Sore itu Arsa menghela nafasnya ketika melihat isi dompet abu-abu miliknya yang mengeluarkan kupu-kupu, sangat kosong. Dompetnya hanya berisi kartu pelajar dan kartu alfomart yang entah sejak kapan berada disana.
Uang jajan yang Ayah berikan untuk 1 minggu ke depan sudah habis sebelum waktunya. Arsa frustasi, bagaimana ia akan mengisi perut nya kali ini. Cacing-cacing diperutnya itu butuh asupan sekarang juga.
Seketika bayangan dompet berkarakter marvel milik Bima melayang di kepalanya, dengan segenap rasa gembira berjalan ke kamar abangnya, berlari hingga hampir terpeleset jika saja ia tak berpegangan pada dinding.
"Bang!"
Arsa mendobrak pintu itu hingga Bima yang sedang fokus pada buku pelajarannya terkaget. Setelah menetralkan degup jantungnya Bima menatap tajam pada Arsa.
"Bagi duit dong Bang??" Arsa memelas, wajahnya di imut-imut kan dengan binar mata indah agar Bima luluh. Namun selanjutnya Bima hanya menghela nafas lalu kembali fokus pada rumus-rumus di bukunya.
"Bang! Pelit banget dih" cibir Arsa.
"Duit kemarin mana?"
"Habis beli cimory"
"Lu kan alergi yogurt bego!"
Arsa berjalan mendekat, ingin melayangkan jentik kan jarinya pada Bima karena abangnya itu sudah ngomong kasar tapi tertunda karena Bima sudah menahan tangannya.
"Abang! gua nangis nih?"
"Monggo, mau nangis aja minta izin"
Arsa menghentakkan kakinya dengan ribut, berdebat dengan Bima memang tidak ada habisnya. Bima memang abang yang tidak peka sama sekali. Akhirnya ia duduk di pembatas jendela kamar Bima, merentangkan kedua tangannya kemudian berteriak.
"Ya Allah, berikanlah abang ku kemurahan hati. Berikanlah ia kesadaran, bahwa uangnya itu juga milik ku!"
Bima merotasikan matanya. Akhirnya ia meraih ranselnya mencari keberadaan dompet yang dari tadi Arsa inginkan, mengamati isi dompet itu sejenak lalu mengeluarkan uang berwarna hijau 1 lembar dan memberikannya pada Arsa.
"Ya Allah, 20 ribu mah cuma dapat beli siomay!" ucap Arsa, ia mengangkat kedua tangannya lebih tinggi.
Bima menghela nafas pasrah, ia meletakkan dompet tebalnya itu tepat di telapak tangan Arsa hingga sang adik memekik kegirangan.
"Ya Allah, berikanlah Bang Bima duit yang banyak agar saya dapat memintanya lagi" Final Arsa.
Arsa memeriksa isi dari dompet Bima, senyum sumringah tertampil kan, banyak sekali uang berwarna merah dan biru disana tapi foto yang terpajang di dompet itu menarik perhatiannya.
"Lu ngefans banget sama gua ya bang?" ucap Arsa, ia menaik turunkan alisnya untuk menggoda.
Bima tak menjawab justru kembali ke meja belajarnya, Arsa hanya bisa mencibir kemudian keluar dari kamar itu. Seperti yang sudah-sudah jika ia sudah mendapatkan uang ia akan segera menghabiskannya, takut jika saja kupu-kupu yang berada didalam dompetnya memakan uang tersebut.
Langit sudah mulai gelap tapi Arsa belum juga beranjak dari kursinya. Menikmati 1 cup kopi yang ia beli dari swalayan, sembari menikmati suasana jalanan yang ramai karena macet. Oh jangan lupakan earphone yang selalu bertengger di telinganya, Arsa benar-benar tidak bisa tanpa itu.
Musik Reggae menjadi temannya kali ini, ritme musik yang selalu Arsa sukai karena membuat dirinya jauh lebih tenang.
Cukup lama ia berada disana sampai Ayah menghubunginya.
"Sa.. dimana, Nak?"
"Diluar Yah, kenapa?"
"Pulang, udah malam"
Arsa melirik arloji di pergelangan tangannya, masih menunjukkan pukul 7 malam.
Dirinya menggerutu dalam diam, membiarkan sejenak telepon genggam yang masih menghubungkan panggilan Ayah disana. Ayolah, Arsa itu anak laki-laki. Ia juga sudah besar, tidak mungkin kan lupa jalan pulang? Dirinya hanya sedang ingin menyendiri lebih lama kali ini.
"Arsa?"
"Eh, iya Yah. Sebentar lagi Arsa pulang"
Baru saja Arsa membuka pintu rumah dihadapannya sudah ada Bima dengan pakaian rapi, tentu saja hanya dengan kaos putih dan celana jeans hitam miliknya.
"Mau kemana lo Bang?" Arsa merentangkan kedua tangannya. Memberi tatapan tajam pada sosok yang lebih tua 1 tahun dihadapannya.
"Mau nongkrong lah"
"Emang udah izin Ayah?" tanya Arsa lagi
"Udah"
"Dibolehin?"
Bima mengangguk.
"Hah?"
"Hah hoh hah hoh.. minggir, gua buru-buru" Bima menyingkirkan tangan Arsa yang menghalangi jalannya kemudian berlalu dari sana. Sedangkan Arsa termenung ditempatnya.
🔸🔸🔸
Arsa duduk dengan memeluk kedua lututnya, termenung di balkon kamarnya menatap sinar bintang yang sebentar lagi akan hilang.Perasaannya sedang tidak baik hari ini, bahkan sebelum dipanggil Arsa sudah lebih dulu turun kebawah untuk membawa makan malamnya agar dinikmati sendiri dikamar. Ya, salah satu kebiasaan Arsa jika sedang tidak enak hati.
Padahal banyak sekali yang bisa Arsa kerjakan. Mulai dari tugas-tugas nya yang menumpuk sampai beberapa ronde game yang harus ia selesaikan. Arsa itu sangat sibuk jika kalian melihat lebih jauh kehidupannya.
Tapi berdiam diri dimalam hari dengan cuaca yang kian sejuk itu bukan hal yang baik, Arsa bisa saja terkena flu setelah ini.
Tanpa kita sadari, itulah poin pentingnya. Arsa ingin sakit saja, terkena flu, demam atau berbaring seharian karena lemas, Arsa tak mengapa. Jika itu yang membuat orang-orang akan memperhatikannya.
Arsa menundukkan kepalanya lalu menggeleng kecil setelah pikiran aneh itu terlintas di otaknya, tidak. Tidak mungkin Arsa sengaja sakit hanya demi perhatian, Arsa sudah mendapat itu semua. Dari Ayah, Mama juga Bima.
"Udah berapa lama disini?"
Suara yang tidak asing bagi Arsa, ia mendongak dan mendapatkan Bima yang berdiri di depannya.
Bima membuka layar ponsel guna melihat jam disana, setelahnya ia menghela nafas.
"Kalau mau demam itu jangan setengah-setengah. Sekalian bawa kasur kesini." Ujar Bima lagi.
Memilih abai dengan ucapan itu, Arsa melirik kantong plastik berlogo mini market di genggaman Bima. "Abang bawa apa tu?"
"Cimory. Untuk adek abang tercintahhh"
"Gua alergi itu bego!"
"Tuh mulut gak bisa sopan dikit ya sama yang lebih tua"
"Beda 1 tahun doang dih" cibir Arsa.
"Sama aja, abang lebih tua dek"
"Iya iya terserah" Arsa pikir lebih baik menikmati kudapan malamnya dari pada mendengar ceramah selanjutnya dari Bima.
Dengan gusar mencari-cari makanan favoritnya hingga Arsa memekik melihat dua bungkus Ruma Malkist rasa Tiramisu. Bima terkekeh gemas melihat Arsa dengan cekatan membuka bungkus itu, sampai-sampai ia tertawa karena banyak remahan yang berserakan di wajah Arsa.
"Santai aja, gak akan gue minta."
💚
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA
FanfictionArshaka, Adik laki-laki hadiah istimewa dari Mama akan menjadi satu dari beberapa bagian penting dari hidup Bima. [BUKAN BxB] <1000 kata