Gapapa deh nggak komen, yang penting vote yakk..
Mwahh😚"Anjing lo ya!", bentak Revan kepada seseorang yang tidak lain adalah temannya itu.
Mata penuh amarah yang dilontarkan Revan sukses membuat Arga tidak berkutik sama sekali dan pasrah menerima pukulan bertubi-tubi. Revan memang tahu jika Arga bukan lelaki baik-baik, tapi tidak menyangka akan melakukan tindakan sebejat ini. Terlebih korbannya adalah..
Sherra.
Melihat Arga yang sudah terkulai tidak berdaya membuat emosi Revan berangsur reda. Pandangannya beralih ke arah tempat tidur dimana tergeletak seorang gadis yang wajahnya sangat familiar bagi Revan.
Dengan cepat lelaki berbadan tegap itu bangkit dan menghampiri Sherra yang terkulai lemas. Tangannya terulur menyentuh pipi Sherra dengan lembut seolah takut akan semakin menyakiti wanita itu.
"She?? Lo bisa denger gue kan, She?", tanya Revan dengan nada khawatir diiringi nafas berat khasnya.
Merasa tidak mendapat jawaban dari lawan bicaranya, Revan berusaha mengangkat tubuh Sherra agar keluar dari ruangan keji itu. Sedangkan gadis yang tinggal mengenakan kaos putih polos itu sudah tidak sadarkan diri.
Revan yang menyadari pakaian tipis Sherra kemudian melepas jaket jeans miliknya dan melilitkan di tubuh gadis itu. "Erika lo bener-bener", gumamnya dengan frustasi karena tidak menyangka pacarnya akan bertindak sejauh ini.
Langkah lebar Revan berhasil membawa dirinya dan Sherra ke arah parkiran di mana mobil miliknya terparkir. Meski dengan tatapan aneh dari beberapa orang yang melihat mereka, Revan tetap memfokuskan diri dengan meletakkan Sherra di jok depan dan membenarkan posisi seatbelt.
"Hufft..", helaan nafas frustasi dari Revan yang sudah duduk di bangku supir sedikit membuat kesadaran Sherra kembali.
Sherra membuka matanya perlahan berusaha mencerna situasi. Pikirannya belum pulih sempurna karena efek kuat dari obat yang diberikan bajingan itu. Matanya menangkap sesosok lelaki tidak asing dengan raut wajah berantakan sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya.
Tangan mungil gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk menggapai lengan kokoh Revan. Lelaki dengan jam tangan hitam di tangan kirinya itu menyadari pergerakan Sherra.
"She? Lo udah sadar??", panik Revan yang refleks menyingkiran ponselnya dari tangan dan mengganti posisi ponsel tersebut dengan pundak Sherra.
Ingin sekali rasanya Sherra menjawab pertanyaan itu dengan kalimat andalannya, gapapa.
Tapi apa daya tubuhnya tidak bisa diajak bekerja sama. Sepersekian detik kemudian gadis itu kembali kehilangan kesadarannya.
Gak ada pilihan lain, batin Revan. Pedal gas mobil sport-nya segera diinjak untuk menuju sebuah lokasi.
Srrtt.
Mobil itu berhenti di depan sebuah gedung tinggi bertuliskan Kertana. Yups, Revan membawa gadis itu pulang ke apartemennya.
Tangannya yang sudah membuka pintu mobil penumpang diarahkan untuk menopang tubuh gadis tidak berdaya itu pada punggung lebarnya.
Seorang pria tinggi besar menghampiri mobil hitam itu. Revan memberikan isyarat dengan tangan yang menandakan dirinya tidak butuh bantuan.
Merasa mendapat tatapan aneh dari satpam kenalannya, Revan tersenyum canggung. "Mabok, bro", ujarnya mencari alasan.
Kakinya melangkah pada sebuah pintu bersematkan angka 311. Kedua manusia dengan perawakan sedikit kacau itu memasuki ruangan mewah tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARIES [on going]
Fiksi Remaja𝚂𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊. -𝚕𝚢𝚐𝚜𝚜𝚖 [SEBAGIAN PART DIPRIVASI, FOLLOW SEBELUM BACA YAA] "Kita emang nggak bisa bersama, Van. Dari awal. Dan kamu tau itu.." "Kamu egois, She." "Iya, kita...