💚 1

529 64 2
                                    

"KIM MINGYU BISA DIEM GAK LO HAH!" bentak Eunha nyaring begitu Mingyu lagi-lagi nyuruh Eunha buat berhentiin motor yang sekarang lagi dia kendarai.

Padahal Eunha lagi berusaha buat bawa motor dengan stabil tapi gara-gara Mingyu berisik mulu jadi konsentrasi Eunha buyar.

"Please, Na. Gue belum mau mati," pinta Mingyu lagi, masih mohon-mohon supaya Eunha gak keras kepala buat bawa ini motor.

Soalnya Eunha tuh bawa motornya serampangan banget kaya orang baru belajar motor.

Yang emang bener adanya baru belajar, terhitung sebulan sudah Eunha belajar motor tiap hari. Kadang diajarin Mingyu, kadang diajarin kak Jinyoung.

"Siapa juga yang mau ngajak lo mati," jawab Eunha masih belum mau berhentiin motornya.

Yang ada malah naikin kecepatan motor waktu ngelewatin jalan yang sepi. Bikin Mingyu otomasis teriak histeris.

"Makanya diem! Sekali lagi lo ngomel, gue bawa jumping nih motor," kata Eunha ketawa bahagia denger suara jeritan Mingyu.

Mingyu mau gak mau nutup rapat mulutnya dan pegangan yang erat ke pegangan motor belakang sambil berdoa supaya perjalannya ini selamat sampe tujuan.

"Akhirnya nyampe juga," sahut Mingyu membuang napas lega begitu motor yang dikemudikan Eunha sampe di depan rumah mereka.

Padahal jarak dari indomart ke rumah tuh deket banget dan relatif aman. Jalan kaki aja paling Cuma butuh waktu sepuluh menit.

Ini naik motor dibonceng Eunha rasanya kaya seharian, mana bawa motornya beneran bikin Mingyu jantungan.

"Tuh, gue udah jago bawa motor kan, Gyu," kata Eunha bangga dengan nada riang gembira.

"Jago apanya. Gak liat ini lutut gue lemes begini?" kata Mingyu yang masih jongkok. Nenangin dirinya yang masih gemeteran karena tadi hampir jatoh.

Gak lama kemudian, Jinsung keluar dari rumah. Dan tanpa disuruh, dia langsung buka pager rumah.

"Baiknya," puji Mingyu selagi Eunha masukin motornya ke garasi.

"Ya mesti baik, yang dikepengennya banyak," kata Eunha udah masukin motornya dan ngasihin plastik belanja ke Jinsung.

"Yeay!" seru Jinsung senang karena apa yang dia request dibeliin semua sama Eunha.

"Ini mau makan di mana? Rumah lo rumah gue? atau mau masing-masing?" tanya Eunha mengangkat plastik keresek putih berisi mie ayam yang mereka beli tadi dengan mempertaruhkan nyawa Mingyu.

"Yakali makan sendiri-sendiri. Belinya aja berdua. Makan di rumah lo aja, biar gue gak usah cuci piring hehe," kata Mingyu.

Kemudian mereka ke rumah Eunha. Mingyu nunggu di ruang tv nyari tontonan seru di tv, sementara Eunha ngambil peralatan makan.

"Sini gue aja yang buka," kata Mingyu berbaik hati ingin membantu, tapi sama Eunha ditolak.

"Gak usah, lo diem aja. Gue mau makan mie sambil nonton. Gamau beresin pecahan kaca atau ngelapin mie tumpah," kata Eunha menyindir Mingyu yang tangannya super ajaib.

Mingyu nurut, beneran gak ngapa-ngapain dan Cuma merhatiin Eunha bukain plastik mie ayam sama bumbunya.

Berhubung Eunha udah tahu selera makan Mingyu, jadi sekalian diracikin juga sama Eunha saos, kecap, sambelnya.

"Nih, cobain, dah pas belum." Eunha nyodorin piring mie ayam punya Mingyu ke hadapannya.

Mingyu nyicip, kemudian masang muka aneh.

"Kenapa?"

"Manis."

"Hah masa sih? Perasaan kecapnya dikit deh."

"Engga, bukan mie ayamnya yang manis."

"Terus?"

"Pacar gue. Pacar gue kok manis banget."

"Emang, baru tau ya lo kalau gue manis??"

Kemudian terdengar suara orang pura-pura muntah.

Ya, siapa lagi kalau bukan Jinsung yang geli dengan percakapan dua orang dewasa di depannya.

"Mau apa turun? Gak boleh minta loh ya!" sewot Eunha ketakutan Jinsung mintain mie ayamnya.

Soalnya tadi Jinsung ditanyain mau mie ayam juga apa engga bilangnya engga dan lebih memilih jajanan indomart.

"Gak akan minta kok. Adek Cuma mau nanya," kata Jinsung jadi menghampiri Eunha dan Mingyu.

"Nanya apa?"

"Soal matematika."

"PR? Kalau PR nanti aja, kakak makan dulu."

"Bukan, bukan PR. Ini ada temen nanya, 1+1×0 berapa."

"Yaelah kirain soal apa. Cuma soal matematika dasar toh," sahut Mingyu yang jadi gede kepala setelah mendengar soal yang disebut Jinsung. Padahal sebelumnya mendadak Mingyu jadi patung ketika denger matematika. "Jawabannya 0."

"Kok 0? 1 dong!" sahut Eunha gak setuju sama jawaban Mingyu.

"Ya 0 lah, Na. Inget, berapapun, kalau dikali 0 hasilnya bakal 0," ngotot Mingyu gak setuju sama Eunha.

Selama beberapa menit kedepan, Mingyu sama Eunha jadi sibuk berdebat soal 1+1×0 dan melupakan mie ayam mereka yang makin bengkak.

"Jadi jawabannya 0 atau 1 nih? Cepet dong, temenku nungguin nih," kata Jinsung.

"1" | "0"

"Kamu lebih percaya omongan kakak kamu atau dia yang Cuma tetangga kamu?" kata Eunha nunjuk Mingyu.

"Adek lebih percaya omongan kak Gyu yang selalu ngejajanin adek, nemenin adek main Lego sama Game, ngajarin edit video, atau dia yang kerjanya marah-marah?" kata Mingyu nunjuk Eunha.

Jinsung memegang dagunya. Berpikir. Yang mana yang seharusnya dia percayai.

Dan setelah lima detik berpikir, akhirnya keluarlah pilihan Jinsung.

"Oke, aku percaya kakak," kata Jinsung natap Mingyu yang kemudian disahuti Mingyu senang.

Sementara Eunha jadi bete karena dua orang ini kalau udah barengan pasti jadi nyebelin.

Jinsung kemudian naik lagi ke kamarnya. Meninggalkan Mingyu sama Eunha yang mana suasananya jadi suram.

"Na, kok diem aja?" tanya Mingyu karena sampai mie mereka habis. Eunha gak ada ngomong apa-apa.

"Orang yang suka marah-marah ini lagi males ngomong."

"Na... :(" 

 :(" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23.10.2021

тєтαηggα ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang