"Engga, gue gak mau," kata Eunha tegas saat Mingyu nanya apakah bulan depan dia mau nikah apa engga buat ngegantiin kakaknya yang batal nikah.
Karena sewa gedung, katering, baju, dan segala macamnya keluar uang banyak dan mustahil di cancel, mama Eunha jadi nodong Mingyu buat nikahin Eunha.
Mingyu dengan senang hati menerima todongan mama Eunha itu. Secara gitu Mingyu udah sayang dan nyaman banget sama Eunha. Jadi kalau ada kesempatan emas begini, ya kenapa ditolak kan?
"Kenapa? Kita pacaran ujungnya buat ini kan?" kata Mingyu yang sedih karena Eunha malah gamau mereka nikah.
"Iya, emang, tapi gak secepat ini Mingyu."
"Sekarang atau nanti bukannya sama aja?"
"Beda dong, kalau sekarang gue belum siap."
"Kalau gitu, lo siapnya kapan? Setahun lagi? Dua tahun lagi? Tiga tahun lagi? Kapan siapnya?"
Eunha diem, gak jawab pertanyaan Mingyu.
"Manusia itu gak akan pernah siap, Na. Dalam menghadapi apapun, manusia itu dipaksa siap," kata Mingyu jadi ngomong lagi.
"Iya, gue tau. Tapi tetep aja, kalau harus nikah bulan depan terlalu cepet Gyu, terlalu buru-buru. Apa kata orang nanti? Mereka pasti bakal ngira kita MBA!"
"Kenapa harus mikirin kata orang sih, Na? Memangnya mereka kasih kita makan? Engga kan?"
"Iya tauuu, tapi tuh..."
"Lagian, mau kita baik atau buruk, mau kita pinter atau bodoh, mau kita berprestasi atau engga, mulut orang jahat tetap akan jahatin kita," kata Mingyu memotong ucapan Eunha.
"Atau jangan-jangan, lo gak secinta itu ya sama gue?" kata Mingyu dengan nada rendah. "Atau, ada orang lain ya di hati lo?"
"Kok tiba-tiba ngomong begitu?" kata Eunha marah karena pertanyaan Mingyu yang seperti nuduh ini.
"Gue tahu kok beberapa kali ini lo sering jalan kan sama Junyoung," kata Mingyu dengan senyum tipis, menyebut nama orang yang dinamai Orang Gila di kontak Eunha.
"Ha?" keget Eunha karena kok bisa Mingyu tahu.
"Kaget ya gue bisa tau," kata Mingyu masih dengan senyum tipisnya.
"Kenapa lo gak cerita Na kalau lo pergi sama dia? Padahal gue selalu bilang kalau pergi sama siapapun."
"Ya karena gue sama Junyoung jalan untuk urusan kuliah, gak lebih."
Kemudian keadaan jadi hening, baik Eunha ataupun Mingyu gak mengeluarkan suara. Sampai akhirnya ponsel Mingyu berdering dan dia pamit pulang.
"Kak," panggil Jinsung, masuk ke kamar Eunha setelah mengetuk pintu.
"Ya? Kenapa?" sahut Eunha yang duduk di depan jendela kamarnya, memandang layar ponsel sambil sesekali melirik halaman rumah Mingyu.
"Adek beliin kak Una seblak kesukaan kak Una," kata Jinsung naro plastik putih di atas meja belajar Eunha.
"Oh, makasih," jawab Eunha dingin, masih belum mau menoleh ke adiknya.
"Ayo dimakan kak, keburu dingin. Kak Una belum makan apa-apa kan?"
"Ya nanti kakak makan."
"Sekarang aja, selagi masih panas, adek langsung buru-buru pulang loh biar seblaknya tetep panas," kata Jinsung jadi ngambil plastik putih di atas meja dan dia taro di depan Eunha.
"Ayo kak..."
Eunha menghela napas, lantas nyimpan ponselnya yang sedari tadi cuma dia mainkan asal. "Iya ini kakak makan."
"Nah gitu dong," cengir Jinsung senang, "Perlu adek ambilin nasi gak?"
Mendengar tawaran Jinsung, Eunha ngangguk, "Boleh, tapi adek ikut makan juga ya. Ini banyak banget."
"Okhee," angguk Jinsung.
Setelah itu, Eunha sama Jinsung makan seblak sama nasi berdua di kamar Eunha. Untungnya, mama mereka lagi ada arisan di rumah tetangga, jadinya gak kena marah.
"Kak Una habis berantem ya sama kak Gyu?" tanya Jinsung yang sekarang lagi di perjalanan pulang dari minimarket buat beli es krim untuk ngusir pedes di mulut.
"Mingyu bilang sesuatu ya sama kamu?" kata Eunha membuka es krim vanila setelah sebelumnya ngehabisin es krim mochi dengan dua gigitan.
"Engga," geleng Jinsung, sibuk menjilati es krim coklatnya yang mulai mencair.
"Terus tahu dari mana kakak berantem sama Mingyu?"
"Dari PP WhatsApp. Kak Una kan kalau berantem sama kak Gyu pasti pasang foto item."
Eunha mengangguk, lalu ber-oh. Eunha baru sadar, dia memang bakal pasang PP item kalau lagi berantem sama Mingyu.
"Biar adek tebak, kak Una berantem sama kak Gyu pasti gara-gara nikah," ucap Jinsung percaya diri, "Iya kan?"
Eunha ngangguk, "Iya. Mingyu ngajak kakak nikah, tapi kakak gamau."
"Kenapa?"
"Kenapa kakak gamau nikah sama Mingyu?"
"Bukan."
"Terus?"
"Kenapa kak Mingyu kepengen nikah sama kak Una ya?"
Eunha memadang Jinsung sengit.
"Hehe, becanda," cengir Jinsung, "Kenapa kakak gamau nikah sama kak Gyu? Bukannya kakak cinta banget sama kak Gyu?"
"Kakak merasa gak pantes buat Mingyu," ucap Eunha yang jalannya sambil nendangin kerikil-kerikil. "Rasanya Mingyu terlalu sempurna buat kakak yang biasa-biasa ini."
"Kakak takut Mingyu nantinya menyesal nikah sama kakak," lanjut Eunha yang sekarang jadi kehilangan mood makan es krim di tangannya.
"Kak Una pantes kok buat kak Gyu," kata Jinsung jadi mengambil es krim di tangan Eunha yang mulai mencair, lalu memberi Eunha tisu basah.
"Kak Una cantik, lucu, pinter, jago masak, yaa meski cuma mi instan sih... TAPI mi instan goreng kak Una gak ada lawan enaknya!" puji Jinsung dengan mulut penuh es krim milik Eunha yang dia rebut tadi.
Eunha kontan senyum, entah terharu karena ucapan Jingsung, atau karena tindakan Jinsung yang sekarang sedang kedinginan karena semua es krim vanila itu masuk ke mulutnya.
"Tapi kalau kak Una emang BENERAN gak mau nikah sama kak Gyu, adek bisa bantu bilangin mama biar jangan maksa-maksa kak Una. Adek sama bang Young ada dipihak kak Una kok," kata Jinsung sudah menelan habis es krim dan tersenyum manis ke Eunha.
KAMU SEDANG MEMBACA
тєтαηggα ✓
FanficTentang Eunha, yang udah tetanggaan sama Mingyu dari bayi. 🐰 04.08.20 - 19.10.21 Main Story 💚 23.10.21 - ××.××.×× Bonus