Jus 3/4 Gelas

220 28 2
                                    

Tempat yang sama, tapi dengan orang dan suasana yang berbeda. Gadis yang kali ini mengenakan celana jeans dan kaos oversize biru itu mulai memasuki sebuah cafe. Matanya mendapati seorang lelaki dengan jaket kulit hitam.

Kakinya melangkah, mendekati meja yang diduduki oleh Revan. Dengan sebuah paperbag merah muda ditangannya.

"Nih", ujar Sherra sambil menyodorkan sesuatu yang sejak tadi ia pegang.

"Duduk dulu dong, gak sopan banget", sahut Revan dengan satu alis sedikit terangkat.

Sherra memutar bola matanya malas. Meski akhirnya ia menduduki sebuah kursi di hadapan Revan. Satu tangannya meletakkan paperbag berisi jaket kulit itu ke atas meja.

"Gimana persiapan lomba lo?", tanya Revan basa-basi.

"Lancar sih, cuma rada bingung aja sama alur penulisannya. Takut gak sinkron", jawab Sherra sambil menyedot jus strawberry di hadapannya.

"Ehmm.. Enak. Kebetulan banget gue suka strawberry", gumam Sherra menikmati minumannya.

Revan tersenyum simpul, "Bukan kebetulan, gue sengaja"

Mata gadis itu melirik heran ke arah Revan. Mana mungkin Revan tahu apa minuman kesukaannya.

"Gue juga tau lo lebih suka martabak telor dari pada yang manis", lanjut Revan yang membuat Sherra makin terkejut.

"Kok-"

"Karna yang manis cukup gue aja", sambung lelaki itu dengan wajah jahilnya.

Sherra sontak tertawa geli melihat Revan yang menaik turunkan alisnya. Baru pertama kali ia melihat seseorang berwajah dingin bercanda dengan aneh.

Dua orang itu saling tertawa dan meledek satu sama lain. Seperti menepiskan satu tembok penghalang (lagi). Jika terus seperti ini mungkin lama-kelamaan mereka benar-benar bisa menjadi teman.

Sherra menemukan sebuah radar tak asing. Dilihatnya seorang wanita dengan rambut sedikit lusuh berjalan cepat ke arah meja mereka.

Dan, Plakk.

Satu tamparan mendarat keras di pipi kiri Sherra. Membuat seisi ruangan lantai satu cafe itu terperangah. Tidak terkecuali Revan yang duduk tepat di hadapan Sherra.

Revan sontak berdiri, melihat sosok yang menampar gadis yang sedang bercanda dengannya itu. Ya, Erika. Dengan penampilan sedikit berantakan, yang ntah dari mana.

"Er!", bentak Revan sambil menggenggam tangan Erika.

Erika yang tersulut emosi lantas menepis kuat tangan Revan. Matanya masih fokus menyorot tajam ke arah Sherra. Tangan Erika menunjuk tepat di depan mata gadis berbaju biru itu.

"Gak cukup ya gue kasih pelajaran ke perempuan murahan kaya lo?! Butuh duit berapa lo?!", pekik Erika yang membuat Sherra terdiam heran.

Gadis yang sedang emosi itu mengeluarkan dompet, kemudian melemparkan sepuluh lembar cek ke arah Sherra.

"Gue beli keperawanan lo! Kasih ke orang lain!!", lanjut Erika.

Revan yang sudah tidak tahan melihat kelakuan pacarnya itu mengangkat tangan berusaha menarik Erika. Belum sempat tangan Revan meraih Erika, sebuah percikan kencang terpampang nyata di hadapannya.

Byurr.

Segelas jus strawberry itu melayang indah menerpa wajah salah seorang gadis yang berdebat itu. Kali ini bukan wajah Sherra, tapi wajah Erika.

Revan yang menyaksikan drama keributan itu mematung. Belum pernah dia melihat adegan lebih mengejutkan dari ini. Sherra dengan berani menyiram wajah Erika dengan jus yang masih 3/4 gelas isinya.

ARIES [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang