21 | just go with it

15.7K 1.3K 100
                                    

Mata Shalitta perlahan membuka. Pandangannya mendadak silau karena cahaya yang merasuk tiba-tiba. Ia tak pernah tidur dengan lampu menyala, maka dari itu matanya terkejut dengan cahaya yang sudah terang benderang ketika ia membuka mata.

Matanya menyipit berusaha beradaptasi dengan terang dari lampu kamarnya. Setelah merasa nyaman dengan penerangan tersebut, ia membuka mata sepenuhnya hanya untuk kemudian terkejut kedua kalinya.

Ia sedang tidur di atas dada seseorang. Dada yang telanjang, lebih tepatnya.

Dengan panik ia langsung menjauh. Beranjak bangun sambil menatap horor ke arah lelaki yang dadanya ia jadikan sandaran itu.

Malik.

Siapa lagi?

Laki-laki itu pun terlihat menggeliat karena terusik dengan gerakan tiba-tiba Shalitta. Ia meregangkan tangannya sebelum mengucek matanya yang perlahan membuka.

Shalitta menatap tubuhnya sendiri yang juga tak mengenakan apa-apa. Dengan kalut, segera ia menarik selimut untuk menutupi dadanya yang terbuka.

Ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, dan setelah ingatannya kembali, Shalitta mencengkeram rambutnya di kedua sisi. Mulai merasa frustasi dengan tingkahnya sendiri.

Ia memang tidak sepenuhnya sadar. Tapi ia tidak cukup mabuk sampai tidak bisa menolak. Berkat hatinya yang masih benar-benar kacau, dengan mudahnya ia tenggelam dalam kesenangan sesat yang dibawa oleh Malik.

Bertemu Idham dan Anara membuat ketenangannya kembali terganggu. Shalitta merasa kembali jatuh. Terpuruk, menemukan jalan buntu.

Ia sudah tak berusaha untuk melupakan Idham. Melakukan banyak hal bersama Malik untuk sebuah pengalihan. Tapi mengapa perasaan itu terus bersemayam di sana dan tak mau hilang?

Ketika melihat Idham dan Anara bersandingan, rasanya hatinya remuk tak tertahankan. Kekecewaan itu kembali meradang, mengerak hingga sulit untuk dihilangkan.

Tatapan nyalang dari Idham kepada Malik dan tangan mereka yang berpautan, masih sama seperti tatapannya ketika dulu laki-laki itu tak suka melihat Shalitta dan teman lelaki lain berdekatan. Tatapan yang menumbuhkan sebuah harapan sekaligus menjadi awal mula dari kesalahan.

"Dham, mampir bentar dong ke Mcd. Gue pengen McFlurry." Pinta Shalitta saat mereka sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah menuju rumah mereka yang memang berada di blok yang sama.

"Ah, lo yang aneh-aneh aja sih. Gue buru-buru, nih. Nggak usah lah." Tolak Idham dengan sedikit berteriak karena takut Shalitta yang dibonceng di belakang, nggak dengar.

"Ya ampun, bentar doang!" Decak Shalitta kesal. "Gue tau lo mau nonton Tsubasa kan? Masih lima belas menit lagi! Lewat drive thru juga paling lima menit!"

Idham kembali berdecak lagi. "Kan, sampe rumah tuh gue harus beres-beres lagi, Ta! Mandi sama solat dulu. Kelewatan ntar!"

"Astaga, kelewatan nya juga cuma lima menit! Tsubasa nggak mungkin tiba-tiba berubah jadi atlet karambol pas lo lagi mandi!"

"Nggak, ah." Idham masih bersikeras menolak. "Gue drop aja," lanjut Idham memberikan usulan yang malah membuat Shalitta jadi terbelalak. "Ntar pulang sendiri."

"Terus ntar pulang naik apaan gue?!" Cetus ku emosi.

"Ya, angkot banyak kali. Nggak usah manja."

"Ya udah! Turunin gue di Mcd!" Shalitta yang tersulut mendorong tubuh Idham dengan kesal.

"Beneran?" Tanya Idham pengen bikin Shalitta galau.

Shalitta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang