20. The Best Days

465 62 13
                                    

setelah tiga hari menginap di rumah yuta, akhirnya keluarga echlanu pamit melanjutkan liburan mereka ke tokyo. soalnya masih harus mewujudkan keinginan si putra semata wayang yang ingin main ke disneyland.

mereka diantar yuta beserta istri dan anaknya hingga stasiun. diberi satu koper tambahan lagi yang isinya oleh-oleh untuk semua keluarga di indonesia, terkhusus kanaka yang dari kemarin sudah rewel minta dibelikan ini itu ke kirani.

"terima kasih sudah jauh-jauh nengok si kaze. nanti kalau udah agak gedean dan udah bisa naik pesawat, pasti langsung dibawa ke indo." kata yuta usai berpelukan dengan kirani.

wanita itu tersenyum dan mengangguk, menahan airmata. "makasih juga ojii, sehat-sehat ya sama kaze dan oba juga. sampai ketemu lagi. harus ketemu pokoknya!" dibilang begitu yuta hanya terkekeh sembari mengusak rambut kirani.

"sayonara, kaze-oji." timpal kazan melambai ke si bayi.

sementara harzi sudah sibuk memantau arus penumpang kereta yang untungnya tidak terlalu padat ini.

mereka masuk dan duduk di kursi yang telah dipesan sehari sebelumnya. sempat sibuk menyusun koper sebentar, akhirnya duduk anteng begitu kereta berangkat.

ngomong-ngomong, mereka ke sana menggunakan shinkansen, dengan perkiraan tibanya kurang dari tiga jam belum termasuk perjalanan ke hotel.

"acan mau duduk dekat jendela, boleh?"

"boleh." angguk kirani dan duduk di kursi tengah, diantara harzi dan kazan. kirani lalu menyempatkan waktu untuk mengajak kazan berdoa sebelum perjalanan mereka dimulai.

setelah itu menoleh ke si suami. "ayah, berdo'a."

"sudah." jawab harzi sembari melirik kazan begitu keretanya berangkat. "jangan sampai puyeng ya, cil. soalnya ini kenceng banget loh... pemandangan di luar mana bisa dinikmatin?"

"iya kah?" kazan menoleh ke bundanya. kirani tersenyum. "itu cuma akal-akalan ayah biar dia bisa duduk di pinggir juga."

kazan kontan berdengkus. "nggak akan acan serahkan!"

harzi berdecak. "nggak asik ah, bunda buka kartu."

dan kirani cengar-cengir. "maaf deh...."

tapi setelah itu malah asik berdua, melihat-lihat foto yang diambil sewaktu mereka ke dotonburi kemarin. sedangkan kazan mulai menyalakan kamera dan memotret apa saja yang menarik baginya dengan kamera yang dihadiahkan oleh harzi dan kirani di ulang tahunnya yang kesembilan.

katanya gunakan saja sebagai gudang memori masa kanak-kanak. sebelum ia menginjak fase remaja dimana semua kekagumannya pada hal kecil akan tergantikan dengan sesuatu yang lain dan lebih besar.

"ayah, bunda, pose." titah kazan seraya mengarahkan kameranya kepada harzi dan kirani yang masih cekikikan berdua.

kirani menoleh dan langsung menggandeng lengan kemudian bersandar di pundak harzi sembari tersenyum manis ke arah kamera. harzi pun membalas dengan menyandarkan kepalanya di atas milik kirani, juga tersenyum dengan pose jempol andalan bapak-bapaknya.

suara shutter kamera terdengar. dan satu lagi foto favorit kazan akan segera tersimpan di albumnya.

"giliran kazan." kirani mengambil alih kamera tersebut dan mengarahkannya kepada kazan. "kazaniru, senyum."

lantas saja kazan tersenyum malu, namun tetap mempertahankan posisi setidaknya setelah bunda selesai memotret. kirani tersenyum dan menatapi hasil foto sosok manusia hasil buah cintanya dengan si suami.

lalu saat itu pula ia tersadar, bahwa hidup telah membawanya dan harzi hingga sejauh ini. hingga seorang yang mereka beri nama dan besarkan ini sudah hidup juga bertumbuh mengenal sedikit demi sedikit perihal dunia dan seisinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

until we're grey and old [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang