(5) Rasa Ingin Tahu

13 4 0
                                        

Waktu itu... 

Aku terlampau nyaman 

Dalam dekapan hangatmu

Dan, kutemukan arti kata cinta

Bersamamu, aku merasa sempurna

---

--- Adyra's POV ---

Aku harus bagaimana?

Ya Allah tolong aku, bahwa sebenarnya hidup dan mati seseorang berada di tangan-Mu. 

"Hei awas!" bersamaan dengan itu tanganku ditarik dan tubuhku terjatuh menimpanya.

Ku terdiam, pikiranku masih belum sepnuhnya sadar. 

"Apa ini terasa sangat nyaman sehingga dirimu tidak akan bangun," seketika aku tersadar.

Dengan cepat aku mencoba bangun dari posisiku. Tapi sayang, lututku terluka, aku terjatuh kembali. Dengan tatapan yang saling beradu. Aku kaget, dia adalah lelaki tadi.

"Emm, maaf...." ku segera bangun dari posisiku yang menindihnya.

Ssst... luka ini cukup perih.

"Lukamu sepertinya perlu diobati. Ayo kuantar ke rumah sakit," ujarnya dengan nada khawatir tapi mimiknya tetap datar.

Apa dia tidak memiliki ekspresi?

"Oh tidak, terima kasih, saya tidak apa-apa kok, sebaiknya saya pulang saja." dengan tergesa ku jalan tertatih meninggalkannya.

"Mungkin sebaiknya saya mengantarkanmu pulang hingga sampai tujuan, ayo silahkan masuk," dia membukakan pintu mobilnya yang memang tidak jauh dari jarak kami berada.

"Tenang saja, saya tidak akan macam-macam kok," lanjutnya.

"Emm baiklah," ku tidak ada pilihan lain, selain karena waktu mulai beranjak sore, Ibu dan Ayah pasti khawatir dan mencariku.

Selama perjalanan hanya hening yang menguasai. Tak ada pembicaraan sedikitpun diantara kami. Ku juga memutuskan duduk di belakang, karena memang itu lebih baik. 

"Rumahmu di mana?" tanyanya memecah keheningan.

"Tidak jauh kok, di depan nanti ada belokan menuju kanan, rumahku ada tepat di belokan itu." ku membalasnya dengan perhatianku masih menatap keluar jendela. Di luar sana ramai, sepertinya seru.

"Baiklah," balasnya.

Sesampainya di depan rumah, dia membukakanku pintu mobilnya, dan mengulurkan tangannya.

"Mari saya bantu berjalan," Karena tak ada pilihan lain ku putuskan menerima uluran tangannya. 

Di depan pintu dia menekan bel pintu rumah, tak lama seseorang yang kurindukan tiba.

"Dyra, kamu kenapa nak?" ya beliau adalah ibuku. Ku tidak pernah tidak rindu padanya.

"Dyra tidak apa-apa bu, boleh tolong bantu Dyra bu?" aku meminta tolong ibu, karena aku tidak ingin lebih menyusahkan lelaki itu. Ibupun langsung membantuku dan mengucapkan terima kasih kepada lelaki itu.

"Oh ya nak, siapa namamu?" Ibu menanyakan namanya, sejujurnya ku juga ingin tahu dengan namanya.

"Nama saya..."

Pandanganku menggelap, ku tak bisa mendengar apapun. 






------- TBC -------

Nantikan part selanjutnya ya... 😆

Hitam & PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang