Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari dimana Arfan dan Adyra akan dipersatukan.--- Adyra's POV ---
"Ayah, calon pengantin pria belum datang. Bagaimana ini?" Suara kak Aarav terdengar begitu cemas.
Perasaanku tidak enak.
Kring... Kring...
Suara handphone berbunyi memecah keheningan diantara kami.
"Halo, Assalamualaikum," rupanya handphone kakak.
"...."
"Apa? Rumah sakit mana?" tanya kak Aarav dengan raut muka semakin cemas.
"Baiklah, waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," percakapan pun berakhir.
Kakak menatapku. Lalu menatap semua orang satu persatu.
"Arfan..." berhenti sejenak, ragu untuk mengungkapkan.
Kami menunggu apa yang akan diungkapkan oleh kak Aarav.
"Mengalami kecelakaan," lanjutnya.
Prang...
Gelas yang kupegang seusai kinum tadi, untuk menuntaskan dahagaku kini terjatuh. Tanganku tak berhenti gemetar.
Syok, semua merasakan hal yang sama.
"Ayo, kita segera ke rumah sakit." ujar ayah membuyarkan lamunan kami.
Acara pun dihentikan, semua orang bubar. Kami bergegas menuju rumah sakit.
Rumah Sakit Abdul Aziz
Setibanya di rumah sakit, aku langsung berlari tanpa mempedulikan yang lain masih dibelakangku, dan tatapan orang terhadapku yang masih memakai gaun pengantin.
Air mata tak berhenti mengalir. Karena sejujurnya aku telah menaruh hati padanya. Tapi, mengapa harus seperti ini?
"Mbak, nomor kamar seseorang bernama Arfan Aulian Azhar dimana ya?" tanyaku dengan sekali tarikan napas.
"Tunggu sebentar mbak, saya cek dulu," sahut mbak yang menjaga resepsionis.
"Nomor tiga puluh mbak,"
Tanpa menucapkan terima kasih ku berlari menuju kamarnya tanpa tahu arahan mbak itu.
Aku tidak peduli. Berlari sekuat tenaga dan menengok kanan dan kiri, menyusuri koridor rumah sakit ini. Tanpa peduli napaskuyang sudah terengah-engah.
27
Bukan ini yang kucari.
28
Sedikit lagi Ra.
29
Satu kamar lagi Ra, bertahanlah.
30
Itu kamar yang kucari. Segera ku buka pintu kamar itu. Mereka memandangku dengan air mata berlinang. Ku mendekat, ke hospital bed itu. Dimana kak Arfan berbaring.
Iya, kak Arfan terbaring dengan mata tertutup dan muka yang pias. Perlahan, ku pegang tangannya.
Dingin, itu yang kurasakan. Beralih ke denyut nadi. Tak berdetak.
Pandanganku menggelap.
--- Adyra's POV End ---
--- TBC ---
Nantikan part selanjutnya ya 😆
Jangan lupa tinggalkan jejak, vote dan commentnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam & Putih
RomanceSemua kisah selalu ada Hitam dan Putih. --- Mengisahkan kehidupan seorang gadis sederhana yang beruntung mendapatkan lelaki impiannya, yang ternyata memiliki rahasia di balik kesederhanaannya. Siapa yang tahu bahwa lelaki yang ia nikahi merupakan D...