(21) Masa Kini

8 4 0
                                    

"Sayang, sedang apa?" ujar Arfan sambil merengkuh pinggangnya.

"Tidak," singkat Adyra.

"Jangan melamun tengah malam, tidak baik." nasihat Arfan.

"Aku tidak melamun kok, hanya bersyukur saja mendapatkan suami seperti Mas," sambil memandang langit malam.

"Bukan tentang hal lain?" tanya Arfan.

Adyra menggeleng sebagai jawaban. Ia tidak berbohong, ia hanya mensyukuri kehidupannya yang sekarang di banding di masa lalunya. Dua bulan tinggal bersama Arfan membuat hatinya menghangat. Adyra dapat merasakan kasih sayang yang tulus darinya, dan memperlakukannya layaknya seorang ratu.

Cup

Arfan mencium pipi Adyra yang sedikit berisi. Arfan membalikkan badan Adyra untuk menghadapnya. Lalu ia memeluknya. Untuk memberikan kehangatan.

"Dek, Mas sayang adek." Ujar Arfan.

"Adek juga sayang Mas," gumamnya dalam dekapan dada bidang Arfan. Suaminya ini memiliki tubuh ideal, dada yang bidang, dan perut kotak-kotak serta wajah yang begitu tampan. Jangan lupakan kekayaan suaminya.

"Jangan senyum-senyum sendiri ih, lagi senyumin apa?"

"Hanya beruntung saja mendapatkan Mas, perutnya kotak-kotak lagi hehehe."

"Mau pegang?"

"Boleh?"

"Tentu saja, ini milikmu."

Adyra merona mendengar apa yang dikatakan Arfan barusan.

"Apasih Mas,"

"Loh kan iya dek, semua yang ada pada Mas itu milikmu semua. Hanya kamu yang Mas cintai, tak ada orang lain."

"Iya deh, makasih suamiku."

Cup

Adyra mengecup bibir Arfan. Dan tersenyum manis pada Arfan.

Arfan sedikit terkejut atas perlakuan Adyra. Tak bisa ia pungkiri, ia begitu merindukan istrinya.

Arfan mendekatkan wajahnya, dan mencium bibir Adyra yang begitu menggoda imannya.

Karena tak tahan dengan udara malam, dan ingin melanjutkan aktivitas barusan, Arfan menghentikan aksinya dan menggendong Adyra masuk ke dalam kamar.

Dan kegiatan intim yang mereka lakukan di lanjutkan di dalam kamar, ditemani sang malam yang indah penuh akan bintang.

***

Fajar telah berada di ufuk timur, walau begitu tak ada bunyi suara ayam yang membangunkan mereka yang tengah tertidur lelap. Karena ini adalah kota.

Sinar mentari yang menyinari sepasang suami istri yang sedang duduk di atas sajadah, berdoa dan mengaji bersama, tadi kala usai shalat subuh bersama mereka sarapan dan kini telah melaksanakan shalat dhuha bersama.

Hari ini adalah hari Minggu, dimana salah satu dari mereka dibebaskan dari tanggung jawab pekerjaannya.


"صدق الله العظيم "

Mereka bedua mengakhiri lantunan ayat suci Al-Quran dari suara merdu mereka yang telah mereka targetkan satu juz dalam satu hari.

"Alhamdulillah, sekarang adek akan melakukan kegiatan?" tanya Arfan.

Yang dibalas anggukan oleh Adyra.

"Mas boleh tau?"

"Tentu Mas, hari ini... Adyra ingin berbelanja bulanan. Isi kulkas juga sudah mulai kosong, apa Mas mau menemani Dyra?"

Arfan menaruh tangannya di atas pucuk kepala Adyra. Dan mengusap kepala istrinya yang tak berhijab. Menampilkan rambut indah istrinya.

Arfan tersenyum lebar, tentu dia tidak akan menolak ajakan istrinya.

"Kemanapun istri Mas pergi, Mas akan menemani."

Mendengar itu, pipi Adyra merona. Bisa-bisanya suaminya malah menggodanya.

"Yaudah, aku siap-siap dulu ya Mas."

Dibalas anggukan oleh suaminya. Ia memperhatikan istrinya, mengambil hijab diatas nakas dan memakaikan pada kepalanya. Lalu ia duduk di depan meja rias. Istrinya hanya memoleskan sedikit bedak dan menggunakan lip balm berwarna senada dengan bibirnya, merah muda.

Dan terakhir menggunakan sedikit parfum agar menghindari bau badan kala berjalan dengan suaminya. Parfum yang istrinya gunakan adalah aroma sabun yang begitu segar, parfum yang tak pernah ia ganti sedari dulu. Karena aromanya tidak begitu mencolok, dan Adyra menyukainya. Parfum dengan aroma sabun. Terkesan baru selesai mandi. Istrinya itu begitu pintar memilah.

"Siap deh, ayo Mas."

Adyra telah siap dengan menatap suaminya dan menunggu respon, Arfan mentapnya dari atas hingga bawah.

Kaos kebesaran ditubuh istrinya yang berwarna putih dengan bertuliskan My Husband is mine. Dan kebawahnya adalah rok jins. Serta warna hijab yang senada dengan dengan rok jinsnya, yaitu biru muda. Dan terakhir sling bagnya yang berwarna putih dan bermerk.

Sederhana tapi tetap berkesan dan memancarkan keanggunan.

Ia tersenyum geli kala membaca My husband is mine.

Arfan pun memutuskan memakai pakaian yang selaras dengan istrinya, ia ingin istrinya merasakan senang berada di dekatnya. Tidak perlu melakukan hal sulit, hanya perlu memperhatikan hal-hal kecil itu sudah cukup.

Arfan kini telah memakai kaos bertuliskan My wife is mine. Itu adalah kaos couple yang sempat mereka beli sebelum ke Indonesia. Tak lupa Arfan memakai celana jins dengan warna senada dengan istrinya, dan ia memakai topi biru muda sebagai pelengkap di atas kepalanya.

Arfan begitu menyayangi Adyra, begitupun sebaliknya.

Hal kecil yang Arfan lakukan membuat Adyra tersenyum bahagia.





















--- TBC ---

Udah update lagi nih
Nantikan part selanjutnya ya 😆
Jangan lupa tinggalkan jejak, vote dan commentnya.
Tandain typo jika memang ada, dan boleh memberikan kritik dan sarannya.
Tarima kasih 😊

Hitam & PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang