[ 17 ]

695 92 19
                                    

快乐阅读!

Mata Kita Shinsuke tertuju pada tiga adik kelas nya yang kiejar-kejaran disaat jogging, bahkan sampai melambungi gurunya. Eh? Ternyata tidak, (name) di gendong Suna. Kita tersenyum kecil karena tingkah laku mereka, walau nanti tetap akan kena ceramah karena bermain begitu di jalanan, kan bahaya :(

Kita tidak bangga dengan dirinya sekarang. Walaupun duduk di bangku kapten klub voli, ia tak menganggap dirinya sebagai anggota yang "kuat". Tapi ya sudahlah, Kita bisa apa coba? Ia selalu berusaha untuk berterima kasih,

karena ia tahu sebenarnya dirinya sudah dikaruniai dengan begitu banyak hal lainnya. Akhirnya, setelah mengelilingi sebagian dari gunung itu, guru yang membimbing memutuskan untuk kembali ke tempat pekemahan, karena sudah pukul 10, sudah waktunya untuk mereka semua makan pagi.

Kita berkeliling, mencari ketiga juniornya itu agar bisa di ceramahin sekarang, dan untung saja, mereka bertiga ternyata sudah duduk bersama- Sama Atsumu juga.

Kita mengambil piring dan roti, kemudian berjalan kearah meja mereka, "Boleh gua ikut?" Tanyanya, siapa tahu saja para juniornya sedang tidak ingin diganggu Kita. Tapi tentu saja tidak, karena mereka semua mencintai Kita-san tersayang!

"Heh, Suna lain kali jangan main gendong terus lari dijalanan. Osamu juga ya.. nanti kalau ada apa-apa kan gak baik toh.." Ucap Kita dengan pelan, membuat semua juniornya diam.

"EHH, KITA-SAN SUDAH TAHU BILANG SEKARANG (NAME) SUDAH PACARAN SAMA SUNA?" Kata Atsumu, dengan tujuan mengalihkan topik pembicaraan, apapun deh, biar dirinya bisa ikut serta. Karena kan, yang berbuat hanya (name), Osamu, dan Suna.

"Benarkah itu, (name)?" Tanya Kita, yang terlihat datar-datar saja, walau jujur di hatinya, terasa seolah-olah ia tertohok. Ternyata dirinya selama ini tidak peka akan (name) yang memiliki perasaan untuk orang lain.

(name) hanya tersenyum, dan mengangguk. "Hehe, maaf belum kasih tau Kita-san, rencananya emang hari ini, karena ditembaknya itu baru kemarin malem." Jelas (name), walaupun sebenarnya Kita hanya ingin tau Atsumu itu ngawur atau tidak.

Sial, Kita merasakan rasa yang begitu sakit di dadanya, bukan sakit perasaan, namun dadanya benar-benar terasa sakit. "Ohh, begitu ya." Namun dirinya tetap memaksakan sebuah senyuman, tidak ingin (name) merasa curiga.

Dengan cepat sekali, Kita melahap rotinya kemudian meninggalkan meja junior-juniornya itu. Ia merasa ingin muntah sekarang. Rasa sakitnya semakin terasa. Piringnya dibuang saja, karena piringnya hanyalah piring kertas.

Kita langsung memasuki tenda dia, menutupnya lalu duduk rapi diatas ranjangnya. Itu adalah detik-detik sebelum tanpa ia sadari, air mata menghujani wajahnya. "Kami-sama, apa yang membuatnya suka dengan Suna, dan bukan denganku?".

Kita benar-benar merasakan sebuah rasa sakit yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Baginya, (name) adalah cinta pertamanya. Dan menurutnya, ini bahkan lebih menyedihkan daripada ditolak mentah-mentah.

Dirinya terjebak disituasi dimana pujaan hatinya saja belum mengetahui tentang perasaannya. Setidaknya, ia pengen mendengar suara (name) menolak dirinya. Apa dia harus tetap menyatakan perasaan, dan membiarkan diri ditolak?

Tidak, jangan. Itu akan merusak semuanya. Di saat-saat terburuknya, tiba-tiba saja ada yang membuka resliting tenda. Sepertinya Kita lagi sial hari ini..

"Ahh, lebih sejuk disini." Kata sebuah suara yang begitu familiar, sementara itu, Kita dengan cepat mengusap semua air matanya, tak ingin temannya itu tau bahwa dirinya sedang sedih.

Namun, itu sia-sia. "Shinsuke-kun! Kenapa?" Aran yang melihat wajah Kita setelah menutup tendanya kembali itu sangat, sangat terkejut. Akhirnya, Kita kembali menangis dan menceritakan semuanya kepada Aran.

Everything | Inarizaki ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang