat lagi dan lagi tertera di layar kunci dengan menampilkan sebuah foto di hologram sana. Setelah beberapa menit mengguyur tubuh dibawah aliran shower, Arion keluar dari kamar mandi.
Tangannya kembali terulur mengambil benda pipih. Dahinya mengernyit ketika sebuah pesan membuatnya bingung. "Nomor siapa?"
< +621824573XX
Nano...
KAMU SEDANG MEMBACA
EN ROUTE
Novela JuvenilBagi Nana, Arion adalah cinta pertamanya. Dan bagi Arion sendiri... Nana hanya adik dari seorang gadis yang ia sukai. Arion Mahesa. Nana mengingat nama itu seperti ia melihat bintang jatuh. Begitu indah untuk dilihat, namun sangat sulit ketika i...