"Rise and shine, good morning Helian."
"Good morning, Bunda." Kazan merentangkan tangan lebar-lebar, bersiap menyambut pelukan terhangat di dunia, tak ada tandingan, tak ada duanya. "Ini hari apa, ya?"
"Senin, sayang." Kazan manggut-manggut, masih dengan mata sayup-sayup ia bertanya lagi. "Ayah mana?"
"Dia nggak pernah bangun sebelum kamu." Jawab Kiran singkat. "What do you want for breakfast?"
"Pancake. Please."
"Oke deh. Jangan terlalu lama mandinya. Seragamnya udah Bunda siapin. Bunda masak dulu, ya."
Kiran lalu menghilang dari balik pintu. Nyatanya ini bukan sekadar hari senin dan awal minggu. Hari ini adalah hari jadi pernikahan Harzi dan Kiran yang kesembilan tahun. Wow, 9 tahun berbagi tempat tidur yang sama, berbagi banyak keluh kesah, memberi makan, mengomeli, dan mencintai orang yang sama. Mereka benar-benar telah sejauh ini.
Jadi, apa yang bisa Kiran lakukan untuk merayakan hari ini? Membuat kue bertuliskan happy anniversary? Sudah terlampau bosan. Kencan? Kiran terlalu malas menitipkan Kazan pada orang lain. Jalan-jalan? Kan bulan kemarin baru saja selesai bulan madu.
Sepulangnya Kiran dari mengantar anak mereka pun, ia masih menemukan pemandangan ini di atas kasurnya.
Tapi karena Kiran sedang berbaik hati, jadi Harzi tidak perlu mendengar dumelan lebih banyak hari ini. Pada akhirnya, Kiran memilih kembali bergabung di atas tempat tidur. Menyelinap dalam selimut menuju pelukan suaminya.
"Rise and shine, selamat pagi Mamang Harzi."
Respon Harzi hanya tersenyum dengan mata yang menutup, walau dalam hati ia bingung kenapa tumben-tumbenan istrinya tidak menyuruhnya agar cepat bangun.
"Hari ini nggak usah ke mana-mana, ya?"
"Hm?"
"Nggak usah kerja." Ulang Kiran, kini matanya sibuk mengamati setiap jengkal dari wajah pria di hadapannya, mencari perubahan setelah sembilan tahun berlalu.
Merasa ditatap akhirnya Harzi membuka mata, dan hal pertama yang ditangkap oleh irisnya adalah wajah Kiran yang sedang tersenyum kepadanya. "Kamu cantiknya keterlaluan."
"Haha, makasih."
"Punyaku kan ini?" Tanyanya, kali ini sambil menarik tubuh Kiran lebih dekat merapat hingga tak ada celah. "Kamu buat aku, ya?"
Bohong kalau Kiran tak tersipu, wajah Harzi terlihat sangat tampan kalau baru bangun tidur. Apalagi kalau sudah merengek meminta peluk atau cium darinya, sangat menggemaskan. "Iya, tapi ada syaratnya."
"Nggak terima request-an bangun candi."
Kiran tertawa. "Bukaann."
"Terus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
until we're grey and old [✔]
Fanfiction[ read after "look how we've grown" ] I'll take the kids to school, wave them goodbye, and I'll thank my lucky stars for that night. ©tuesday-eve, 2021.