Permintaan Maaf

263 31 0
                                    

Senin, 07.30

Sherra memasuki area sekolah dengan langkah santainya. Menghirup udara sejuk bekas hujan kemarin sore membuat gadis berhiaskan pita merah dirambutnya itu merasa tenang.

Tinn..

Suara nyaring dari klakson motor membuat Sherra dengan reflek menoleh. Matanya menyusuri sosok itu bak sebuah scanner. Seorang lelaki yang sedang bersandar apik diatas motor sport merah dengan tulisan Honda dibagian badan motornya.

Rambut cokelat sedikit berantakan, hidung mancung, dan bibir tebal miliknya menambah aura seksi– Ah tidak tidak, menambah aura brengseknya. Sherra bergulat dengan pikirannya sendiri, yang tanpa sadar sejak tadi menatap ke arah orang itu.

Merasa ditatap dengan aneh, Revan mengedipkan kelopak matanya beberapa kali. Kemudian menundukkan kepala untuk memeriksa apakah ada yang aneh pada dirinya.

"Lo gak papa?", tanya Revan sambil menaikkan salah satu sudut alis tebalnya.

Sherra yang tersadar dari lamunannya hanya melirik tajam ke arah Revan, kemudian beranjak pergi.

Melihat gadis yang diajak bicaranya pergi begitu saja, Revan cepat-cepat memarkirkan motor disembarang tempat. Ia meletakkan helm mahalnya dengan asal diatas motor. Kemudian lari mengejar gadis tadi.

"Kalo orang nanya dijawab dulu dong", tanya Revan yang berjalan mengikuti langkah Sherra.

Sherra hanya mengangguk tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya. Can you shut the fuck up?, batin Sherra yang hanya bisa ia katakan di dalam hati.

Frustasi karena tidak mendapat jawaban, tangan kekar Revan menahan lengan Sherra hingga gadis itu tersentak dan berbalik ke arahnya.

"Lo gak papa?", tegas Revan sekali lagi.

Sherra memicingkan matanya, "Emang gue kenapa?".

"Mau gue bikin kenapa-napa?", sahut Revan dengan bibir yang sedikit menyeringai.

What the fff— Apa lagi sih ini?, gumam Sherra dalam hati. Ia merasa tidak percaya dengan pertanyaan bodoh dari si bandit ini.

"She!!", teriak seorang gadis yang berlari dari arah koridor.

Revan reflek melepaskan genggamannya dan berlalu pergi tanpa sepatah kata lagi.

"She? Lo diapain? Ha? Gak papa kan?", cicit Alin sambil membolak-balikkan badan Sherra.

Sherra tertawa geli dengan respon temannya itu.

"Gak papa, Al. Lo kira gue bakal diapain?", jawab Sherra cengengesan.

Kedua gadis itu kemudian berjalan menuju kelasnya. Duduk pada bangku yang biasa mereka tempati dan melakukan kegiatan masing-masing.

"Ekhem..", seseorang dihadapan mereka berdeham.

Orang itu adalah Arga. Yap, Arga yang merupakan salah satu dari beberapa bandit itu.

Alin dan Sherra menatap bingung ke arah Arga yang berdiri dengan wajah memelasnya.

"Gue minta maaf ya, She" ujar lelaki itu sambil mengulurkan tangannya.

Gadis yang dimintai maaf itu hanya bengong tak percaya, begitu juga teman disebelahnya.

"Gue tau kalo lo gak mungkin bisa maafin gue. Tapi gue bener-bener nyesel udah nyakitin lo. Waktu itu gue cuma diajak Erika. Dan lo tau kalo gue gak mungkin bisa nolak ajakan pacarnya Revan", jelas Arga panjang lebar yang malah membuat Sherra semakin linglung.

Tak ada angin, tak ada hujan. Arga berdiri dihadapannya untuk meminta maaf. Tapi bukankah lebih aneh jika aku tidak memaafkannya?

Sherra tersenyum berusaha memecahkan kecanggungan diantara mereka. Tangan kanannya menyambut uluran tangan Arga.

ARIES [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang