8.

5.4K 565 34
                                    

Suasana kelas siang itu terdengar gaduh, ada beberapa murid yang belum duduk ditempatnya padahal jam istirahat sudah lama berakhir. Sebagian ada yang masih berusaha menyalin catatan teman sebelum guru datang. 

Di tempat duduknya sendiri, Arsa menopang kepalanya di atas tangan. Cuaca yang terik serta keributan yang terjadi dikelasnya membuat kian mengantuk. Ia mengabaikan video game yang ditunjukkan teman sekelasnya, dan mulai fokus untuk menutup mata untuk sampai ke alam mimpi.

Tetapi suara pekikan teman-teman perempuannya sempat mengganggu dan dengan terpaksa dirinya harus membuka mata kembali.

Ada segerombolan siswa yang ia kira adalah kakak kelasnya berdiri didepan, dengan almamater yang mereka kenakan seakan memberi kesan gagah didepan mata siswi lainnya.

Arsa menangkap seseorang yang ia kenal disana. Ada Bima. Wajahnya tampak menjengkelkan didepan Arsa, segala menyempatkan untuk menjulurkan lidahnya pada Arsa membuat Arsa hanya bisa menampakkan wajah masamnya.

"Baiklah adik-adik, tujuan kakak datang ke kelas kalian adalah sebagai bentuk pengenalan kita pada calon-calon ketua OSIS yang akan kalian pilih nanti." ucap salah satu dari mereka.

Tiga siswa yang mencalonkan diri sebagai ketua OSIS itu memperkenalkan dirinya masing-masing. Ketiganya terlihat sama-sama unggul dan sangat berkompeten dengan pengalaman mereka selama di organisasi.

Namun hanya pada sang kakak mata Arsa tertuju. Jika boleh jujur, Arsa merasa bangga memiliki Bima. Kakaknya yang sangat populer itu ternyata membuat dirinyapun banyak dikenal oleh guru-guru dan kakak tingkatnya, walaupun di keinginan yang paling dalam ia tidak ingin terkenal didepan nama sang kakak.

"Sa, gimana tadi abang keren gak?"

Arsa hanya mampu merotasikan matanya dengan malas. Cukup aneh ketika jam pulang sekolah Bima tiba-tiba muncul didepan kelasnya mengatakan bahwa akan mengantarkan adiknya pulang, padahal biasanya memang seperti itu hanya saja Bima tidak pernah menjemputnya sampai ke kelas.

"Hari ini gue mau latihan."

"Lagi?"

"Iyalah, wong 2 minggu lagi lomba kok." jawab Arsa cepat.

"Jangan sering-sering latihan lah, ntar lu makin tinggi dari gue." jawab Bima.

"Lah emang gue lebih tinggi dari lu bang"

🔸 🔸 🔸

Baskara berdecak kesal menatap layar ponselnya yang menampilkan notifikasi. Tidak ada notifikasi dari Githa—perempuan yang sudah 1 bulan menggantung hatinya. Gadis itu bagaikan sudah ditelan bumi karena tidak pernah muncul dari hadapannya bahkan tidak pernah mengangkat panggilannya.

Memang mereka berada disekolah yang sama namun jarak kelasnya sangat jauh karena Githa berada dikelas unggulan sedangkan Baskara berada dikelas biasa.

Tetapi hari ini ia akan mencoba menemui Githa. Entah itu di kantin, di perpustakaan atau dikelasnya sekalipun. Baskara ingin bertanya mengapa selama ini Githa seperti menjauh darinya.

Baskara berjalan melewati banyak kelas-kelas, tujuan pertama yaitu kelas Ghita tetapi ia tidak menemukan gadis itu disana kemudian ia mencoba mengintip dari luar perpustakaan karena biasanya Ghita berada disana membantu murid-murid tingkat bawah mengerjakan tugas namun sekali lagi ia tidak melihat wajah indah Ghita. 

ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang