10.

5.3K 583 12
                                    

Berita pagi ini benar-benar membuat kuping Baskara panas. Satu sekolah hanya membicarakan nama anak itu, seperti tidak ada topik lain yang bisa dibahas.

Belum lagi dengan pertanyaan teman-teman yang tertuju padanya.

"Bukannya lo yang gebet Ghita kemarin?"

"Kok jadi si Bima sih yang jadian?"

"Ketikung calon ketos lo?"

"Hahahaha"

Tawa meremehkan dari teman-temannya adalah hal yang paling ia benci. Tangannya mengepal dalam menatap ke arah seberang, ada Bima dan Ghita yang baru saja datang. Mereka berjalan beriringan dengan wajah sumringah persis seperti pasangan baru.

"Hahaha sumpah ya kisah lo bisa dibikin Ftv bro!"

"Judulnya cintaku ketikung calon ketua osis! Hahaha"

"Hahahaha"

Matanya memejam dengan geram, tangannya mengepal menubruk pada dinding kelas. Dengan begitu saja ia meninggalkan kelas pagi hari ini.

"Kurang ajar!" ucap Baskara seraya menendang pintu toilet, untungnya tidak ada siapa-siapa disana.

Dari awal, Baskara memang tidak menyukai Bima. Sifatnya yang selalu tersenyum pada semua orang, bersikap seolah-olah ia bisa segalanya dan banyak mengatur. Baskara tidak menyukai itu.

Sekalipun dirinya pernah ditolong oleh Bima, Baskara tidak menyukainya. Ia tidak suka berada dibelakang Bima.

Ia meraih ponsel yang berada di sakunya untuk menelpon seseorang. Seringai menyeramkan tercetak diwajahnya, ketika telepon itu tersambung mata elangnya tertuju pada Arsa yang sedang melakukan pembelajaran di luar kelas.

"Gue bakal buat lo nyesel, Bim.."

🔸🔸🔸

"Arsa, tangkap!" 

Bola itu memantul kearahnya, dengan cekatan dirinya menangkap kemudian dengan mudahnya memasukkan bola itu kedalam ring. Riuh sorak-sorai gembira dari teman-teman kelasnya, padahal ini hanyalah latihan biasa.

"Gila ya sa, lo makin hebat aja!" Pekik salah satu temannya.

"Bisa aja lo!" Jawab Arsa seraya terkekeh pelan.

"Gue yakin sih sekolah kita bakal menang, soalnya kan lo kapten nya."

Pertandingan itu akan dilaksanakan dua hari lagi. Itu artinya tidak ada lagi waktu untuk Arsa dan tim bermain-main, mereka harus fokus latihan dan mempersiapkan diri masing-masing.

Bahkan setelah pulang sekolahpun mereka harus latihan kembali serta mempelajari taktik-taktik basket yang akan mereka gunakan nantinya. Mereka latihan cukup keras hingga tidak menyadari langit yang sudah berubah menjadi gelap.

Arsa dengan buru-buru meraih ponselnya yang terletak jauh didalam tas, hingga ia harus mengeluarkan seluruh isi tasnya untuk mendapatkan ponsel itu.

Setelah membuka layar, mata Arsa melebar tidak percaya. Ada pesan dari Ayah dan Mama yang cukup banyak. Ada beberapa panggilan yang tidak sempat terjawab, Arsa segera menelpon Mama karena panggilan Mama yang terakhir kali menelponnya.

"Mama?"

"Arsa kamu dimana, nak? Abang mu juga kemana sampai sekarang gak aktif nomornya?" balas Mama, Arsa mendengar suara Mama yang bergetar karena ketakutan.

ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang