🐰 Genre

375 65 6
                                    

"Istirahat dulu dong, gue cape," keluh Eunha menghentikan langkahnya, di depannya Mingyu yang memimpin jalan jadi berhenti.

"Istirahatnya nanti di atas aja," kata Mingyu, jadi menghampiri Eunha yang masih berdiri mematung, lagi ngerasa-rasa capenya naik gunung.

Meski dalam kenyataannya yang dipijak Eunha adalah anak-anak tangga, gak real tanah dan batu gunung. Tapi tetap aja capek!

"Ayooo, dikit lagi, mataharinya bentar lagi dah mau keluar," kata Mingyu memberi semangat, tapi Eunha masih aja gamau gerak.

Tujuan mereka naik gunung ini memang buat liat matahari terbit. Kata yang udah pernah, liat matahari terbit dari atas gunung tuh indah banget.

"Dikit mulu dari tadi tapi gak nyampe-nyampe," gerutu Eunha, habis dari tadi Mingyu bilangnya dikit lagi nyampe dikit lagi nyampe tapi gak nyampe-nyampe!

"Ini beneran dikit lagi, tuh, puncaknya dah keliatan," tunjuk Mingyu ke depan sana yang gak keliatan apa-apa karena masih gelap.

Eunha membuang napas lelah, lalu membuang wajah ke samping.

"Yaudah istirahat bentar deh," kata Mingyu pada akhirnya, membuat Eunha senang dan hendak duduk di anak tangga, "Lima detik," lanjut Mingyu.

"Heh apa-apaan," keluh Eunha tapi Mingyu gak peduli dan jadi menghitung mundur.

"Lima, empat, tiga, dua, satu. Selesai! Ayo bangun!" kata Mingyu begitu pantat Eunha baru aja nempel di dinginnya anak tangga.

"Gyuuuu," sendu Eunha, memohon supaya bisa istirahat lebih lama.

"Tapi mataharinya dah mau nongol Jung Eunha!"

"Iyaaa tapi gue capeeee."

"Ngelilingin mall tiga jam aja gak capek, ini setengah jam aja belum udah ngeluh cape," komen Mingyu.

"Iyalah, ngelilingin mall mah jalannya datar, ini naik, gimana sih???" omel Eunha karena Mingyu bikin perbandingan tuh gak sesuai.

"Iya iya, gausah marah dong," kata Mingyu, ngeri juga kalau Eunha ngambek di atas gunung gini.

"Au ah."

"Yaudah, gue gendong aja gimana?" tanya Mingyu lalu jadi berjongkok di depan Eunha.

Ingin Eunha nerima tawaran Mingyu itu, kapan lagi coba di gendong Mingyu?

Tapi keinginan itu Eunha urungkan sewaktu tiga anak kecil ngelewatin mereka dengan langkah semangat dan suara tawa.

"Anak-anak, hati-hati," seru orangtua mereka dari belakang dan melewati Eunha sama Mingyu. Dengan Mingyu masih jongkok membelakangi Eunha.

Ngeliat itu Eunha tentu aja jadi malu. Apa-apaan nih Eunha baru naik segini aja udah ngeluh, kalah sama anak kecil.

"Ayo naik nek, katanya cape?" kata Mingyu, jelas ngeledek Eunha.

"Ck, apaan, ayo lanjut jalan!" sahut Eunha jadi melangkah duluan.

"Nenek Eunhaaa, tungguin!" seru Mingyu sok drama, mengejar Eunha di depan.

"Cepet amat sih nek jalannya," puji Mingyu ketika udah jalan sampingan sama Eunha.

"Eh panggilan sayang gue ke lo nek aja apa ya? Lucu juga," kata Mingyu terus ngoceh sepanjang mereka jalan.

Sementara Eunha ngedengerin aja gak kepengen nyaut karena buat napas aja udah hah heh hoh, apalagi sambil ngobrol, abis kali napas Eunha.


🐰


Sampai di puncak, udah banyak orang yang datang juga buat ngeliat matahari terbit dari atas gunung begini.

тєтαηggα ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang