#13

8 4 0
                                    

♡Happy Reading♡

*****

Ryuna menaruh kepalanya di atas meja. Berkali kali ia menghela nafasnya kasar. Tadi pagi, waktu ia ingin berangkat ke kampus. Raillie -mama Ryuna tiba tiba pingsan karna tidak menemukan keberadaan Raksa.

Ryuna mengacak rambutnya frustasi.

"ARGHH KEMANA SI LO ANJIR!" Teriaknya.

Banyak mahasiswa dan mahasiswi yang mrnoleh ke arahnya. Tetapi ia tidak peduli. Hari ini, ia sudah membulatkan tekadnya untuk mencari Raksa.

Sungguh, kalau begini caranya kemarin ia saja yang membuka pintu. Bodoh sekali ia mempercayai adiknya itu.

Ryuna segera mengambil tas nya, dan keluar dari kelasnya. Jika kalian ingin tau bagaimana ekspresi nya saat ini adalah datar. Datar se datar datar nya seperti triplek.

"Ryuna!" Panggil seseorang.

Langkah Ryuna terhenti dan menoleh ke belakang. Dilihatnya bahwa ada seorang guru yang tergesa gesa menghampirinya.

"Ya, ada apa bu?"

"Begini. Kamu kenal dengan Pak Decta?" Ryuna mengerutkan dahinya, namanya seperti tak asing di telinga nya.

Beberapa saat kemudian ia mengangguk. Membuat sang guru menghela nafasnya lega.

"Kenapa memangnya?" Tanya nya penasaran.

"Ah tidak, hanya saja. Tolong bantu saya untuk mengangkat telfon nya" jawabnya.

Drrttt

Tak lama hp nya pun berdering. Dan benar saja, tertera nama 'pak decta' di layar. Dengan ragu, ia menekan tombol hijau dan menaruh alat genggam itu di telinganya.

"Halo?"

"Halo? Apakah ini dengan walikelas nya Dylan?"

Ryuna melirik ke gurunya itu. Sang guru menggelengkan kepalanya pelan. Sepertinya, dia harus berbohong.

"Bukan om, ini saya Ryuna anaknya papa Roni" jawabnya.

"Ryuna? Kenapa kamu yang mengangkat? Apa saya salah menelfon?"

"Ah bukan om. Ini emang benar nomer guru saya. Tapi sekarang dia lagi ada rapat, makannya saya yang mengangkat"

"Bukan kah itu melanggar privasi? Seharusnya kamu tidak boleh mengangkat sembarangan"

Ryuna memijat pelipisnya pelan. "Beliau sudah mengizinkan saya kok om, jadi saya tidak melanggar privasi siapapun"

"Tapi tetap sa--"

"Maaf om, tapi disini saya hanya melaksanakan amanah yang di berikan kepada beliau" ucapnya sambil menekankan kata amanah.

"Kalau om ada keluhan silahkan dibicarakan. Nanti akan saya sampaikan kepada beliau" lanjutnya denhan menekankan kata sampaikan.

Terdengar helaan nafas dari seberang sana. "Baiklah. Apakah Dylan dan Vendra ke kampus pagi ini?"

Ryuna mengerutkan dahi nya. "Maksudnya?"

"Mereka dari tadi pagi tidak ada dirumah. Waktu saya ke kamar mereka pun pintunya di kunci. Begitu dibuka menggunakan kunci cadangan, hampir separuh baju mereka tidak ada"

"Maksud om mereka kabur gitu?"

"Saya tidak bisa menge-klaim bahwa mereka kabur. Tetapi saya khawatir karna mereka gaada kabar sama sekali. Maka dari itu saya tanya apakah mereka ada di kampus pagi ini?"

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang