1 | Bertemu Lagi

37.3K 3.1K 155
                                    

Shalitta tersenyum manis melihat Icha yang mengenakan kebaya putih dan siger adat sunda tak jauh di depannya. Saat ini perempuan itu sedang melakukan photoshoot untuk album foto pernikahannya. Ia terlihat sangat cantik dan wajahnya terlihat sangat bahagia.

Berperan sebagai bridesmaid, Shalitta punya satu simple task. Nemenin Icha kemana pun dia pergi.

Tapi lucunya tugas itu datang dari mempelai pria. Mempelai pria yang ketakutan kalau calon istrinya kumat dan malah kabur sendiri.

Sinting.

Icha mengulurkan tangannya, meminta bantuan kepada Shalitta untuk berjalan kembali ke ruang rias. Ia menaikkan sedikit kain kebayanya agar kakinya bisa melangkah sedangkan Shalitta mengangkat buntut kebaya Icha yang panjang hingga menyeret ke lantai.

"Lebay banget nggak sih ini kebaya? Gue kesel loh berasa kaya putri duyung." Gerutu Icha sambil berjalan dengan langkah kecil-kecil.

"Lo yang lebay! Orang cantik juga," sahut Shalitta sewot karena sahabatnya satu ini nggak berhenti ngedumel dari tadi. "Udah deh. Lo mah ada aja yang mau disalahin dari pilihan Pasha. Ngikut aja, udeh! Kan lo sendiri yang nyuruh dia milih!"

Icha manyun. "Ya, lagian dia milihnya ngasal!"

"Yang penting dia kontribusi dalam pernikahan ini! Dibanding cuma bawa diri doang."

Icha mendengus sebal. Masalahnya kalau nggak dipaksa, Pasha itu nggak ada peduli-pedulinya sama sekali sama nikahan mereka. Dia yang maksa ngajakin Icha cepat-cepat nikah padahal baru ketemu setelah lima tahun berpisah, tapi dia yang bodo amat. Emang dia kira Icha bukan termasuk cewek yang merasa pernikahan itu hari paling spesial di hidupnya apa? Kalau bisa, Icha pengen ada marching band atau pawai di nikahannya biar bener-bener unforgettable. Biar heboh kaya La La Land.

"Udah gitu masa dia ngajakin Zora jadi salah satu groomsmen. Udah tahu gue nggak akur sama dia. Tiap ketemu bawaannya pengen bunuh-bunuhan, tahu nggak?" Lanjut Icha dengan gerutunya. "Lo tau nggak pas gue ketemu buat ngasih seragam dia ngomong apa?"

Shalitta menggeleng. Nggak peduli juga sebenarnya.

"Dia bilang Pasha lebih cocok sama Kayla. Bangsat."

Shalitta ngakak. "Cha, lo nggak boleh ngomong kotor gitu detik-detik akad nikah. Nanti kualat."

Icha dan Shalitta sampai di ruang rias khusus pengantin wanita yang hanya diisi oleh perias pengantin. Icha punya strict rules kalau ruangan ini tidak boleh jadi tempat rusuh buat keluarganya mondar-mandir. Icha nggak mau dibikin stres sama keribetan semua orang sebelum ijab qabul. Dia butuh ketenangan.

Icha duduk dengan susah payah karena korset di perutnya ketat banget, astaga.

"Gue nggak ngerti kenapa Zora juga. Emang selama gue nggak ada, dia jadi sahabatan banget sama Zora?" Tanya Icha pada Shalitta.

Shalitta berpikir sebentar, mencoba mengingat-ingat. "Ya, biasa aja sih. Kita semua emang sering nongkrong bareng setelah lo pergi," jawabnya singkat. Lalu Shalitta menepuk tangannya sekali saat teringat sesuatu. "Oh! Gue tahu. Mereka sahabatan karena sama-sama di London bareng kan, Cha."

Icha berdecak. Ia juga baru ingat hal itu.

"Padahal udah cukup Malik sama Abaya aja. Gue cukup lega Malik udah nggak sinis sama gue. Dia beneran nggak nyinyir kaya Zora."

Mendengar sebuah nama itu disebut, Shalitta membatu.

"Gila, Malik ganteng juga ya sekarang. Waktu kemarin ketemu, gue sampe mangap sih. Terus mata gue hampir dicolok sama Pasha." Icha melanjutkan ceritanya sambil terkekeh geli sendiri. Tidak menyadari bahwa sahabatnya kini telah mengeratkan genggamannya di tangkai buket bunga yang ia pegang.

Shalitta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang