First Warning : Nana

12 1 0
                                    

  "Nanti pulang sekolah jadi ketemuan sama Kemala, Des?"

  "Gak tau nih, dia juga gak ada kabar. Padahal sama-sama udah ada janji. Mungkin, dia emang gak sepenuhnya naksir sama gue kali ya, Gas?"

  "Jangan pantang menyerah dong. Katanya suka sama Kemala, cinta lagi... yaaa harus berusaha dong. Jangan cemen jadi cowok, bukan temen gue banget lo."

  Di ruang Laboratorium, usai menyelesaikan ujian praktek cara menggunakan mikroskop yang benar, seluruh murid kelas IPA II-B sibuk membersihkan ruang Laboratorium dengan hati-hati.

  Obrolan Desta dan Bagas mengundang topik yang membuat keduanya mampu berpikir untuk menemukan jalan keluarnya. Ketika Desta tidak bisa untuk menjujung tinggi nilai perjuangan, Bagas justru menjadikan Desta sebagaimana cowok yang memang harus memperjuangkan.

  Dulu, Desta sempat bercerita bahwa dirinya yang saat ini bukanlah dirinya yang dulu. Ketika di masa Desta tidak memiliki teman, Bagas lah yang menemani bahkan memasang badan untuk melawan siapa saja yang mengganggu Desta.

  Dan karena posisinya sama-sama bukan jagoan sekolah, Bagas lebih membuat sebuah bukti dimana Desta sering dibully bahkan dijadikan sebagai budak ketika sudah masuk jam istirahat pertama.

  "Udah ah, jangan galau terus. Kalau emang Kemala bukan yang terbaik untuk lo, cari lagi elah. Tampang lo juga gak rendahan banget, Des. Kalau perlu, gue bisa temenin lo ke tata rias supaya mempercantik diri."

  "Gas, tolong deh, jangan bercanda. Gue lagi serius banget soal Kemala."

  Bagas merangkul pundak Desta begitu friendly, "santai elah, Des. Iya nanti gue bantuin lo ketemu sama Kemala. Mending beresin ini dulu supaya pak Rios percaya kalau kita tuh bisa dipercaya."

  "Bener bantuin gue ya, Gas?" tanya Desta penuh harapan dengan temannya yang sulit untuk dipercaya.

  Bagas menganggukkan kepala seraya menunjukkan jari kelingkingnya. "Sini jari lo, gue bakal janji pakai ini. Biar gak disangka main-main terus."

  Akhirnya, Desta mengikuti apa yang ditunjukkan oleh Bagas. Memberikan jari kelingking dan menekuk untuk saling mengunci satu sama lain. Kini, mereka berdua telah berjanji.

  Hanya Bagas yang bisa Desta percaya jika kesungguhan Bagas membuat Desta bisa tenang walaupun belum sepenuhnya. Dengan bantuan Bagas nanti sepulang sekolah, Desta banyak berharap bahwa Bagas bisa membawa kebahagiaan yang baru untuknya.

  Bersama-sama untuk saling bahu-membahu, Desta percaya bahwa Bagas bisa memberikan kesan sebagai seorang teman yang bisa diandalkan.

  "Kalau nanti lo bisa jalan sama Kemala, gue minta traktir paket Pizza Hut apa aja ya, Des?"

  "Apapun yang lo mau, gue pasti beliin, Gas. Gue gak ngelarang lo mau apa, kalau kenyataannya Kemala emang gak mau sama gue. Seenggaknya gue udah bisa gak kayak dulu lagi, yang cupu dan gampang dibegoin."

  "Udah jangan diingetin lagi masalah dulu-dulu. Sekarang kan lo udah jadi Desta yang baru, Desta yang gak gampang lagi dibegoin. Yuk ah, ke kelas. Udah beres semua."

  "Nanti istirahat, gue traktir soto-nya mang Asep buat dp. Sekalian ajak Nana juga, gue kangen banget lihat dia ceria lagi. Udah tiga hari dia sakit dan gak ngabarin kita soal kesembuhannya."

  "Iya yaudah ayo ke kelas."

  🌟🌟🌟

  Menikmati sebuah keindahan memang segalanya patut untuk diberikan apresiasi. Dengan adanya pepohonan yang berbaris rapih walaupun tidak terlalu banyak, rambut yang menjuntai ke bawah pun ikut terbawa suasana oleh angin yang bertiup perlahan-lahan.

EN ROUTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang