[ 32 ]

439 92 33
                                    

乐阅读!

"(name) kau tak apa kan?" Atsumu langsung membanjiri (name) dengan kata-kata penyemangat, gombalan, dan pertanyaan. Tetapi tidak sekali pun ia menyebut nama Suna.

"Iya. Gak papa." Jawab (name) singkat, membuat Atsumu mengerutkan bibirnya. "Posternya boleh gue yang selesaiin? Biar gue juga ada kontribusi dalam pengerjaan poster hehe.", "Boleh dong!".

Atsumu berdiri dari kursinya, mempersilahkan (name) untuk duduk ditempatnya biar ia bisa lebih nyaman saat mengerjakan poster itu.

Atsumu balik untuk melihat Suna, yang terlihat seolah-olah tidak peduli dengan kehadiran (name)? Atsumu memaksakan senyuman tertekan, karena rasanya ia ingin meninju Suna yang berlaku seperti bajingan tiada adab.

Tapi harus bersabar..

♡☆♡

"Osamu-kun!" Atsumu memanggil saudara kembarnya, membuat rambut abu berbalik kearah Atsumu, dan (name) yang disebelahnya.

Mata Osamu langsung membesar, kemudian ia langsung berlari kearah (name) dan Atsumu. "Eh hi (name)" Osamu menyapa (name),

namun ia hanya dibalas dengan senyuman kecil. Atsumu mengedipkan mata berkali-kali, memberi tanda kepada Osamu untuk mencoba untuk menghibur teman mereka itu. Dan tentu saja,

walau sering bertengkar, mereka tetaplah kembar, telepati mereka sangat kuat. "Tsumu, aku lapar! Makan o-onigiri yuk hehe..", "Iya, gue juga lapar, ayok (name)!" Atsumu menyenggol pelan bahu (name) membuatnya mengangguk pelan.

Seharian penuh (name) tetap letoy, lemas, lesu. Tentu sajalah, mau memaksakan diri untuk senyum juga susah, karena dirinya terus terngiang-ngiang dengan kata-kata Suna.

Tapi semuanya mendingan, disampai saat (name) kembali dari ruangan cuci sekolah, membawa luaran jersey angka buat latihan. Di dalam gym voli sekolah,

Misato Kairi bikin apa disana? Dia lagi, dia lagi. "(name) gue mau nomor 2 ya!" teriak Atsumu yang melihat (name) berdiri diluar gym, dan tak lama kemudian semua mata tertuju pada (name). Termasuk Kairi.

Untung saja, miya kembar langsung lari kearah pawang 2, termasuk Kita dan Aran juga. Aran tidak tahu apa yang terjadi, namun ia merasakan bahwa ada yang tidak benar. Karena (name) tidak bersama Suna hari ini.

"Ayo sudah, cepat pilih nomor, belah jadi dua tim. Cepat latihan!" Coach menepuk tangan dengan keras, membuat semuanya kembali fokus. Disaat mereka bersiap-siap untuk main,

coach berjalan kearah (name) kemudian duduk disebelah perempuan itu. "Kau tau, coach senang sekali karena kau selalu bersemangat. Tapi, semangat itu dimana hari ini hm?" Tanya coach.

Walau sedih dan lemas, kalau coach yang bertanya rasanya agak gimana ya– kayak mau ngomong tentang Suna ngapain kan agak gimana?!

"Haha, jika itu adalah masalah hubunganmu dengan Suna, perbaikilah jika masih bisa." Kata coach menyenggol pelan lengan (name), membuat perempuan itu mengangguk pasrah.

"I-iya coach." Akhirnya, coach berjalan pergi. Di saat (name) mengira dirinya akan sendirian, ternyata kali ini yang menghampirinya lebih parah jika dibandingkan dengan yang tadi. Misato Kairi.

"Hai (name)! Masih ingat denganku, kan? Hehehe.." Kairi menyapa dengan ramah. Jawabnya gimana ya? (o゚▽゚) "Iya, ingat kok."

Ya iyalah, Kairi adalah orang yang menganggung pikiran (name) terus-terusan. "Kalau begitu, sebagai tanda terima kasih aku waktu itu pas makan siang, setelah pulang sekolah kita hangout ya!" Heh? Tidaklah. Tidak sudi.

"Maaf, aku ada urusan–", "Tidak, kau harus ikut ya! Aku sudah meminta duit dari otousan ku! Ikut ya, tidak menerima jawaban tidak. Kutunggu didepan gerbang sehabis lu ganti baju! See you!" Kairi berlari keluar dari gym, membuat (name) menghela nafas yang panjang.

Siksaan macam apa ini, Kami-sama? ヽ('Д';)

Karena melamun daritadi, tak terasa latihan klub voli inarizaki sudah selesai. Seperti tadi, Kita, Aran, Osamu, dan Atsumu setia menemani (name), sedangkan yang lain berkumpul saja.

Berkumpul menanyai Suna apa yang terjadi. 🌚
Sementara (name) menceritakan kepada mereka tentang tawaran Kairi itu. Agak mencurigakan sih.

"Jadi, apa kah kau akan pergi bersama Kairi?" Tanya Osamu, sembari meminum air. "Sepertinya.. gue gak punya pilihan yang lain, soalnya bawa bawa otousan." Jelas (name).

"Ish, dia lont* banget sih!", "Atsumu shhhhhhh!" (name) langsung menutup mulut Atsumu, tidak peduli lagi bila wajahnya dibanjiri oleh keringat. Intinya jamet kuning ini diam.

"Tapi betul sih." Tambah Kita. "HEEEE?!" Teriak yang (name), Aran, Osamu, dan Atsumu. Saking terkejutnya.

♡☆♡

"Ayo! Supirnya sudah menunggu!" Kairi mengajak (name) menaiki mobilnya. Mobilnya yang besar dan berwarna hitam. Limo nya.

"Ada makanan, minuman, terserah hehe. Tapi jangan banyak ya, karena gue mau traktir lu makan malam." Kata Kairi, menunjuk mini bar yang begitu banyak godaannya. "I-iya."

Kairi ternyata orangnya sangat easygoing dan enak ditemanin ngobrol. Eh?! (name) sudah keasikan sampai lupa (`ε').

Ternyata tidak terjadi apapun yang spesial. Seperti hangout lain-lainnya, Kairi dan (name) hanya menghabiskan waktu makan sambil berbicara tentang sekolah.

Dari sini, kelihatan sekali seperti apa Kairi yang sebenarnya. Kairi dibalik dirinya membuat masalah diantara (name) dan Suna.

Kairi cantik, pintar, rendah hati– sempurna. Apalagi setelah ia menceritakan masa lalunya, disaat ia pindah tempat tinggal, apa saja yang terjadi, semuanya. Seperti perempuan yang menjadi rival-rival di film. Eh sebentar! Ternyata ada yang spesial.

"Kau tau, sebenarnya.. aku masih suka dengan Suna." Kata Kairi tiba-tiba, membuat (name) yang tadinya memakan pastanya menjadi fokus pada Kairi. "Maaf, gue udah coba untuk berhenti.

Tetapi dialah alasan kenapa gue kuat melalui semua ini. Sekolah, masalah keluarga, mentalnya, semuanya. Tapi gak bisa (name)." Apa jawabnya? Tentu saja, tidak baik-baik saja.

Siapapun pasti akan kesal bila mantan sang pacar mengaku bahwa ia masih menyukai seseorang yang sudah menjadi milikmu, bukan?

Apalagi ketika mantan itu begitu sempurna.

"Oh, begitu ya.." walau kesal (name) merasa bahwa siapapun akan memilih Kairi jika harus dibandingkan dengan dirinya. Sebagai pria, pasti dimata mereka Kairi adalah perempuan idaman.

"Kalau begitu, mari kita bersaing dengan adil." Kairi berdiri, mengajukan tangannya kedepan muka (name). Formal sekali Kairi ini.

Lemas dalam hati, tegar diluar, (name) berdiri dan memegang tangan Kairi, kemudian keduanya salam tangan. "Iya." Jawab (name).

Tapi, apakah Suna layak untuk diperjuangkan?

tehee
ouch :(

Everything | Inarizaki ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang