6 | villain

25.7K 2.1K 92
                                    

"Sebentar, ya." Ucap Malik dengan lembut sebelum ia menghampiri resepsionis untuk mengurus perihal check-out.

Tangannya tidak sama sekali melepaskan tautan nya pada jari jemari Shalitta yang berdiri beberapa langkah di belakangnya. Jika orang melihat mereka, mungkin orang akan muntah karena mereka pikir Malik dan Shalitta dua pasang kekasih yang saking kasmarannya, tidak mau berpisah walau sedetik saja.

Pandangan Shalitta menerawang ke depan. Tatapannya kosong karena pikirannya berkelana kemana-mana.

Ia sedang memikirkan apa yang harus ia lakukan agar bisa segera lepas dari Malik. Ia harus mengakui. Jika saja tiga tahun yang lalu Malik tidak melepaskannya, mungkin Shalitta tidak akan bisa membebaskan diri sama sekali.

Idham benar. Tidak seharusnya dia lepas kendali lagi. Tidak seharusnya ia membiarkan dirinya menjadi mainan Malik lagi.

Lamunannya buyar ketika Malik kembali menghampirinya dan merangkul kepalanya. Ia mengecup puncak kepala Shalitta sebelum kemudian menyandarkan kepala itu ke dalam dekapannya.

"Tunggu, ya. Abis ini aku anter kamu ke rumah pakai mobil kamu." bisik Malik.

"Hm." Shalitta menggumam, menurut.

Seharusnya Shalitta tidak membiarkan Malik bersikap sesukanya lagi. Shalitta tidak boleh membiarkan Malik menguasai dirinya lagi. Seharusnya Shalitta tidak menunda-nunda untuk mengikatkan dirinya dengan orang lain.

"Let's get married, Ta. Kita udah bareng lama. Gue mau lo yang jadi istri gue."

Idham sudah berkali-kali mengajaknya menikah dan Shalitta tidak kunjung mengiyakan. Setidaknya hingga dua hari yang lalu ketika Shalitta memberitahu tentang niatnya datang ke pernikahan Icha kepada Idham.

Kala itu Idham langsung menegang seakan ketakutan. Terlebih lagi, saat Shalitta menolak untuk ditemani olehnya. Idham langsung menggenggam tangannya dengan erat. Sorot matanya penuh permohonan.

"Lo nggak akan balik ke dia, kan?"

"Nggak, lah."

"Then, answer my question right now."

"What question?"

"Will you marry me?"

"Dham—"

"Please."

Shalitta dapat melihat mata Idham memancarkan keputusasaan. Ia dapat melihat bahwa laki-laki itu benar-benar merasa terancam hanya dengan pemikiran Malik akan kembali ke kehidupan mereka, dan kenyataannya, Shalitta pun merasakan hal yang sama. Maka dari itu, untuk menenangkan dirinya sendiri, Shalitta pun mengiyakan ajakan Idham dengan memberikan anggukan.

Hari itu Idham tersenyum lega. "Thank you, Ning. I love you."

Andai saja ia mengiyakan ajakan itu sejak Idham pertama kali menyampaikannya, mungkin hari ini Shalitta sudah terikat dengan Idham dan Malik tidak akan bisa lagi mempermainkannya seperti ini.

Namun sebuah kilasan memori masa lalu yang tiba-tiba melintas di kepalanya, membuatnya kembali mempertanyakan keyakinannya barusan.

Pengalaman di masa lalu membuatnya mendadak tidak yakin bahwa keterikatan Shalitta dengan orang lain akan membuat Malik berhenti mencoba memilikinya.


***


Mata Shalitta memejam ketika gemuruh di dadanya terasa menggila. Ia baru saja duduk di kursi penumpang, dan Malik baru saja menjalankan mobil milik Shalitta meninggalkan parkiran Westin saat pesan masuk berisi foto itu membuatnya tercekat.

Shalitta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang