"Bukankah aku juga punya hak atas Arsa?"
Wanita itu menatap penuh amarah. Wajahnya hampir terlihat merah kontras dengan kulit nya yang putih cerah sedangkan sosok yang sedang dihadapannya berdecak remeh, terlihat menahan tawa.
"Sejak kapan? Bahkan kamu gak pernah anggap dia sebagai anak kan?"
"Aku tidak pernah mengatakan itu!"
"Tapi perlakuan mu itu sudah jelas menunjukkan segalanya!!" balas Agung.
Suasana jadi terlihat memanas. Didalam ruang kepala sekolah hanya ditinggali mereka berdua, karena ada beberapa berkas yang sedang dijemput oleh kepala sekolah. Agung yang menyadari situasi lantas duduk kembali dan mencoba menenangkan emosinya yang tiba-tiba saja memuncak.
"Seharusnya aku tahu... "
"Kau tidak berhak tahu dan tidak harus tahu. Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi sejak hari itu." Tegas Agung
"Aku ingin bertemu Anakku. Namaku tertulis jelas di akta kelahirannya."
"Aku tidak ingin kata-kata itu keluar dari mulut busuk mu. Jangan pernah bertemu Arsa sampai kapan pun." Balas Agung.
"Kau tidak benar-benar menjaganya. Lihat sekarang, bagaimana kondisinya? anakku cacat gara-gara kau." Pertanyaan sang mantan istri membuat Agung naik pitam.
"Kau tidak tahu apa-apa, berhenti seolah kau lah yang paling benar. Bahkan kau tidak pernah mengunjungi Arsa!"
Belum sempat Ranindya menjawab, kepala sekolah itu sudah datang dengan beberapa berkas ditangannya.
"Kami turut prihatin atas apa yang dialami oleh nak Arsa. Semoga Arsa bisa menjalani hidupnya lebih baik lagi. Untuk ujian kelulusan Bapak dan Ibu bisa meminta bantuan kami untuk pengurusan paket C."
Agung dengan cepat mengangguk dan berterimakasih kepada kepala sekolah tersebut dan tanpa babibu meninggalkan ruangan.
Memang pertemuan dengan mantan istrinya tidak terduga. Siapa sangka kepala sekolah menelpon ibu kandung Arsa dan berakhir perempuan itu muncul kembali di hadapannya.
Dengan sedikit emosi yang tersisa ia membanting pintu mobilnya. Rasa amarahnya masih sama seperti dulu saat Ranindya meninggalkan dirinya bersama Arsa. Padahal dirinya sudah berusaha untuk melupakan kejadian beberapa tahun yang lalu itu.
Bahkan Agung berharap Arsa bisa melupakan Ibu kandungnya. Bukan karena apa, Agung hanya tidak ingin kenangan buruk dikenang oleh putra kesayangannya. Lebih baik lupa, daripada mengingat masa kelam.
🔸🔸🔸
Arsa merebahkan tubuhnya di ranjang. Setelah sekian lama hanya duduk diatas kursi roda rasanya sangat pegal. Ia menutup kedua matanya mencari kantuk, padahal hari ini ia sudah melakukan banyak hal tapi tetap saja mata itu tidak ingin tertidur.
Notifikasi ponselnya berbunyi. Menampilkan nama Bima disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA
FanfictionArshaka, Adik laki-laki hadiah istimewa dari Mama akan menjadi satu dari beberapa bagian penting dari hidup Bima. [BUKAN BxB] <1000 kata