Revan merebahkan diri di kasur untuk melepas segala bebannya hari ini. Terdengar suara keluar dari benda pipih di saku celananya. Kemudian ia mengeluarkan benda itu untuk memeriksa notifikasi yang ia terima.
Dilihatnya pesan grup menampilkan foto seorang gadis yang ia kenal sedang dalam posisi berlutut dengan baju basah kuyup.
Revan membelalak kaget melihat isi pesan tersebut. Bukan masalah apa yang mereka lakukan, tapi kenapa mereka tidak konfirmasi terlebih dahulu padanya.
Dengan sigap Revan menelpon salah satu pembuat onar.
"Halo, Van?", sahut Dimas dari balik layar ponselnya.
"Anjing lo! Kenapa gak bilang mau main di gudang?!", bentak Revan yang membuat Dimas kaget mendengarnya.
"G-gue cuma diajak sama Erika doang, Van", sahut Dimas terbata-bata mengetahui temannya itu sangat marah.
Bip.
Sambungan telepon diputus sepihak oleh Revan. Dirinya yang semula lelah langsung bergegas bangun mencari kunci mobil dan berlari kearah luar.
Mobil BMW hitam yang dikendarai Revan melaju dengan kecepatan penuh.
"Bangsat!", umpatnya sembari terus menginjak pedal gas.
Dua puluh menit kemudian dia sampai di area sekolah. Mobilnya mulai mengurangi kecepatan. Mata Revan menyisir tiap sudut yang ia lewati seperti mencari seseorang.
Srett.
Revan mengerem mobilnya tiba-tiba kemudian keluar dari mobil dengan cepat. Ia berjalan kearah seorang gadis. Ya, gadis itu adalah Sherra yang basah kuyup sedang berjalan kembali menuju halte.
Sherra lagi-lagi terperanjat merasakan tangannya ditarik oleh seseorang. Ia menolehkan pandangan mencari sang tersangka. Gadis itu menatap tajam ke arah Revan.
"Besok lagi bisa gak? Gue mau pulang dulu, capek" ujar Sherra tanpa tenaga.
Revan melebarkan matanya, memandang gadis itu dari atas ke bawah. Memperhatikan tiap inci bagian dari gadis itu yang sudah tak karuan.
"Lo tolol ya?! Lo cuma diem aja diginiin?!", bentak lelaki itu dengan ekspresi marahnya.
Sherra menatap tak percaya atas kalimat yang keluar dari mulut boss para bandit itu. Bola matanya memutar malas. Kemudian ia menarik tangannya sekuat tenaga agar keluar dari genggaman lelaki tampan dihadapannya.
Rasanya ingin sekali Sherra meludahi lelaki tersebut. Tapi sudahlah, yang ada hanya mempersulit keadaan. Sherra melirik tajam kemudian melangkah untuk pergi dari hadapan Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIES [on going]
Fiksi Remaja𝚂𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊. -𝚕𝚢𝚐𝚜𝚜𝚖 [SEBAGIAN PART DIPRIVASI, FOLLOW SEBELUM BACA YAA] "Kita emang nggak bisa bersama, Van. Dari awal. Dan kamu tau itu.." "Kamu egois, She." "Iya, kita...