TW⚠️
Tamparan keras itu mendarat tepat di wajah tegas Baskara, sangat keras hingga ia hampir terjatuh. Wajah Ibu memerah, air mata itu jatuh deras membasahi wajah Ibu, sesak di dada membayangkannya.
Semua ini terjadi karena sebenarnya Ibu mendengar semua percakapan Baskaran dan Jian di sisi Rumah sakit yang kosong itu. Setelah diminta penjelasan berkali-kali akhirnya Baskara buka suara.Bagai disambar petir disiang bolong, hati Ibu patah begitu saja. Hal pertama yang Ibu lakukan adalah membawa mereka jauh dari Rumah sakit itu. Ibu takut, marah dan kecewa pada Baskara. Terlebih pada dirinya sendiri.
Apa dia memang tidak bisa mendidik anak? sehingga dengan kejamnya bisa mencelakai orang lain. Apa ini karma untuknya? setelah meninggalkan putra kandungnya di masa lalu. Jika benar, mengapa selalu buah hatinya yang mengalami ini semua? Ibu tak berdaya.
Putranya masih remaja. Umurnya memasuki angka untuk mencari sebanyak-banyaknya pengalaman. Namun karena keegoisan nya, Arsa harus tetap bertahan dan beradaptasi tanpa dirinya.
Memang benar seharusnya ia tak mencari-cari Arsa. Sudah baik ia tidak mengambil Arsa dari keluarga sempurnanya. Ibu menyesal.
Kedua kakinya sudah tak sanggup lagi untuk berdiri, hingga Ibu akhirnya bersimpuh di hadapan Baskara. Menangisi kehidupannya yang berantakan. Ibu meraung menyedihkan, seolah-olah memohon pada Baskara untuk menyudahi ini semua.
"Maafkan Ibu jika selama ini kamu tidak mendapat kasih sayang seperti yang kamu harapkan.""Tapi untuk mencelakai orang lain...."
"Bahkan Ibu tidak pernah sedikitpun melukai mu kan, Nak....?" lirih Ibu.
Ucapan itu dengan cepat masuk kedalam hati anak sambungnya, Baskara turut menangis menyesali perbuatannya. Jika saja waktu bisa berputar, Baskara akan memperbaiki semuanya. Namun nasi telah menjadi bubur, yang bisa Baskara lakukan adalah menutupi kesalahannya agar tak semakin berantakan.
Pengecut.
Itu kata yang setiap malam ia dengar di kedua telinganya. Untuk semua hal sia-sia yang telah ia lakukan.
Bajingan.
Batinnya lagi. Entah siapa yang mengatakan itu, mungkin dirinya sendiri di masa depan.
"Ibu...."
"Aku menyesal, Ibu...."
Suara itu bergetar meminta permohonan, Sakit sekali Baskara mengucapkannya. Ini bukan salah Ibu. Ini adalah murni kesalahannya yang selalu ingin mendapatkan ini itu dan selalu merasa bisa semena-mena pada orang lain.
Baskara merasa tidak tahu diri. Setelah ia bisa kembali mendapatkan kasih sayang seorang Ibu, ia justru menyakiti hatinya. Bahkan dengan cara yang paling kejam yaitu membuat buah hati kandungnya menderita.
Tangis Baskara semakin pecah. Ia pun turut berlutut dihadapan Ibu. Keduanya menangis pilu tanpa saling menguatkan. Dunia mereka runtuh bersamaan dan tak ada satu orang pun yang menolong.
Malam itu sangat panjang. Ibu dan Baskara larut dalam kesedihan dan penyesalan mereka masing-masing.
🔸️🔸️🔸️
Pagi itu Ayah pulang kerumah untuk mengambil beberapa keperluan untuk rawatan Bima, sementara Mama tetap di Rumah sakit menemani Arsa yang masih bersikeras tetap tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA
FanfictionArshaka, Adik laki-laki hadiah istimewa dari Mama akan menjadi satu dari beberapa bagian penting dari hidup Bima. [BUKAN BxB] <1000 kata