epilog ; memori buram

533 37 23
                                    

♪ "we keep this love in photograph. we made this memories for ourself." ♪

hari ini bayi keduanya lahir pada pukul  1 dini hari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hari ini bayi keduanya lahir pada pukul  1 dini hari tadi. junha yang selama ini menemani hari-hari beratnya lahir pada sabtu pagi, di penghujung Februari.

pagi hari ini haruto diberikan semangkuk comfort food kesukaannya, ia tengah meniup-niup lembut hembusan nafasnya pada sesendok bubur ayam hangat buatan sang mama mertua.

disuapkannya sesuap bubur itu kedalam mulut, sampai akhirnya indra perasanya bisa merasakan jelas bagaimana setiap lembut butiran halus bubur itu dibuat dengan cinta.

kerongkongan nya bergerak mendorong untuk menelan makanannya, haruto sepintas menyadari pukul berapa sekarang —ketika matanya tidak sengaja menatap pada jam dinding diatas lemari samping pintu kamar rawat inapnya.

"harusnya susunya cukup buat nanti malam..." ia ingat sudah menyiapkan ber kantung-kantung air susu iti untuk diserahkan pada suster yang akan membawanya keruang nicu, ya junha terpaksa harus lahir prematur karena...

clek

"haruto,"

mata bulat yang berkilau itu teralih dari semangkuk bubur hangat yang masih agak mengepul, seseorang yang belakangan ini tidak terlihat dari pandangan matanya, akhirnya punya cukup keberanian untuk menampakkan diri.

haruto tidak membalas atau bicara sepatah katapun, ia kembali menyantap suapan demi suapan kecil bubur ayam hangat itu kedalam buburnya, fokusnya saat ini hanyalah memulihkan diri, demi kedua buah hatinya, putri dan putra nya.

"haruto..."

kegiatannya terhenti dan ia perlahan meletakan sendok stainless steel itu disisi kanan mangkuk yang masih berisikan bubur yang tinggal sedikit lagi habis, mata haruto bertukar pandang dengan orang itu.

sekali lagi tanpa bicara apapun, ia hanya membalas tatapannya, ia hanya ingin mempersilahkannya untuk bicara kemudian mendengarkan terlebih dahulu apa maksud dan tujuan orang ini akhirnya menyempatkan waktu sibuknya.

"aku..."

helaan nafas pasrah miliknya mengisi kekosongan suara di kamar rumah sakit itu, beriringan dengan detik jam dinding yang semakin menambah kecanggungan diantara mereka.

tetapi haruto tidak merasa begitu, dia hanya...mencoba menghargai, dan tidak peduli. kita lihat dulu saja, apa yang mau pria ini katakan padanya.

"ya..?"

"aku...aku minta maaf..."

haruto menunduk sekilas lalu kembali memusatkan atensinya usai menarik nafas panjang.

"aku...aku ga bermaksud main dibelakang kamu,"

haruto tak bergeming.

"a-ku-aku, aku pikir kita perlu bicara haruto,"

[ii.] sorai ; jeongharu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang