sesuatu yang sempat tertuda

5.7K 398 4
                                    

🍁🍁🍁🍁
.
.
.
.
.

********
Part kemaren direvisi sedikit. Lanjutan part kemaren yah.
********
.
.
.

Pagi menjelang siang , setelah kejadian dimana Ara mengungkapkan kata yang sempat tersangkut di tenggorokan nya,
Gus fahmi membalikan badannya, ditatapnya manik yang teduh selalu membuatnya tenang, dikecupnya kening ara lama. Ia tersenyum penuh pengertian.

"Dek, jangan memaksa kan diri kalau kamu belum siap, saya akan menunggumu sampai kamu benar-benar siap, saya tidak mau menjadi suami yang egois, karena mas menikahimu bukan karena hawa nafsu mas, mas mencintaimu sungguh karena Allah, ".
Ucap Gus fahmi mengusap lembut pipi ara yang merona. Ara menyelusupkan wajahnya di dada bidang suaminya untuk menutupi rasa malunya. Tangan mungilnya ikut melingkari pinggang Gus fahmi dengan erat, Aroma khas Gus fahmi menyeruak pada penciumanya, dengan aroma maskulin yang membuatnya nyaman untuk bersandar di dada bidang Yang membuat pelukan itu menjadi candu baginya. Ara mulai mengatur detak jantungnya.

" Mas, biarkan ara memberikan hak mas yang seharusnya ara berikan sedari dulu, ara hanya ingin menjadi istri yang sempurna yang sudah ditetapkan oleh Agama, biarkan ara menjalankan kewajiban ara sebagai istri mas, ara ikhlas insyaallah malam ini ara siap ".
Ucap ara masih dalam dekapan Gus fahmi.

Gus fahmi melepaskan pelukanya, ia menatap wajah yang masih memerah, ia tersenyum dengan hangat, di kecupnya setiap wajah dari istrinya yang begitu cantik dan menggemaskan, mulai dari mata hidung pipi dagu dan terakhir ia mengecup singkat bibir yang selalu membuatnya candu.

Ara semakin memanas, ia sudah tak sanggup menatap wajah suaminya.

"Sayang, hadap sini to, suami kamu didepan kamu bukan dibawah".
Goda Gus fahmi.

Ara langsung mendongakkan wajahnya, mata mereka bertemu dan saling mengunci satu sama lain.

" Sayang jangan sekarang ya,... ".

" Kenapa mas? ". Ara menyela ucapan Gus fahmi.

" Tidak untuk sekarang sayang...! ".
Gus fahmi kembali angkat bicara, namun sejurus kemudian lagi lagi ara menyelanya.

" Kenapa mas, mas nggak menginginkan ara! Apa ara kurang cantik? Apa ara kurang seksi!, ara selalu menjaga tubuh ara kog mas, dan ara nggak penyakitan, panunan, apalagi kudisan, masak iya mas sama sekali nggak selera sama ara, iya sih ara emang agak gemukan, tapi ini menurut aku tuh ideal, apa ara harus Kurusin badan ara biar mas ma..".

"Cup". Gus fahmi mengecup singkat bibir yang bicara nggak ada rem nya itu.
Ara terlonjak kaget. Ia memukul dada Gus fahmi.

" Kenapa dicium, ara belum selesai ngomongnya, ara mau kurus..".

"Cup". Lagi dan lagi Gus fahmi menghentikan ucapan ara.
Ara sudah kepalang kesal.

" Mas".

"Apa".

" Aku tadi belum selesai ngomongnya kenapa main nyosor nyosor gitu sih".
Protes ara.

"Mas juga belum selesai ngomongnya, tapi kamu menyela ucapan mas terlebih dahulu.bukan salah mas kan".

"Huh, yaudah deh, mas terusin aja ngomongnya, ".ara memalingkan wajahnya.

" Sebel banget, masak iya aku cantik gini ditolak". Monolog ara, lirih hingga Gus fahmi hanya samar samar mendengar ucapan istrinya.

"Kamu bilang apa sayang? ". Gus fahmi mengerutkan dahinya.

Ara hanya menggeleng.

" Udah mas mau bicara apa, kalau nggak mau sama ara juga nggak papa, baru kali ini aku ditolak sama cowok, ".

imam terbaik ku (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang