21.

2.4K 232 37
                                    

Terik matahari siang itu seakan memberi tanda akan adanya awan hitam setelahnya. Rintik hujan mulai membasahi aspal jalan raya, beberapa kendaraan menepikan motornya untuk bertenduh, enggan untuk basah. Namun, dibawah langit yang semakin gelap Bima tetap melajukan motor nya menuju rumah Ibu.

Hari ini semuanya harus tuntas. Bima tidak perduli dan tidak ingin mengerti lagi, Bima ingin semuanya kembali seperti semula. Ia akan menjelaskan semuanya kepada Arsa walaupun harus dihadapan Ibu dan Baskara.

Amarah, dendam, sedih dan kecewa bercampur menjadi satu. Kacau. Bima tidak karuan saat ini.

Bima benar-benar tidak habis pikir dengan Baskara. Hanya karena setitik iri ia bisa mencelakai orang lain. Bahkan kerugian itu bukan pada Bima, melainkan pada adiknya sendiri yang tidak tahu apa-apa. Menurut Bima itu sangat pengecut.

Setelah mendegar semuanya dari Jian, Bima tidak bisa menyalahkan Jian sepenuhnya. Sudah rahasia umum bahwa Jian salah satu dari sekian banyak korban penindasan Baskara dan teman-temannya.

Jian dengan segala kelemahannya bisa dengan berani untuk jujur itu sudah sangat luar biasa. Mengingat bahwa dia pun akan terancam setelah ini. Maka dari itu Bima melepaskan Jian begitu saja setelah mengetahui bahwa dalangnya adalah Baskara. Namun tetap saja, Jian pulang kerumah dengan keadaan babak belur karena ulah Bima.

Bima tidak pernah sedikitpun mengganggap Baskara adalah musuhnya. Bahkan dulunya mereka sempat akrab, namun entah mengapa seiring berjalannya waktu seleksi pertemanan itu selalu ada.

Bima tidak yakin setelah ini ia akan di maafkan oleh Arsa atau tidak. Tetapi Bima ingin berharap bahwa kali ini semesta akan berpihak kepadanya. Setidaknya ia ingin sedikit membela diri.

Genggaman tangannya mengencang pada setir motor seiring dengan dingin nya air hujan itu. Ia membuka kaca helm nya setelah merasa hujan itu kian deras dan mulai menghalangi pandangannya terhadap jalan raya. Dalam keadaan seperti itu pikirannya tetap berkecamuk membayangkan apa yang akan terjadi. Apakah ini pilihan yang tepat? apa ini waktu yang tepat?

Apakah Arsa akan mempercayai dirinya?

Bima berkata tidak dalam hati ketika pikiran buruk itu muncul. Tentu saja Arsa akan mempercayainya, walaupun ia ragu apakah Arsa masih mengenali wajahnya.

Pada lampu hijau persimpangan jalan raya, tanpa sengaja Bima tetap melajukan motornya. Dentuman klakson dari arah yang berlawanan seolah tak sampai pada raganya. Hingga hantaman mobil dan motor itu terdengar sangat keras.

Bima merasakan kepala sangat pusing, seluruh tubuhnya nyeri hingga tidak bisa digerakkan sedikitpun. Kejadian yang begitu cepat, Bima mengerang dalam hati. Penglihatannya kian buram menatap motor kesayangannya terhempas jauh.

'Ya Tuhan, setidaknya beri aku kesempatan untuk bertemu dan berbicara dengan adikku' Batin Bima, sebelum akhirnya ia menutup mata.

🔸️🔸️🔸️

Bima terseret sangat jauh sedangkan motornya sudah rusak parah. Itulah kesaksian seorang warga saat Ayah bertanya. Hujan deras saat itu membuat beberapa orang yang berada disekitar tetap melajukan kendaraannya, namun untung saja beberapa warga yang tinggal di tepian jalan dengan ringan membantu.

Mobil yang menabrak saat itu tentu saja tidak salah sepenuhnya, namun dengan bijaksana tetap membantu Bima sampai ke rumah sakit saat itu.

Keadaan Bima cukup parah. Sampai 12 jam berada dirumah sakit Bima masih belum juga menunjukkan tanda-tanda siuman. Beberapa luka pada wajah, lengan dan kaki nya seolah menunjukkan betapa menyiksanya kecelakaan itu.

Mama yang senantiasa berada di samping Bima tak kuasa menahan tangis. Kecelakaan yang Bima alami cukup parah terutama cedera di bagian kepala sehingga ia yang semulanya berada IGD kini di pindahkan ke ICU, suara elektrokardiograf itu terdengar sangat menyeramkan.

ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang