seperti melihat seni untuk merajut kembali sepasang hati yang saling merindui. lewat lagu ini, ku sampaikan perihal hati yang masih terpatri.
-N a d .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
mungkin, yang menjadikan suatu hal terasa berbeda dari biasanya adalah, perihal bagaimana cara kita merasakannya, atau perihal banyaknya aspek yang sudah berubah.
seperti jamuan manis yang disuguhkan dengan cinta, kemudian juga diterima dengan penuh rasa bahagia.
malam ini, park jeongwoo dan haruto sudah menyiratkan pesan sejujur-jujurnya akan perasaan mereka -masih ada, dan sama. tidak lekang ter-urai, meskipun sakit hati yang pernah di dapati, sempat membuat mereka usai.
"haruto,"
"ya..?"
jeongwoo sedikit menghela nafas, sebelum mengulas senyum untuk haruto yang duduk dalam pangkuan.
"-tolong, izinin orang yang sama buat hapus semua luka lo,"
haruto menarik nafas, ia mengulum bibir sedikit, kemudian di lanjuti sebuah anggukan.
"ya,"
"selalu ada kesempatan kedua untuk orang yang sama,"
keduanya bertukar senyum yang sama-sama membuat pipi seolah terbakar. panas, dan merona.
"iya," jeongwoo mengangguk mantap. haruto tersenyum dengan tangan kanan di pipi jeongwoo yang diusapnya.
"digantikan dengan yang lebih baik itu bukan opsi yang pernah sebesit pun aku fikir, meskipun rasanya luka dari kamu aja cukup ngebuat aku buat sadar se sadar-sadarnya kalau kamu mungkin bukan yang terbaik,"
"-tapi kalau aku boleh pilih mau takdir yang seperti apa.."
"biar bagaimanapun, eunseo juga butuh versi terbaik dari figur orang tuanya"
kata haruto, dengan tarikan nafas panjangnya yang membuat dada serasa sesak.
jeongwoo dihadapan tidak bisa banyak ikut campur perihal bagaimana haruto mau mengungkapkan cara ia mengekspresikan perasaannya sendiri. yang jelas, dia bertekad mengeluarkan semua beban jenuh dan sesak yang ada padanya. meringankan sedikit beban yang mungkin menjadi pemicu adanya rasa berat hati untuk bisa mengulang buku yang sama lagi.
"tapi yang jelas, ketimbang digantikan dengan yang lebih baik, dikembalikan dalam versi terbaik itu jadi mimpi yang aku harap, aku bisa gapai,"
"-sampai mati pun aku mau coba untuk bisa gapai itu, jeongwoo."
haruto mendongak, dan matanya seketika bertemu sepasang netra gelap yang menatapnya penuh rasa bersalah.
seolah-olah di hadapannya ini hadir sosok korban paling terluka yang pernah dihancurkannya.
"jeongwoo.."
"hm?"
jeongwoo mengangguk pelan, dan disaat yang sama haruto dapat melihat jelas. di pipi itu, terdapat setetes air mata yang turun deras sampai kebagian bawah dagunya.